Share

Bab 122

Penulis: Clarissa
Sean menoleh dan melirik Tiffany sekilas. Suaranya yang rendah mulai terdengar agak kesal. "Kita makan dulu."

Tiffany masih duduk diam. "Sayang, kalau kamu nggak menyetujui permintaanku, aku nggak mau makan."

"Permintaan apa? Melepaskan mereka? Masalah ini nggak ada kaitannya denganku. Gimana caraku membantu mereka?" Sean merasa lucu.

Tiffany mengernyit. "Kamu pasti berkaitan dengan masalah ini. Kalau kamu nggak mau setuju, aku nggak mau makan."

Sean tergelak saking kesalnya. Gadis ini masih keras kepala seperti dulu. Sean duduk di kursi roda dengan elegan, lalu menggerakkan kursi rodanya keluar. "Sepertinya kamu nggak lapar."

Saat berikutnya, pintu kamar ditutup dengan kuat. Tiffany masih duduk diam. Hatinya terasa sakit melihat Sean meninggalkannya begitu saja. Sean tidak ingin memedulikannya lagi?

Seketika, kesedihan membanjiri hati Tiffany. Tiffany berusaha keras menahan kesedihannya. Dia memaksakan diri untuk tidak menangis. Kenapa harus sedih? Dia jelas-jelas tahu mereka bersama
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
Tiffany...kau membuat Sean murka...ayolah tif...jangan keras kepala
goodnovel comment avatar
Teh Nimaz
biar tau rasa tuh si tiffany bodoh kok di pelihara untung nya ajh dia gj mati pas di tabrak..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 123

    Tiffany benar-benar tidak makan. Keesokan pagi, Rika membawa turun makanan yang sama sekali tak tersentuh. Dengan wajah masam, dia melapor, "Tuan, Nyonya masih nggak mau makan."Sean mengernyit kuat. Gadis ini benar-benar keras kepala! Dia memicingkan mata sambil bertanya, "Apa yang dia bilang?""Katanya ...." Rika melapor dengan hati-hati, "Kalau Tuan nggak mengakui kesalahan dan nggak mau menyetujui permintaannya, dia mau mati kelaparan saja."Bam! Sean menggebrak meja. Seketika, seluruh vila menjadi sunyi senyap. Sean menggertakkan gigi dan memekik, "Ya sudah kalau nggak mau makan! Aku mau lihat, dia bisa bertahan sampai kapan!"Sean merasa dirinya harus memberi pelajaran kepada Tiffany supaya tidak begitu keras kepala lagi."Marah karena malu," gumam Chaplin yang memakai baju biru sambil mencebik. Sesudahnya, dia buru-buru menghabiskan makanannya.Sean menyipitkan matanya. Meskipun kesal, dia terkejut Chaplin berani bersuara di saat-saat seperti ini. Sepertinya, tidak sia-sia dia m

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 124

    "Kenapa kamu nggak suruh istrimu nggak makan 20 jam lebih?" sindir Sean.Sofyan seketika tidak bisa berkata-kata. Dia terlalu bodoh dan polos. "Maaf, Tuan."Seingat Sofyan, majikannya punya pendirian kuat. Sean tidak pernah menelan ludahnya sendiri. Itu sebabnya, dia mengira Sean melarang Chaplin membawakan apa pun untuk Tiffany. Siapa sangka, pemikirannya malah salah? Ternyata manusia memang bisa berubah setelah jatuh cinta."Dasar nggak berguna." Sean mengerlingkan matanya. "Pikirkan cara supaya dia makan."Sofyan termangu sejenak sebelum mengiakan. "Baik."...."Kak, ayo minum susu." Chaplin membuka pintu kamar dengan membawakan segelas susu hangat.Tiffany menggigit bibirnya dan tidak berani melirik susu itu. Dia mengeluarkan iPad untuk mencari anime yang ingin ditonton Chaplin. "Kemari."Chaplin tersenyum dan meletakkan susu itu di atas meja, lalu menghampiri Tiffany. Tiba-tiba, perut Tiffany keroncongan. Chaplin mendengarnya dan menyodorkan susu itu. "Minum dulu, Kak."Tiffany me

