"Kamu benaran pemilik Restoran Violet? Bos Restoran Violet semuda ini?" Julie yang berdiri di samping menatap Valerie dengan tercengang."Ya." Valerie menempelkan plester di leher Tiffany. "Nggak perlu terkejut. Semua yang kumiliki diberikan oleh ayahku. Aku berbeda dengan Pak Sean yang memulai semuanya dari nol."Tiffany mengernyit. Dia tahu yang disebut Valerie adalah suaminya. Hanya saja, bukankah suaminya pengangguran yang dicampakkan keluarga sendiri? Kenapa Valerie mengatakan Sean memulai semuanya dari nol?Julie yang bingung pun bertanya, "Pak Sean memulai semuanya dari nol?""Ya, suami Bu Tiffany, Pak Sean. Dia memulai semuanya dari nol," timpal Valerie sambil merapikan kerah baju Tiffany. Kemudian, dia tiba-tiba menutup mulutnya dengan kaget. "Jangan-jangan kamu nggak tahu identitas asli Pak Sean?"Tiffany makin bingung. "Identitas apa?"Valerie makin terkejut. "Kalau begitu, apa kamu tahu apa yang terjadi dengan mata Pak Sean?"Tiffany mengernyit saat berujar, "Dia nggak bisa
Tiffany memejamkan mata dan membalas, "Anggap saja aku baik hati. Aku nggak ingin Sean membalas dendam kepada para siswa di kelas kita."Julie menggigit bibirnya dan tahu Tiffany punya pemikiran lain. Namun, dia tidak berani menjamin bahwa Valerie hanya mengarang cerita. Dia sendiri bisa menilai bahwa Sean sangat misterius.Segera, taksi tiba di kampus. Tiffany dan Julie menuju ke perpustakaan. Sekarang sudah pukul 10 malam lewat. Tidak ada siapa pun di koridor. Hanya ada lampu yang menyinari.Begitu pintu terbuka, Tiffany melihat pria yang matanya ditutup sutra hitam, sedang duduk di kursi yang biasanya didudukinya. Tangan Sean memegang ponsel.Di sampingnya adalah Genta yang berdiri dengan patuh dan Chaplin yang bersandar di meja untuk tidur. Tadi tempat ini masih ramai, tetapi sekarang tersisa mereka bertiga.Mungkin karena mendengar suara, Sean mendongak dan bertanya, "Dari mana saja kamu?"Tiffany termangu sesaat sebelum tersenyum kaku. "Pergi makan dan karaoke sama teman.""Kenap
"Ya sudah kalau kamu nggak mau dipangku." Sean bisa melihat keraguan pada sorot mata Tiffany. Dia tidak memaksa dan berbalik untuk pergi.Tiffany berdiri di tempatnya sambil menatap sosok belakang Sean. Perasaannya campur aduk.Genta melirik Tiffany, lalu bertanya dengan mengernyit, "Nyonya, ada apa denganmu? Hari ini, Tuan Sean berhasil memenangkan semua tender. Grup Maheswari mendapat pesanan besar. Tuan Sean mengira kamu bakal senang mendengarnya, makanya menunggumu ....""Sejak awal Tuan Sean sudah tahu kamu makan bersama teman di Restoran Violet. Dia nggak mau mengganggumu, juga tahu kamu nggak ingin dia muncul di depan temanmu. Makanya, dia hanya menunggu di sini ....""Tuan Sean juga nggak menyuruh orang memanggilmu. Kenapa sikapmu tiba-tiba begitu dingin? Pertama kamu menolak Tuan Sean menyentuhmu, lalu menolak Tuan Sean memangkmu. Aku pasti sedih kalau jadi Tuan Sean ...."Ini pertama kalinya Genta berbicara panjang lebar begini. Tiffany termangu. Apa benar seperti itu?Julie
