“Ahh...lebih dalam.” Putik mengerang keras dan menarik Leo dengan melumat bibirnya kasar.
Gerakan mereka semakin cepat, tidak lama kemudian Leo mencapai klimaks dan mengeluarkanmya didalam. Melepaskan penyatuan mereka, terlihat cairan mereka keluar dari milik Putik. Beranjak dari atas Putik, melangkah kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Leo mengajak Putik untuk kedalam kamarnya yang ada di hotel, kamar khusus yang menjadi fasilitasnya. Bukan hanya Leo yang mendapatkan tapi Irwan dan Agus juga, semua ini dilakukan kalau mereka harus menginap karena pekerjaan.
“Aku akan antar kamu pulang.” Leo mengatakannya dengan menatap Putik yang masih berada di ranjang.
“Aku juga harus menjemput Risa, kamu banyak kerjaan jadi nggak usah.” Putik menolak ajakan Leo, beranjak dari ranjang menuju kamar mandi.
Leo memilih tidak menghiraukan apa yang Putik lakukan, hubungan mereka sudah berjalan beberapa minggu. Leo sendiri juga su
Mengelilingi hotel bersama dengan Agus, melihat bagaimana kondisinya untuk bisa dilaporkan pada pusat. Tidak hanya itu Leo juga ingin dekat dengan karyawan-karyawannya yang lain bukan hanya Irwan, saling berbicara satu sama lain mengenai kondisi hotel.“Aku mau ke lobby, berbicara sama pria-pria itu.” Leo menatap Agus sekilas yang hanya dijawab dengan anggukan.Langkah Leo terhenti saat melihat Fransiska bersama dengan seseorang, tidak tahu siapa yang bersama dengannya. Memilih tidak terlalu mempercayai matanya mengenai pemandangan didepan, langkah Leo semakin menuju ke pria-pria yang bertugas menyambut para tamu. Leo berdiri disampingnya, bertanya beberapa hal pada pria disampingnya yang tampak gugup membuat Leo tersenyum.“Leo,” ucap sumber suara membuat mereka menatapnya “Aku nggak tahu kalau kamu....” Fransiska menatap Leo dari atas ke bawah “Kamu kerja disini?”“Ya.” Leo menjawab langsung &l
“Dia tadi idola yang memiliki tinggi badan kayak model.” Putik membuka suaranya saat Leo melepaskan penyatuan mereka “Groupnya memang tidak terlalu terkenal tapi banyak yang suka, apa ya bilangnya susah menjelaskan. Mereka disukai dengan semua sikap dan lagu-lagunya, tapi fans mereka bukan hanya menyukai mereka tapi banyak idola lainnya.” Leo menatap dalam diam tentang apa yang Putik katakan tentang Fransiska “Banyak yang menjodohkan dia dengan idola pria kaya Dongdet sama Tigabelas.”“Tampan?”Putik mengangguk “Gara-gara itu banyak yang nggak suka sama group itu, mengatakan mereka jalang dan wanita penggoda, meskipun begitu secara perlahan berita itu hilang karena sikap mereka yang ramah dan sopan pada semua orang ditambah mereka tidak menunjukkan kedekatan dengan group pria itu. Tigabelas pengecualian karena salah satu diantara mereka atau lebih sudah berteman, jadi fans mereka tidak mempermasalahkan.”
“Kamu membuat reservasi khusus untuk orang tuanya Fransiska?” tanya Irwan penuh selidik “Diundur aja lah.”Leo menatap bingung “Memang kenapa?”“Aku ada masalah sedikit sama papi kamu.” Irwan menundukkan kepalanya, Leo mengangkat alisnya tanda bingung “Masalah Naila tidak bisa dengan mudah diselesaikan, pengajuan cuti juga tidak terlaksana.”“Bukannya sudah cuti kemarin? Nggak jadi nikah?” tanya Leo bingung.Irwan memutar bola matanya malas “Kamu kira ngurus nikah bisa dalam sekejap mata? Pakai otak dong.”“Gue belum pernah urus begituan,” ucap Leo kesal.“Makanya buat Putik mau terima lamaran kamu, bukan mengejar Fransiska. Tunggu kamu sama Fransiska belum melakukan sesuatu?” Leo menggelengkan kepala “Cemen banget jadi orang.”Leo membelalakkan matanya menatap tidak percaya dengan apa yang Irwan katakan “Dia t