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 125

    Sofyan mengangguk dan buru-buru keluar. "Baik, baik."Pukul 8 pagi, Rika memasuki kamar dengan membawa kue buah yang terlihat menggugah selera. "Nyonya, aku baru belajar buat kue buah. Ayo dicicipi."Tiffany menolak dengan wajah tersenyum, "Gigiku lagi sakit. Aku nggak bisa makan makanan manis."Pukul 8.10 pagi, Genta yang bertubuh gendut membawa sepiring buah potong untuk Tiffany sambil menyanjung, "Nyonya, ini dari Tuan Darmawan. Baru diimpor dari luar negeri. Ayo makan sedikit.""Taruh saja di kulkas. Aku nggak ingin makan," tolak Tiffany sambil mengernyit.Pukul 8.30 pagi, seorang pengawal yang cukup dekat dengan Tiffany masuk dengan wajah berlinang air mata. Dia memegang ayam panggang sambil berujar, "Nyonya, ayam peliharaanku yang paling kusayangi bunuh diri hari ini. Dia terbang sendiri ke oven. Aku nggak tega makan. Kamu saja yang makan."Tiffany termangu. "Kalian nggak punya alasan lain untuk membuatku makan ya?"....Beberapa jam kemudian, Sofyan masuk ke ruang kerja Sean den

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 126

    Sean tertawa dengan pasrah. Dia menepuk punggung Tiffany dan berkata, "Ganti bajumu."Tiffany termangu. "Untuk apa?"Sean sengaja menggodanya, "Pergi makan."Tiffany segera menggeleng. "Sudah kubilang aku nggak mau makan.""Kamu yakin?""Yakin."Sean menghela napas. Dia berkata dengan kecewa, "Aku nggak bakal memaksamu. Kalau kamu benaran nggak ingin pergi ....""Aku bakal menyuruh Pak Sofyan menyuruh Taufik pulang. Kamu nggak mau pergi, 'kan?"Mata Tiffany sontak berbinar-binar. Taufik? Sean ingin membawanya makan bersama Taufik? Tiffany langsung melepaskan diri dari pelukan Sean. "Aku pergi ganti baju!""Yang pelan sedikit. Kakimu masih cedera." Sean memperingatkan dengan lembut.Tiffany tidak sempat memedulikan cederanya lagi. Dia langsung mengganti pakaian, lalu kembali ke hadapan Sean. "Sudah selesai. Ayo kita pergi!"Ketika melihat Tiffany kegirangan, Sean menggeleng dan merentangkan kedua lengannya. "Duduk di sini."Tiffany termangu, lalu menggeleng. "Nggak usah. Aku bisa jalan

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 127

    Charles termangu. Dia tanpa sadar mendongak menatap Sean. "Kalian?""Ya." Sean menyesap tehnya lagi. "Aku dan Tiffany."Charles tidak bodoh. Setelah berpikir sesaat, dia memahami maksud Sean. Charles berdeham, lalu mendongak melirik Tiffany. "Tiff."Tiffany masih mengunyah apel. Dia mendongak menatap Charles. Charles menjelaskan dengan tidak berdaya, "Aku memecat Garry atas keinginanku sendiri. Nggak ada hubungannya dengan Sean."Charles merenung sesaat, lalu mengernyit dan menambahkan, "Sebenarnya ada sedikit kaitan dengan Sean, tapi cuma sedikit."Tiffany menatap Charles dengan terkejut. "Kamu yang memecat Kak Garry?"Sebelumnya di rumah sakit, suster memberi tahu Tiffany bahwa Garry bekerja di klinik setelah dipecat di rumah sakit. Kemudian, Garry dipecat klinik karena dipaksa Sean. Ternyata, pemilik klinik itu adalah Charles. Charles tidak mungkin memecat Garry karena takut pada Sean, 'kan?"Ya. Masalahnya begini. Waktu kakimu terluka hari itu, Pak Sofyan meneleponku dan menyuruhku

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 128

    Sean menyunggingkan senyuman tipis. Suaranya terdengar dingin. "Menurutmu?"Seperti biasanya, sikap Sean tampak dingin, angkuh, dan mendominasi.Taufik menunduk dan hanya bisa menarik napas dalam-dalam. "Bu, jangan salah paham. Aku memasukkan Leslie ke rumah sakit jiwa bukan atas perintah Pak Sean.""Pak Sean menyuruhku mengirim Leslie ke luar negeri untuk belajar, tapi kami nggak ingin berpisah darinya. Anak ini jadi rusak karena terlalu dimanjakan. Dia berkali-kali bersikap lancang padamu.""Makanya, aku membuat keputusan sendiri. Aku membuat surat keterangan palsu dan mengurungnya di bangsal khusus di rumah sakit jiwa.""Dia nggak bakal menderita di dalam sana ataupun mencari masalah denganmu lagi. Aku dan istriku juga masih bisa melihatnya."Penjelasan Taufik membuat Tiffany terkejut hingga tidak bisa berkata-kata. Idiot dari mana ini? Demi bisa melihat putri mereka setiap hari, mereka lebih memilih mengurungnya di rumah sakit jiwa daripada mengirimnya ke luar negeri?Seolah-olah m