Namun, Sean tetap mencela diri sendiri dengan nada bicara sedih, "Tapi, bukannya kamu nggak suka ....""Nggak ada hal semacam itu!" sergah Tiffany. Kemudian, dia menarik napas dalam-dalam dan memegang wajah Sean untuk menciumnya.Suaminya sangat tampan, tidak mungkin berbohong! Suaminya sangat lembut, pasti Valerie yang menipunya! Suaminya sangat rapuh, tidak seharusnya dicurigai! Persetan dengan Valerie! Sean tak tertandingi di muka bumi ini!"Sayang, masih ngambek? Tadi aku nggak bisa berpikir dengan baik karena ngantuk!" Mata Tiffany berkaca-kaca. "Sekarang aku sudah sadar. Aku minta maaf. Aku sudah salah."Melalui sutra hitamnya, Sean menatap Tiffany lekat-lekat. "Kamu salah apa?""Aku nggak seharusnya curiga kamu menipuku." Tiffany menarik napas dalam-dalam. Sean pernah mengajarinya prinsip ini. "Suami istri seharusnya saling percaya! Kamu mungkin menipu orang lain, tapi nggak mungkin menipuku! Aku nggak seharusnya mencurigai penglihatanmu!"Sean memicingkan matanya dan bertanya d
Keesokan pagi, Tiffany bangun dan melihat berita. Kabar bahwa Grup Maheswari memenangkan pesanan industri pakaian terbesar di Kota Aven untuk kuartal selanjutnya telah mengejutkan seluruh industri!Tiffany senang hingga melompat di ranjang. Sean yang masih tertidur lelap pun bergerak. Tiffany mematung. Dia baru menyadari dirinya telah mengganggu tidur Sean.Kemudian, Tiffany diam-diam turun dari ranjang. Dia masih tidak bisa menahan kegembiraannya. Semua orang memuji kehebatan Presdir Grup Maheswari! Tentu saja, suaminya sangat hebat!Saking senangnya, Tiffany menyenandungkan lagu saat menyikat gigi. Selesai mandi, dia memakai pakaian rumah dan turun ke lantai bawah.Di ranjang, Sean yang berpura-pura tidur pun diam-diam menyunggingkan senyuman. Istrinya ini mudah sekali puas."Seperti yang diketahui semua orang, mantan Presdir Grup Maheswari memang pebisnis andal. Tapi, fokusnya terletak pada real estat. Setelah berganti pemilik, perusahaan tiba-tiba melakukan bisnis pakaian.""Setela
Michael seketika tersadar. Dia melirik Tiffany dengan dingin dan bertanya, "Kenapa? Kamu nggak menyambutku?"Meskipun berusia 20 tahun, wajah Tiffany masih terlihat seperti gadis berusia 15 tahun. Meskipun demikian, tubuhnya justru seksi. Sekalipun memakai celemek, lekukan tubuhnya tetap terlihat jelas.Michael telah bertemu banyak wanita. Harus diakui bahwa paras dan tubuh Tiffany termasuk dalam sepuluh besar. Terutama matanya yang jernih. Cahaya matahari yang menyinari dari jendela pun membuat Tiffany tampak makin bening.Keindahan ini membuat Michael lupa pada semua yang terjadi di antaranya dengan Tiffany sebelum ini. Michael mendekat. "Pagi-pagi sudah pakai begini. Kamu mau rayu siapa?"Tiffany kebingungan. Memangnya apa yang dia pakai? Dia cuma pakai pakaian rumah dan celemek. Faktanya, jika ada pria yang menaksir seorang wanita, meskipun wanita itu hanya memakai karung, mereka tetap akan tergoda.Michael pun yakin Tiffany sedang menggodanya. Tanpa sungkan sedikit pun, dia mendek
Sean memeluk Tiffany dan menghiburnya. Sesaat kemudian, Tiffany baru merasa lebih tenang. Kemudian, Sean berkata dengan nada datar, "Chaplin, lepaskan dia."Chaplin mengernyit dan menolak, "Nggak mau! Aku ingin membunuhnya!"Ketika mendengar respons lantang ini, tubuh Michael tak kuasa bergidik. Sean pun terkekeh-kekeh. "Dia kakakku, nggak boleh dibunuh. Tapi, kamu boleh memukulnya.""Oh, oke." Chaplin mengiakan, lalu meninju wajah Michael. Michael benar-benar menyesal karena tidak membawa pengawal kemari."Aku nggak nyangka kamu bakal datang pagi-pagi untuk membuat masalah. Sepertinya kamu terlalu senggang," ujar Sean sambil menggerakkan kursi rodanya ke ruang makan. Tiffany bergegas bangkit dan mengikuti untuk membantu.Sementara itu, Michael telah dilepaskan oleh Chaplin. Dia mengelus wajahnya yang sakit, lalu duduk di sofa. "Kamu juga membuat masalah larut malam. Aku datang kemari cuma untuk membalasmu."Semalam, Michael sedang tidur dengan nyenyak saat Grup Maheswari mendapatkan p
