Hari mulai gelap. Gerimis mengiringi datangnya malam. Lampu di kamar Kakek mulai menyalah. Nyala lampu kamar Kakek Rinto redup, khas rumah tua. Sayup-sayup terdengar lagu Schoon Ver Van Jou yang mendayu – dayu.
Suasana malam tanpa bintang, ditemani gerismis dan angin malam Ranny duduk di depan teras rumah. Ranny duduk menyendiri memikirkan Susan – Ibu mereka, yang terpapar Covid-19.
“Ranny, masuk ke dalam rumah, di luar dingin,” ujar Tante Tina yang datang kemudian ke teras depan.
“Ranny masih ingin duduk,Tante. Tante duluan saja masuk ke dalam rumah,” ujar Ranny.
Ranny memikirkan nasib Ibu Susan, sambil memperhatikan kristal-kristal air yang jatuh membasahi bumi, Ranny duduk di teras depan, sampai pikiran dan hatinya tenang. Ranny kadang berdiri menatap langit tanpa bintang, Ranny hanya menemukan guntur dan kilat yang sahut-sahutan. Ranny masuk ke dalam rumah, langsung ke kamarnya. Di kamarnya Ranny mengambil tas pemberian Tante Tina, Ranny mengenakan tas tersebut dan berjalan ke sana ke mari di dalam kamarnya.
Setelah itu, Ranny menyimpan tas pemberian Tante Tina pada tempat semula. Ranny juga membersikan mejah belajar sebelum dia menggunakannya. Malam ini, Ranny sangat gelisa, Ranny selalu memikirkan Susan – Ibu mereka. Pikiran Ranny tergangggu setelah tadi siang Juan memberinya bundelan koran bekas, yang memberitakan tentang virus Corona.Bundelan koran bekas masih ada di atas meja belajar Ranny. Ranny kembali membuka lembaran bundelan koran bekas untuk membacanya.
Setelah membaca bundelan koran bekas, Ranny menjadi risau. Ranny mengambil diary milikya dan menulis, “... Bohong kalau Ranny tidak risau. Bohong jika Ranny tidak gelisa. Ranny takut? Pasti! Terlalu banyak yang Ranny khawatirkan. Termasuk mengewatirkan diri Ranny sendiri. Ranny kerap keluar rumah. Jalan ke sana, jalan ke sini. Ranny bertemu teman.
Ranny bertemu dan berkumpul dengan banyak orang.Ranny dan Juan rindu masakan Ibu Susan. Masakan Ibu lesat. Covid-19, sejak pandemi semiggu lalu aktivitas Ranny di luar rumah mulai berkurang, justru bikin Ranny tambah parno. Terlebih setiap kali badan terasa tak fit. Kadang pening kepala, kadang terasa demam, padahal Ranny tahu, itu sudah biasa terjadi. Sejak hadirnya Covid-19, Ranny jadi takut batuk, takut bersin, takut demam, dan takut flu.”
Setelah selesai menulis Ranny menutup diary dan menyimpannya. Karena rasa kantuk mengintip dan menggoda Ranny, Ranny meninggalkan meja belajar menuju ranjang, Ranny berbaring dan tidur begitu pulas. Tengah malam, Ranny terjaga, Ranny bangun dan langsung duduk di samping tempat tidur. Ranny memperhatikan Jam weker di atas meja belajar menunjukkan pukul 12.00 malam.
Ranny mimpi buruk. Ranny bermimpi bahwa Ranny kejutkan oleh suara kakek yang memanggil Juan. Ranny bagun dan menujuh kamar Kakek untuk melihat-lihat apakah Kakek sedang tidur, namun rupanya kakek sedang berjaga. Kakek tidak bisa tidur malam ini. Ranny juga menujuh ke kamar Tante Tina dan kamar Juan. Sementara itu, Juan dan tante Tina pulas tidur. Ternaya Ranny hanya mimpi.”
Ranny kembali ke kamarnya dan berbaring. Ranny tidak mampu menutup mata, Ranny kembali bangun dari tidurnya dan mengambil diary miliknya dam menulis tentang mimpinya itu. Ranny menulis, “Ada mimpi yang saya percaya sebagai firasat atau tanda, ada juga mimpi yang saya anggap hanya bunga tidur.” Ranny menutup diary dan menyimpannya.
Sebelum melanjutkan tidur malam Ranny sempat membaca lembaran artikel pada bundelan koran bekas. ketika Rasa kantuknya kembali mengintip dan menggoda Ranny, Ranny menutup bundelan Koran bekas dan kembali tidur. Semuanya pada tidur menanti fajar kembali hadir di pagi hari membawa harapan baru dan cerita baru.