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 129

    Sofyan termangu sesaat. Dia menunduk menatap Sean. Tiffany pun baru menyadari reaksinya terlalu berlebihan.Tiffany berdeham, lalu duduk kembali dengan hati-hati. Matanya yang hitam menatap Sean dengan tatapan sedih. "Sayang, kita pergi halangi Kak Garry ya?""Kak Garry adalah salah satu dari murid genius waktu SMA. Nilainya sangat bagus. Dia susah payah keluar dari desa. Kalau pulang begitu saja, dia bakal ditertawakan orang.""Selain itu, dia bisa jadi dokter hebat. Kita nggak boleh membiarkan bakatnya terpendam begitu saja."Ketika melihat ekspresi Tiffany begitu serius, Sean tersenyum dingin. Sean diam-diam tersenyum. Meskipun begitu, dia bertanya dengan dingin, "Kamu mau menghalanginya cuma karena ini?""Tentu saja." Tiffany meraih lengan Sean, lalu menggoyangkannya dan membujuk, "Sayang, kamu harus percaya padaku. Dulu aku memang mengagumi Kak Garry, tetapi dia cuma kakak kelasku. Aku benaran nggak ingin melihat dia menyia-nyiakan bakatnya." Sean tidak bisa menahan senyumannya."

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 130

    Beberapa hari ini, Garry terus dipersulit oleh Sean. Dia tentu tahu alasannya. Meskipun begitu, Garry tidak pernah mencari Tiffany. Dia khawatir Sean menyulitkan Tiffany karena dirinya.Situasi Tiffany sudah termasuk berbahaya karena menikah dengan pria seperti Sean. Garry tidak ingin menambah masalah untuknya.Saat ini, ketika melihat Tiffany, Garry pun merasa senang. Dia bangkit dan hendak memeluk Tiffany saking bersemangatnya.Namun, Tiffany mundur selangkah untuk menghindar. Dia tersenyum manis menatap Garry. "Kak Garry, kamu nggak usah pulang ke kampung halamanmu. Suamiku bilang kamu bakal bekerja di lembaga penelitian terbaik di Kota Aven!"Suara Tiffany terdengar merdu. "Kamu sangat kompeten dan berbakat. Sudah seharusnya berkembang makin pesat. Jangan pulang ke kampung halamanmu. Nggak ada masa depan di sana."Garry terkejut mendengarnya. Dia tidak bisa memercayai pendengarannya. "Tiff, kamu bilang Sean menyuruhku bekerja di lembaga penelitian?"Garry tentu ingin bekerja di lem

Bab terbaru

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 601

    "Karena aku bukan bagian dari Keluarga Tanuwijaya. Aku tahu kapan harus bersikap profesional."Tiffany tersenyum menatap Conan dengan tatapan sedingin es. "Jangan berpikir terlalu jauh. Aku bersedia mengoperasi Sanny bukan karena ingin berdamai dengan Keluarga Tanuwijaya, juga bukan karena aku memilih untuk memaafkan.""Pertama, aku adalah seorang dokter dan dia adalah pasien. Tugas seorang dokter adalah merawat pasien. Karena kalian datang ke rumah sakit kami, sudah menjadi kewajibanku untuk memberikan yang terbaik.""Kedua, penyakitnya hampir sama dengan yang dialami ibuku dulu. Aku mengoperasinya karena penyakit ini sangat langka dan aku telah meneliti kasus ini selama hampir lima tahun. Aku butuh praktik."Setelah mengatakannya, Tiffany mendongak menatap Conan. "Masih ada pertanyaan?"Conan membuka mulutnya, tetapi tidak bisa berbicara. Sesaat kemudian, dia menarik napas dalam-dalam. "Kalau begitu, karena penyakit istriku sama seperti yang dialami ibumu, ke depannya ...."Tiffany m

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 600

    "Nggak terlalu lama." Tiffany tersenyum tipis, memeluk mapnya, dan melangkah masuk dengan tenang. "Apa kabarmu hari ini?""Cukup baik." Wajah Sanny agak merah. "Tiff, aku baru tahu dari suster beberapa hari ini. Ternyata aku pasien pertama yang kamu operasi sendiri."Sanny tahu tentang kejadian di hari pernikahan Tiffany dulu, ketika tangan kanannya ditikam oleh Shani. Saat itu, Sanny mengira itu hanya luka kecil, tetapi ternyata tikaman itu melukai tendon di tangan Tiffany.Cedera itu membuat tangannya gemetar setiap kali memegang pisau bedah untuk waktu yang lama."Mm." Berbeda dengan mata Sanny yang penuh emosi, Tiffany tampak jauh lebih tenang. Sambil menulis sesuatu di rekam medis, dia berkata dengan nada datar, "Yang penting kamu nggak keberatan dengan keahlianku.""Mana mungkin aku keberatan!" Sanny bersemangat hingga duduk tegak. "Tiff, sebenarnya ... aku ingin mengatakan banyak hal padamu. Tahun itu ....""Masa lalu sudah berlalu." Tiffany membalik halaman rekam medis yang ber