Sean tertawa. "Kalau butuh bantuan, kamu seharusnya merendah sedikit. Bersikap yang baik dan minta maaf pada Tiffany. Dengan begini, mungkin aku bakal membantumu."Sebenarnya Ronny tidak bodoh. Dia tahu putranya tidak pintar dalam negosiasi bisnis. Pesanan yang direbut oleh Sean semalam sebenarnya adalah milik Grup Ronny. Karena ingin mengukuhkan posisi Michael di perusahaan, Ronny menyerahkan pesanan itu kepadanya.Sebagai seorang ayah, sekalipun Michael hanya lumpur tak berguna, Ronny harus membuatnya menjadi tembok yang kokoh. Alhasil, satu hari sebelum tanda tangan kontrak, proyek malah direbut oleh tim Sean.Bahkan setelah mendapatkan pesanan itu, Sean membayar beberapa wartawan surat kabar untuk menjadikan berita ini berita utama. Dari pukul 12 malam, berbagai kantor media sibuk memberi selamat kepada Sean dan memujinya. Tujuannya supaya Ronny tahu orang di balik Grup Maheswari adalah Sean.Sean ingin membuat Ronny dan Michael datang dan meminta bantuan padanya. Lagi pula, bisnis
"Aku mengenalmu lebih baik dari siapa pun."Ketika kalimat itu diucapkan dengan suara rendah oleh Sean, hati Tiffany tak kuasa bergetar. Baik lima tahun yang lalu maupun sekarang, kalimat ini selalu membawa kehangatan aneh setiap kali mendengar Sean mengatakannya.Terutama di saat seperti ini. Mereka telah terpisah selama lima tahun penuh. Lima tahun sudah cukup untuk mengubah banyak hal, cukup lama untuk membuat seseorang menjadi pribadi yang benar-benar berbeda.Namun, setelah bertemu lagi dan di saat dirinya difitnah, Sean masih bisa duduk dengan tenang di kursi belakang mobilnya dan berkata, "Aku mengenalmu lebih baik dari siapa pun."Perasaan dan ketulusan seperti ini membuatnya tersentuh. Tiffany menarik napas dalam-dalam. Senyuman tipis terukir di sudut bibirnya. "Kalau begitu, terima kasih, Pak Sean.""Sama-sama, Dok Tiff." Sean menyandarkan kedua lengannya di belakang kepala. "Tapi, kulihat tadi ada beberapa mahasiswa yang mengambil foto di kelas. Aku rasa masalah ini nggak ak
"Malam ini aku masih ingin makan pangsit buatanmu."Tiffany memutar matanya. "Nggak mood buat."Dia benar-benar tidak mengerti kenapa tiba-tiba muncul seseorang yang ingin memperjuangkan keadilan untuk Zion, seolah-olah dia adalah orang jahat di sini.Cedera tangan Tiffany sangat parah dulu. Setiap beberapa waktu, dia harus pergi ke Elupa untuk menjalani perawatan.Suatu kali, saat dia sedang dalam perjalanan untuk berobat, rumah sakit menerima pasien dengan kondisi medis yang sangat kompleks.Tanpa mengabari Tiffany, Zion merasa kondisi pasien sangat mirip dengan salah satu kasus yang pernah dia tangani bersama Tiffany sebelumnya.Demi membuktikan kemampuannya, dia nekat mengajukan diri untuk menangani operasi, bahkan berbohong kepada rumah sakit bahwa rencana operasinya adalah hasil arahan Tiffany.Saat itu, kondisi pasien cukup mendesak. Karena pihak rumah sakit tidak dapat menghubungi Tiffany, mereka pun memercayai Zion.Akibatnya, terjadi insiden medis yang cukup besar. Jika bukan