***
Sambil memasak di dapur, Ranny membanyangkan suatu masa nanti, Sidang Dewan Perwakilan Rakyat tidak lagi di dalam ruangan. Namun, Sidang Dewan Perwakilan Rakyat terjadi di ruang publik. Jika hal itu terjadi, Ranny membayangkan terjadi peristiwa sikut – menyikut, sindir – menyindir di media sosial. Semacam perang penah begitu.
Adu argumen, pendapat, menuangkan pikiran melalui tulisan. Sebab sebenarnya kata itu netral. Tidak berpihak. Hanya tafsiran manusia yang membuatnya berpihak. Bahkan, imajinasi manusia yang membuatnya liar.
Pembaca biasanya sangat suka mengikuti perang penah. Kalau menarik, keseruannya sering menyeruak keluar dari satu halaman majala atau koran menjadi seluas satu kampung, satu kota, tidak terukur menjangkau dunia pembaca. Dalam perang penah ini, isi otak anggota dewan terhormat dapat diukur dengan jelas. Kecerdasan emosional setiap orang pun dihitung dengan pasti.
Bahasa merupakan jalan untuk manusia berkembang dalam pikiran dan karakter. Melalui bahasa, manusia menghargai kehidupan. Melalui jalan bahasa, kita membangun manusia masa depan yang baik. bukankah bahasa tulisan juga punya nilai rasa, seperti menu masakan, kata, kalimat atau setiap tulisan memiliki rasa gurih, renyah, pedis, asam dan manis. Menjadi anggota dewan itu tugasnya berbicara. Ingat berbicara! Anggota dewan lebih hebat jika dapat menulis. Pintar berbicara, menulis baik dan piawai sehingga menghasilkan sesuatu untuk kepentingan rakyat yang diwakilkan.
Apakah kepentingan rakyat banyak dipikirkan dan diakomodir atau tidak. Menjadi anggota dewan terhormat harus berani berkata dan berjuang demi kepentingan rakyat. Anggota dewan terhomat itu seperti, Ibu rumah tangga yang meracik masakan yang disukai dan dinikmati seluruh anggota keluarga. Ranny menghayal. Aroma gosong ikan goreng mengundang Tante Tina pergi ke dapur. “Ranny kalau memasak jangan melamun,” kata Tanta Tina menyadarkan Ranny yang sedang menghayal.
“Rany meminta maaf,Tante Tina, karena kelalaian Ranny dalam bekerja,” ujar Ranny.
“Oh, tidak mengapa, lain kali kalau bekerja jangan mengulanginya lagi,” kata Tante Tina kepada Ranny, “Ranny istirahat sebentar, nanti Tante Tina yang melanjutkan untuk menyiapkan menu sarapan pagi,”
Juan dan Kakek Rinto sedang asyik mendengar berita tentang virus Corona. Virus yang sampai saat ini belum ada obat penawarnya. Dalam keseriusan mendengar berita Juan bertanya kepada kakeknya, “Kakek,mengapa baru saat ini virus corona itu berbahaya, padahal virus itu katanya berasal dari kelelawar sesuai berita di televisi. Juan dan Kakek tahu bahwa banyak dari masyarakat desa ini suka mengonsumsi daging kelelawar tapi masyarakat desa ini tidak apa-apa? Juan curiga jangan-jangan bukan virus tetapi bakteri sebagai penyebab dari penyakit ini.”
Kakek Rinto tersenyum dan berbicara kepada Juan, “Juan, penyebab penyakit Covid-19, entah itu virus atau bakteri, masih membutuhkan pembuktian. Obat penawar penyakit Covid-19 belum ada. Untuk itu perlu adanya kesadaran dari semua orang untuk menekan laju penyebaran penyakit ini. Saat ini, setiap orang harus dapat bersahabat dengan virus Corona, semua orang harus hidup ditengah virus Corona. Awal rasanya berat tetapi nanti juga terbiasa dan orang tidak lagi takut dan terbiasa dengan penyakit virus Corona.”