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 599

    Setelah rapat pagi yang panjang dan membosankan, Tiffany memeluk buku catatannya dan kembali ke mejanya tanpa semangat.Julie melambaikan tangan di depan wajahnya. "Lagi ada pikiran?""Nggak ada." Tiffany menggeleng dan mulai membuka buku catatannya.Meskipun ada banyak tulisan di sana, tidak satu pun kata bisa dicerna. Akhirnya, dia menutup buku itu dan melemparkannya ke samping dengan kesal.Melihat reaksinya, jelas Julie tidak akan percaya bahwa Tiffany baik-baik saja. Dia lantas menopang dagu di depan Tiffany dan bertanya, "Sean belum mencarimu?""Sudah." Tiffany menggigit bibirnya. "Dia sudah pindah ke rumah seberang selama dua hari. Selama beberapa hari ini, dia berhasil membujuk Arlene sampai hampir berpihak padanya.""Pagi ini, aku sampai harus berusaha keras meyakinkan si bocah kalau dia itu orang asing yang nggak ada hubungannya sama kita, jadi jangan terlalu dekat dengannya.""Bagus sekali!" Julie mengacungkan jempol, memberi dukungan penuh. "Memang harus begitu! Biar dia ta

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 598

    Berbeda dengan Arlo yang justru sedang dalam suasana hati yang baik. Anak kecil itu tersenyum ceria sambil menatap Tiffany. "Mama, semalam tidurnya nyenyak?"Tangan Tiffany yang sedang memegang setir mobil membeku sesaat. "Lumayan.""Tapi, semalam waktu aku bangun dan ke toilet, aku lihat Mama nggak di rumah." Arlo mengejapkan mata, menatap Tiffany melalui kaca spion. "Mama ke mana?"Tatapan serius yang penuh rasa ingin tahu itu membuat alis Tiffany agak berkerut. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu bertanya, "Arlene, kamu sadar kalau kamu salah?"Arlene yang sedang duduk di kursi belakang langsung meringkukkan tubuhnya, bersandar di sudut kursi dengan wajah penuh rasa bersalah. "Aku nggak salah ....""Masih bilang nggak salah?" Tiffany mengernyit. "Beberapa hari ini kamu nggak makan dengan baik, 'kan? Ini karena kamu pergi ke rumah orang lain buat makan enak, 'kan?""Mama sudah pernah bilang, kamu nggak boleh sembarangan makan makanan dari orang lain. Kamu juga nggak boleh sembarangan

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 597

    Tiffany kembali ke rumah, menyiapkan saus sesuai dengan selera yang dulu disukai Sean. Setelah itu, dia membawa piring itu keluar.Saat tiba di depan pintu rumah Sean, Tiffany mendengar suara telepon berdering. Sean meletakkan garpunya dengan elegan, lalu mengangkat tangan dan menjawab telepon."Hm, aku di sini." Tiffany yang berdiri di luar pintu bisa mendengar suara lembut pria itu. Tiba-tiba, langkahnya terhenti."Aku baru bisa pulang dalam beberapa hari lagi." Sean menarik napas dalam-dalam dan mengernyit. Tatapannya menunjukkan sedikit ketidaksabaran. "Sudah kubilang, aku nggak akan pulang secepat itu.""Jangan pikir yang aneh-aneh. Hubunganku dan mantan istriku nggak akan memengaruhi hubungan kita.""Ya sudah, jangan berpikir terlalu jauh. Kamu seharusnya tidur jam segini. Hm, dengarkan aku."Tiffany berdiri terpaku di tempatnya, terdiam mendengar suara penuh kasih sayang Sean, tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun.Suara ini, nada ini ... dia hanya pernah mendengar Sean berbi