Quinn tertegun sejenak, baru menyadari bahwa Sean sedang menyindirnya dengan kata-katanya sendiri. Wajahnya langsung memerah karena marah. "Aku hanya nggak tahan melihat ini terjadi!""Kalau begitu, ada satu pertanyaan." Sean tersenyum tipis. "Bahkan kamu, seorang mahasiswa biasa, bisa nggak tahan dan tahu soal 'kebenaran' ini. Tapi anehnya, rahasia sebesar ini bisa tersembunyi begitu dalam, sampai-sampai seluruh dunia medis Kota Kintan nggak mengetahuinya dan butuh mahasiswa sepertimu menegakkan keadilan?"Wajah Quinn langsung pucat pasi. Dia menggigit bibirnya, ingin mengatakan sesuatu lagi, tetapi Tiffany sudah melangkah naik ke podium dengan ekspresi tenang. Hanya alisnya yang berkerut sedikit."Tentang insiden malapraktik Zion, aku jarang membicarakannya. Dia adalah murid pertamaku dan dulu adalah rekan terbaikku. Saat insiden itu terjadi, aku benar-benar sedih dan terpukul.""Aku nggak ingin orang lain menghakimi dirinya dan aku juga memahami perasaannya saat itu. Tapi, dia mema
Semakin berbicara, Quinn semakin emosi. Hingga akhirnya, dia langsung menangis tersedu-sedu.Dia menepis tangan satpam yang menahannya, suaranya penuh dengan isak tangis. "Tiffany! Jangan kira aku nggak tahu rahasiamu! Kamu punya dua anak! Kamu juga punya seorang suami!""Tapi, pria yang selalu ada di sisimu ini sudah mengejarmu sejak lama! Kamu bukan hanya tidak menolaknya, tapi bahkan pernah masuk hotel bersamanya!"Setelah berkata demikian, Quinn langsung menunjukkan sebuah foto dari ponselnya. Di foto itu, terlihat Tiffany sedang membantu Sean masuk ke hotel setelah makan malam di restoran. Saat itu, Sean mengalami sakit perut karena makan makanan yang terlalu pedas.Karena sudut pengambilan gambar, foto itu tampak seperti Tiffany tersenyum bahagia sambil menggandeng lengan Sean dengan mesra.Foto itu ditambah dengan tuduhan yang dilontarkan Quinn, membuat seluruh kelas langsung gempar!Di Kota Kintan, Tiffany adalah ahli bedah jantung nomor satu. Dia adalah sosok yang dihormati da
Menghadapi tuduhan tak berdasar dari Quinn, Tiffany tersenyum dingin. Tak ada lagi kelembutan di matanya seperti sebelumnya.Tiffany tahu bahwa bersikap terlalu baik hanya akan membuat seseorang dimanfaatkan dan dirugikan.Dia menatap Quinn dengan tatapan dingin. "Aku bermain dengan banyak orang? Aku bahkan nggak ingat aku pernah 'bermain' denganmu. Apa aku perlu membuktikan dengan fakta bahwa aku sudah punya anak untuk memberitahumu aku ini bukan lesbian?"Kata-kata Tiffany membuat seluruh ruangan kelas tiba-tiba sunyi. Sesaat kemudian, para mahasiswa mulai tertawa terbahak-bahak.Quinn tertegun, mungkin dia tidak menyangka Tiffany akan menanggapinya dengan kalimat seperti itu.Namun, dia segera tersenyum sinis, menatap Tiffany dengan dingin. "Akhirnya kamu menunjukkan sisi aslimu. Aku sudah berkali-kali bilang pada Kak Zion kalau kamu ini munafik, tapi dia nggak percaya!""Sekarang akhirnya kamu memperlihatkan wajah aslimu, 'kan? Kamu sama sekali nggak baik, nggak manis, dan cuma wan
Namun, tak pernah sekali pun Xavier mengirimkan mawar, apalagi buket sebesar ini.Selain itu, sejak setahun yang lalu, setelah Tiffany meminta Xavier untuk tidak lagi mengirimkan bunga, dia memang tidak pernah lagi menerima bunga dari Xavier."Bu, ini dari suamimu ya?" Seorang mahasiswi di barisan terdepan tersenyum menatap Tiffany. "Kamu beruntung sekali!"Tiffany tertawa dengan canggung. Karena dia memiliki dua anak, banyak orang sering bertanya tentang ayah dari anak-anaknya.Akhirnya, Tiffany dan Xavier sepakat bahwa di depan orang lain, mereka akan mengaku sebagai pasangan suami istri. Dengan begitu, Tiffany bisa menolak para pria yang mencoba mendekati, sekaligus menghindari pertanyaan tentang mengapa dia menjadi ibu tunggal.Jadi, di mata banyak orang, Xavier memang adalah suaminya. Hanya beberapa orang yang tahu bahwa hubungan mereka sebenarnya lebih seperti saudara."Cih." Mahasiswi yang tadi bertanya, Quinn, tersenyum mencela. Di tengah kerumunan yang merasa iri terhadap Tiff