“Setiap hari pembicaraan tidak terlepas dari covid-19,” kata Ranny yang sedang menuju ruang makan dengan membawa semangkuk sayur di tangannya, “Iya, setiap hari aktivitas hanya di dalam rumah. Setiap hari berita ditelevisi menyiarkan korban meninggal karena covid-19.” “Kehadiran virus corona ini akan merubah gaya hidup manusia, termasuk Juan, Ranny, Kakek Rinto, dan Tante Tina dan semua orang,” jelas tante Tina, “Anak-anak sekolah menjalani sekolah daring, kampus-kampus melaksanakan kuliah daring. Segala sesuatu dilaksanakan dari rumah dengan bantuan teknologi buatan yakni smartpon. Namun, sekolah daring atau kuliah daring memiliki banyak kekurangannya. Seperti, tidak semua peserta didik, memiliki smartpon, jika peserta didik memiliki smartpone itu pun mungkin saja dengan susah paya orangtua dari peserta didik memperolehnya. Belum lagi masalah jaringan internet, tidak semua daerah memiliki jaringan internet yang baik, mungkin saja di daerah tertentu ada jaringan inter
Sesudah sarapan Ranny masuk ke kamarnya. Ranny mengambil diarynya dan menulis, “pandemi corona virus ini mengubah gaya hidup semua orang. Sebelum kehadiran virus corona, orang-orang bergaul bebas, melakukan perjalanan sesuka hati. Ranny, Juan, Ayah dan Ibu selalu menikmati kebersamaan ini dengan bertamasya. Ketika Ranny, Juan dan semua anggota keluarga berkumpul, di sana ada kegembiraan. Namun, tidak untuk saat ini. Sekarang berbeda. Kini di masa pandemi virus corona ini masyarakat dihadapkan pada kegelisahaan dan ketakutan, kesepian dan kesendirian di saat orang hendak memenuhi kebutuhan hidup, mereka kehilangan pekerjan di saat hendak perpergian orang takut terserang virus corona.” Ranny menghentikan sebentar ketika pintu kamarnya diketuk. “Kak Ranny tolong bukakan pintunya, ini dengan Juan.” Kata Juan. “Juan, apa yang boleh Kak Ranny bantu?” kata Kak Juan sambil berdiri membukakan pintu untuk Juan. “Maaf, Kak Ranny jika Juan mengganggu, Juan minta bantuan
Malam ini, kegiatan di dapur agak terganggu. Tante Tina mengalaminya, karena ketika Tante hendak menyalakan kompor gas, rupanya kehabisan gas. Tante Tina menuju ke pondok di samping dapur. Pondok itu beratapkan rumbai daun lontar. Dinding pondok terbuat dari belahan bambu. Tante Tinna mengambil kayu bakar dan menyalakan api di tunggku perapian. Tante Tinna memasak semuanya di tungku api. dari balik pintu Rany memperhatikan Juan. Juan duduk di teras depan dengan raut wajah Juan dipenuhi rasa kesedihan. Untuk sekian kalinya Ranny melihat Juan duduk menyendiri. Kelopak matanya sembap. Tatapannya kosong layaknya seorang yang kehilangan separu nyawa. Hampir setiap saat Ranny melihat adiknya seperti itu. Duduk termangu jika tak ada teman diskusi. Oleh sebab itu, Ranny dan Kakek Rinto selaku mengajaknya diskusi atau berbicara berbagai hal agar Juan dapat terhindar dari kesedihannya. Seharian mereka bersenang – senang di lahan pertanian.Namun, rasa kesedihan Juan belum juga hi
Ranny mengamati perempuan itu dari balik jendela lantai dua rumahnya. Apa yang dilakukan perempuan itu tak luput sedetik pun dari matanya. Ranny beringsut saat perempuan itu celangak celinguk dan menatap jendela tempatnya bersembunyi. Dihembuskannya nafas lega saat perempuan itu pergi sambil menjinjing kantong plastik biru dan seorang bocah kecil di gandengannya.Waty bergegas membuka kantong plastik biru itu sesampainya di rumah. Senyumnya mengembang saat dilihatnya satu toples kue, beberapa potong ayam goreng dan sebungkus nasi di antara perca kain dan robekan koran. Waty tak habis pikir dengan orang kaya di rumah besar itu. Makanan yang mereka buang begitu banyak. Jumat minggu lalu, ada donat meses dan beberapa potong daging dimasak kecap dengan beberapa sayur hijau dan merah yang kata asisten rumah sebelah, paprika namanya. Ah, Waty lega melihat senyum anaknya saat mengunyah kue. Tapi, tunggu..., Niah terkejut melihat sesuatu di balik sobekan