Mengantarkan Tania ke lobby setelah pembicaraan dengan Putik, Leo tidak tahu harus bagaimana pada mami tercintanya ini. Sang mami selalu memiliki penilaian yang Leo tidak bisa tebak sama sekali, dan saat ini tidak ingin bertanya lebih tentang apa yang dikatakan pada Putik.“Mami benaran ngajak Putik ke acara keluarga?” tanya Leo saat sudah berada depan pintu mobil “Kita bicara dalam mobil.”Leo masuk terlebih dahulu, tidak menghiraukan tatapan Tania yang kesal pada dirinya. Mereka berdua duduk berdampingan dengan supir yang ada didepan, menatap mami tercintanya yang hanya diam dan menatap lurus ke jalanan.“Apa alasan mami mengundang Putik dan Risa ke acara keluarga?” tembak Leo langsung.“Membuat Putik merasakan bagaimana memiliki keluarga, bukannya kamu sudah melamar dia? Seharusnya kamu mengajak ke acara keluarga kita, dengan cara seperti itu membuat dia akan berubah pikiran.”“Mami bilang ma
Memberikan hadiah berupa voucher untuk orang tua Fransiska adalah langkah awal yang Leo lakukan, voucher diberikan saat mereka tampil di acara yang diadakan salah satu tamu hotel bersama dengan membernya. Leo lagi-lagi datang melihat penampilannya, kedua kalinya melihat Fransiska dan teman-temannya tampil.Mendatangi mereka di ruangan khusus, suara tawa mereka terdengar sampai luar membuat Leo terkejut. Sedikit ragu mengetuk pintu, walaupun akhirnya dilakukannya dengan keinginan bertemu dengan Fransiska. Pintu terbuka menampilkan salah satu staf yang ikut acara mereka, Leo masuk kedalam seorang diri dan berhasil membuatnya menarik perhatian mereka semua.“Ah...kamu.” Fransiska mendatangi Leo dengan senyuman lebar “Kamu bisa datang?”“Bisa bicara berdua?” Leo memandang Fransiska tepat di matanya.Fransiska mengangguk “Mau disini atau diluar?”Leo memandang sekitar dimana ada banyak orang “Diluar.
Menggosok wajahnya kasar, mengatakan kata-kata yang tidak masuk akal pada Fransiska. Leo benar-benar frustasi saat ini, mengingat apa yang mereka lakukan di kamar khusus miliknya ini. Hembusan nafas panjang dikeluarkannya tanda bahwa dirinya benar-benar frustasi, ketukan pintu membuyarkan lamunannya.“Pak Leo membuat reservasi di restoran depan?” tanya Agus yang Leo anggukin pelan “Disana ada ayahnya Larissa, Pak Tommy.”“Pak Tommy salah satu pejabat dan pengusaha yang pernah papi bicarakan?” tanya Leo memastikan yang diangguki Agus “Larissa siapa? Temannya Fransiska?”“Satu group atau bisa dikatakan bersama-sama, Fransiska paling tua dan Larissa paling muda.” Agus menjelaskannya yang hanya diangguki Leo “Bapak nggak mau ketemu?”“Buat apa? Cari muka? Aku bukan type seperti itu, biarkan Lucas yang lakuin hal-hal itu dan bukan aku.” Leo mengatakannya dengan malas “Bil
“Augh...sakit....Ahh....”Suara erangan Putik terdengar jelas, Leo menggerakkan miliknya dengan kasar. Pertemuannya dengan Wijaya dan pemandangan Putik memasuki mobil yang tidak dikenal membuat Leo menjadi tidak menentu. Gerakannya didalam Putik semakin kasar, tangannya tidak lepas dengan meremas bukit kembar secara kasar.“Leo...ahhh...dalam dan lebih keras.”Mendengar suara Putik membuat Leo menggerakkan semakin kasar dan cepat, suara gesekan kelamin dan kulit diikuti dengan suara erangan mereka. Tidak lama Leo merasakan Putik akan mencapai klimaksnya lagi, membuatnya bergerak semakin cepat agar bisa mencapai klimaks secara bersama, mendorong semakin dalam saat mereka berdua mencapai klimaksnya. Mendiamkan beberapa saat sebelum akhirnya melepaskan penyatuan mereka, Leo dapat melihat banyaknya cairan yang keluar dari Putik. Memilih duduk di salah satu kursi di meja makan, menatap Putik yang berada tidak jauh darinya dengan memegang
“Dia menerima kamu?” tanya Irwan tidak percaya.“Apa nggak aneh?” tanya Endi lagi yang menatap dalam pada Leo.Leo mengangkat bahu “Mungkin, tapi setidaknya dia menerima lamaranku.”“Kamu masih memiliki rasa sama dia?” tanya Irwan dengan tatapan penuh selidik.“Penyanyi itu bagaimana?” tanya Endi lagi.“Kalian bisa kalau tanya satu per satu?” Leo menatap malas pada kedua orang dihadapannya “Kamu kapan menikahi dia? Apa mau Dona aja yang kamu nikahi?”Melempar kertas dengan memberikan tatapan tajam “Nggak semudah itu ternyata, pengalaman masa lalunya membuat orang tua dia bertanya-tanya tentang keseriusanku. Sampai aku minta Om Awang turun tangan, hasilnya tidak jauh berbeda.”“Gue nggak peduli sama kisah lo, sekarang Leo aja fokusnya.” Endi memotong perkataan Irwan dengan menatap Leo penuh selidik “Jangan mengalihkan pembi