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 596

    Tetangga mentraktir Arlene makan? Tiffany menggigit bibirnya dan menghela napas pelan. Dasar anak ini.Ada yang mentraktirnya makan makanan enak, tetapi dia sama sekali tidak memberi tahu ibunya. Padahal, ibunya harus berterima kasih pada mereka. Selain itu, kartu akses ini tidak boleh diterima begitu saja ....Tiffany menarik napas dalam-dalam, mencari-cari sesuatu di dalam kulkas. Setelah memeriksa sesaat, dia akhirnya menemukan sedikit tepung pangsit dan isian pangsit.Di bawah cahaya lampu, Tiffany duduk dan mulai membungkus pangsit. Setelah selesai dimasak, dia bangkit dan membawa sepiring pangsit keluar rumah.Putrinya sudah makan gratis di rumah orang lain selama dua hari. Sebagai seorang ibu, mungkin dia bisa berpura-pura tidak tahu. Namun, sekarang setelah mengetahuinya, dia tentu harus membawa sesuatu sebagai balasan. Itu baru namanya tahu sopan santun.Mendengar suara pintu tertutup, Arlo yang sedang bersandar di ranjang pun menghela napas pelan dan memejamkan matanya.Larut

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 595

    Saat makan malam, meskipun Arlene masih tidak makan terlalu banyak, setidaknya dia makan lebih banyak dibanding kemarin. Setelah selesai makan, Tiffany menemani kedua anaknya menyelesaikan puzzle sebelum membawa Arlene ke kamar mandi untuk mandi.Setelah Arlene selesai, giliran Arlo. Seperti kebiasaannya, setelah menidurkan Arlene, Tiffany pergi ke ruang cuci untuk mencuci pakaian anak-anaknya.Ketika dia mengingat bahwa sore tadi kedua anaknya sempat keluar rumah dengan mengenakan piama, dia pun mengambil pakaian mereka untuk dicuci dengan tangan.Namun, saat dia mengambil piama Arlene, sesuatu yang aneh menarik perhatiannya. Tidak ada noda debu atau kotoran, tetapi ada bekas jus stroberi. Noda merah itu tercetak di bagian depan piamanya.Tiffany menunduk dan menciumnya. Benar-benar aroma stroberi.Keningnya mengernyit penuh kebingungan.Stroberi?Seingatnya, tadi Arlene memakan stroberi di pasar saat masih mengenakan seragam TK-nya. Lalu kenapa sekarang ada noda stroberi di piamanya?

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 594

    Begitu suara pria itu terdengar, pintu kamar tidur terbuka perlahan-lahan. Seorang pria yang tinggi dan tegap melangkah keluar dari kamar.Mata Arlo langsung membelalak. Arlene refleks mundur selangkah, lalu berbisik, "Kak, ini Paman tampan yang aku bilang!"Namun, Arlo tetap terpaku di tempatnya dan menatap pria di depannya dengan ekspresi penuh keterkejutan.Pria ini ... ayahnya? Tapi, bukankah Mama selalu bilang kalau ayahnya sudah meninggal? Bukankah Mama pernah mengatakan kalau rumput di atas makam ayahnya bahkan sudah lebih tinggi darinya?Lalu kenapa pria ini ... mirip sekali dengannya? Bukan hanya mirip, tapi benar-benar identik. Seolah-olah dia sedang melihat versi dewasanya sendiri.Sean tersenyum tipis dan berjalan santai ke sofa, lalu duduk dengan tenang.Di sisi lain, Arlene yang awalnya sedang duduk di sofa, langsung bergeser menjauh dengan hati-hati karena terpengaruh oleh ucapan kakaknya tadi.Pria itu menatap Arlo dengan sorot mata tajam. "Terkejut? Aku sudah bilang, s

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 593

    Arlene berdiri di atas karpet merah muda di depan pintu apartemen Sean dan mengeluarkan kartu akses dari saku piamanya dengan hati-hati. Dengan gerakan kecil, dia menggesek kartu di pintu."Beep!"Pintu terbuka.Di dalam, suasana masih sunyi, tidak ada siapa pun. Namun, di atas meja kopi di ruang tamu, masih ada sepiring besar stroberi segar, sama seperti kemarin.Mata Arlene langsung berbinar!Keputusannya tidak meminta Mama membeli stroberi tadi sangat tepat! Stroberi di pasar mana mungkin sebagus yang ada di rumah Paman tetangga ini! Rasanya juga pasti lebih enak!Karena nafsu makannya, gadis kecil itu berlari dengan gembira ke arah stroberi.Satu buah, dua buah, tiga buah ....Rasanya yang asam manis langsung membuat senyumnya semakin lebar. Sampai Ketika dia makan sampai hampir kenyang, Arlene mengusap perutnya dan bersendawa kecil.Namun, Arlene masih ingat peringatan ibunya. Jika tidak makan malam dengan baik, dia harus pergi ke dokter! Jadi, dia harus menyisakan ruang di perut

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status