Sore itu, Tiffany memiliki kelas di Universitas Kedokteran Kintan. Seperti biasa, dia mempersiapkan materi sesuai dengan kebiasaan mahasiswa dan memulai kelas tepat pukul 2 siang.Sebagai dokter bedah jantung terbaik di Kota Kintan, Tiffany sangat percaya diri bahwa dia bisa memberikan materi dengan baik.Namun, di kelas sore itu, dia bertemu dengan seorang mahasiswi yang sengaja mencari gara-gara. "Bu."Saat sesi tanya jawab, seorang mahasiswi berdiri dan menatap Tiffany. "Apakah semua penyakit jantung bisa disembuhkan?"Tiffany mengangguk. "Secara teori, kalau jantungnya nggak hancur total, dengan kemajuan medis saat ini, semua penyakit jantung dapat diobati."Mahasiswi itu menyipitkan matanya. "Tapi, kalau sejak awal sebuah jantung sudah rusak, apakah jantung itu bisa diperbaiki dengan keahlianmu?"Tiffany segera menyadari bahwa yang dimaksud oleh mahasiswi itu bukan "jantung" yang sedang dibahas dalam kelas.Namun, dia tetap tersenyum lembut. "Nggak ada jantung yang sejak awal rusa
Tiffany mengernyit, keluarga Sanny?"Maksudmu Conan?" Dia mengerutkan kening dan hendak membuka data rawat inap Sanny. "Kenapa? Perlu menghubungi keluarganya untuk pembayaran? Kenapa nggak langsung ke bangsalnya saja?""Bukan, bukan!" Suster muda itu buru-buru menggeleng, wajahnya memerah karena gugup.Suster lain tersenyum penuh arti ke arah Tiffany. "Kami bukan membicarakan suaminya! Tapi ... adiknya. Kudengar adiknya masih lajang lho!"Tiffany tertegun. "Adiknya?" Sean?"Ya." Para suster mulai saling mendorong dengan wajah memerah. "Dia ganteng banget!""Kudengar dia juga kaya raya. Uang itu nomor dua, yang penting itu wajahnya! Apalagi, auranya begitu luar biasa. Setiap gerak-geriknya buat orang jatuh hati ...."Setelah bergosip panjang lebar, mereka akhirnya memandang Tiffany dengan penuh harapan. "Dok Tiff, kamu 'kan sudah nikah. Kamu pasti nggak ngerti perasaan kami para jomblo saat melihat pria berkualitas tinggi ....""Kami sudah berdiskusi lama dan akhirnya memutuskan untuk m
"Karena aku bukan bagian dari Keluarga Tanuwijaya. Aku tahu kapan harus bersikap profesional."Tiffany tersenyum menatap Conan dengan tatapan sedingin es. "Jangan berpikir terlalu jauh. Aku bersedia mengoperasi Sanny bukan karena ingin berdamai dengan Keluarga Tanuwijaya, juga bukan karena aku memilih untuk memaafkan.""Pertama, aku adalah seorang dokter dan dia adalah pasien. Tugas seorang dokter adalah merawat pasien. Karena kalian datang ke rumah sakit kami, sudah menjadi kewajibanku untuk memberikan yang terbaik.""Kedua, penyakitnya hampir sama dengan yang dialami ibuku dulu. Aku mengoperasinya karena penyakit ini sangat langka dan aku telah meneliti kasus ini selama hampir lima tahun. Aku butuh praktik."Setelah mengatakannya, Tiffany mendongak menatap Conan. "Masih ada pertanyaan?"Conan membuka mulutnya, tetapi tidak bisa berbicara. Sesaat kemudian, dia menarik napas dalam-dalam. "Kalau begitu, karena penyakit istriku sama seperti yang dialami ibumu, ke depannya ...."Tiffany m