Sore, tepat pukul 15:30, Juan dan Ranny sudah di depan gerbang halaman rumah Pak Pedro. Mereka diterima oleh seorang sekurity. Juan dan Ranny menyampaikan maksud kedatangan mereka. Mereka dihantar Sekurity menemui Pak Pedro–Ayah Joe. Pak Pedro menyambut kedatangan mereka berdua. Ranny dan Juan memberi salam kepada Pak Pedro,“ Selamat sore, Pak.” “Selamat sore juga, Juan dan Ranny,” kata Pak Pedro. Pak Pedro mempersilakan Ranny dan Juan duduk di ruang tamu. Tidak menunggu lama Rosla – asisten rumah tangga Pak Pedro menyugukan minuman. “Diminum minumannya, Kak” ujar Rosla. Sedang menikmati minuman Juan bertanya kepada Pak Pedro, “Maaf, Pak, Kedatangan Juan dan Ranny sore ini, untuk menjenguk Joe, karena hari ini, Joe tidak mengikuti sekolah online. Bolehkah Juan ingin tahu, Apakah Joe ada?” “Nak, Ranny dan Juan, Joe ada di kamarnya,” kata Pak Pedro, “Kalau mau langsung bertemu Joe boleh ke kamarnya.” “Tidak, Pak. Kami ing
Kepada Juan, Tante Tina berkata,“Juan, bolehkah Tante Tina meminta tolong? Bolehkah Juan, menghantar kue ini ke, Ibu Rina, ya?”“Tidak, ah, Tante,” jawab Juan.“Mengapa tidak mau, Juan?” tanya Tante Tina.“Apakah Tante lupa, kita dalam masa karantina!” jawab Juan.“Nanti sampai di rumah Ibu Rina, Juan gantung saja kresek berisi kue ini di gerbang halaman rumah Ibu Rina. Nanti juga di ambil oleh Ibu Rina. Bagaimana, Juan? Apakah Juan bersedia menghantar kue ini ke rumah Ibu Rina? tanya Tante Tina.“Juan Bersedia menghantar Kue ke rumah Ibu Rina, tetapi karena terpaksa,” jawab Juan“Terima kasih Juan, ini kuenya,” kata Tante Tina kepada Juan sambil menyodorkan kresek berisi kue.Juan merasa malas kalau di suru Ibu atau Tante Tina atau tante ke rumah Ibu Rina. Ibu Rina yang tinggal di Blok ujung kampung yang sering ting
“Pernahkah Ranny merasakan pada urutan kedua?” kata Juan kepada Ranny yang sedang menikmati gurih dan renyanya emping jagung buatan Ibu Rikka.“Belum, Sebab Ranny anak pertama,” ujar Ranny, “kalau Juan sudah biasa degan urutan kedua, sebab dia anak kedua.”“Juan, sebagai anak kedua, iya, anggap saja itu prestasi teringgiku. Jelas, yang Juan rasakan adalah rasa iri luar biasa pada urutan pertama,” kata Juan, “Hal yang sejujurnya Juan dari menjadi yang kedua.”“Dari manakah datangnya perlombaan untuk mendapatkan urutan ini?” kata Ranny, “terlahirnya dari pengkondisian di dalam keluarga.”“Sangat menyebalkan! hal lain yang sulit Juan diterima adalah alasan ‘Kan Kakak punya itu, pinjam saja!’ atau ‘bisa untuk berdua’,” kata Juan, “ Sering orang membandingkan, ‘Serius itu kakakmu? Kok bedah?’”“Juan
Kakek Rinto, dan Juan, sibuk membaca di ruang rekreasi, sedangkan Tante Tina dan Ranny asyik menonton menonton film kesukaan di televisi. Mereka sampi lupa waktunya makan siang. mereka disadarkan oleh bunyi lonceng gereja yang berdentangan tepat pukul 12.00 siang. Kakek yang sedang serius membaca koran berkata kepada Kakek Tina dan Ranny, “Tina, Ranny sudah waktunya makan siang, tutup televisinya. Mari, kita ke ruang makan.” “Aduh, nanggung Kakek, Film nya kren, tetapi Kakek menyuru unuk menutup tetevisi, ya, terpaksa,” ujar Ranny yang sedang penasaran dengan alur cerita dari film tersebut. “Selesai makan siang, bisa lanjut menonton,” kata Kakek Rinto, “Kakek sudah keroncong. Ayo, ke ruang makan.” Kakek Rinto, Juan, Tante Tina, Ranny bersama-sama ke ruang makan untuk makan bersama. di dalam keluarga Anre selalu diajarkan untuk makan bersama, jika semua anggota berada di rumah. Anggota keluarga dapat tidak hadir dalam makan bersama jika sakit