“Ya ampun Melisa, kamu mengagetkan aku,” ucapku pada Melisa.
Biar aku ingatkan kembali, Melisa adalah adik tiriku. Ayahku memang menikah untuk kedua kalinya setelah ibuku meninggal. Yap! Sekarang aku tahu mengapa ibuku meninggal.Melisa ini anak yang dibawa oleh ibu tiriku. Jadi, sebenarnya kita tidak memiliki hubungan darah. Namun, aku sangat mencintai Melisa, karena aku lah yang merawat Melisa sejak Melisa masih kecil. Bisa dibilang, Melisa tumbuh bersamaku.Semua narasi di atas kini tidak ada artinya. Mencintai Melisa? Jangan bercanda, Melisa adalah orang yang paling aku benci saat ini. Dia lah orang yang mendorongku dari atas tebing. Dasar manusia tidak tahu terima kasih.“Kaget dikit gak bakal bikin, Kakak terkena serangan jantung,” balas Melisa meringis ke arahku. “Aku kangen banget sama kamu, Kak. Semenjak kamu menikah dengan Kak Beni, sekali pun kamu tidak pernah mengunjungi aku. Sekarang aku kesal banget loh!”MeliJika diingat kembali, di kehidupanku sebelumnya aku bertindak ceroboh. Aku melabrak suamiku dan Melisa yang tengah asyik bercinta. Tindakanku tersebut membuat diriku harus rela dikurung oleh Beni selama berminggu-minggu.Untung saja, kemarin aku tidak terbawa emosi. Aku jadi masih bisa bebas hingga detik ini. Satu takdirku telah berubah.Nunu membantuku menata makanan di atas meja. Sebagai menantu keluarga Louzi, sudah menjadi tugasku untuk memasak.Aku tersenyum semanis mungkin menyambut kehadiran suamiku. Tak berselang lama, Melisa muncul di belakang Beni.“Kalian tidur nyenyak?” tanyaku pada mereka.Aku membalik piring suamiku lalu mengisi piring itu dengan nasi.“Selamat pagi, Kak,” ucap Melisa. “Huaaahhh! Aku masih mengantuk,” tambahnya menguap sembari meregangkan tubuh.“Tadi malam tidur jam berapa sih? Kok masih mengantuk?” tanyaku pada Melisa.Melisa yang masih memejamkan mata itu langsun
“Katakan dengan jelas. Aku tidak ingin mendengar berdasarkan dugaanmu saja,” kata Jimmy. Selain arogan dan dingin, sepertinya Jimmy adalah tipe orang yang tidak suka basa-basi. Baiklah, aku suka pria seperti itu. “Pada waktu polisi menemukan jasad Tuan Louzi, aku dan Beni langsung meluncur ke rumah sakit untuk melihat Tuan Louzi. Polisi mengatakan jika Tuan Louzi meninggal karena terbunuh, dan Beni meminta para polisi untuk menyelidiki. Entah mengapa, tiba-tiba muncul surat yang menyatakan jika Tuan Louzi meninggal karena serangan jantung. Bukankah, ini terdengar sangat janggal?” Dahi Jimmy mengerut saat mendengarku menjelaskan. “Terlebih, beberapa hari sebelum Tuan Louzi ditemukan meninggal. Ada satu malam yang sangat mencengkam. Beberapa orang bersenjata masuk ke dalam rumah, mereka memukul Tuan Louzi hingga tak sadarkan diri. Lalu mereka membawa pergi Tuan Louzi. Saat kejadian, aku melihatnya sendiri.” Jimmy menatapku tajam,
Ternyata suamiku mampu menahan hasratnya untuk tidak bercinta dengan adik tiriku. Buktinya aku sudah tidak memergokinya keluar kamar di tengah malam.Mungkin kah Beni takut jika Jimmy mengetahui kelakuannya selama ini? Tentu saja, di keluarga Louzi, pernikahan merupakan hal paling dijunjung tinggi. Perselingkuhan dan perceraian adalah hal tabu di tradisi keluarga Louzi. Aku senang mengingat kenyataan tersebut.“Sayang,” panggil Beni.Aku langsung menoleh ke arah suamiku. Dia sudah siap dengan kemeja cokelat miliknya.“Aku akan pergi makan malam bersama rekan bisnisku yang datang dari Prancis,” terang Beni tanpa aku minta.Aku membalas dengan senyuman. “Boleh aku tahu, di restoran mana kamu akan pergi makan malam bersama dengan kolegamu?” tanyaku.“Tumben kamu bertanya? Biasanya kamu tidak peduli dengan tempat yang akan aku kunjungi. Kamu ingin ikut?” Beni balik bertanya.Dia menatapku intens, seakan heran d
“Ketika sudah tidak ada kesetiaan dalam rumah tangga, tindakan terbaik yang harus diambil adalah mengajukan perceraian,” jelas Jimmy membenarkan.“Apa yang terjadi kepada Beni kalau aku mengajukan perceraian?” tanyaku.“Tergantung bagaimana cara Beni bercerai. Kalau kalian bercerai karena Beni selingkuh, maka Beni akan kehilangan segalanya. Dengan syarat, kamu harus melampirkan bukti perselingkuhan yang dilakukan Beni.”Itu adalah kalimat terpanjang yang pernah aku dengar dari Jimmy.“Melampirkan bukti?” tanyaku.“Ya, kamu harus punya bukti, seperti video atau foto yang jelas,” jawab Jimmy.“Kamu benar, Beni pasti akan mengelak tuduhanku karena aku tidak memiliki bukti. Terlebih, Melisa juga akan membela Beni mati-matian. Setelah kami bercerai, Beni dan Melisa bisa hidup bahagia. Aku tidak terima jika hal itu terjadi!” cecarku menggebu-gebu.Jimmy memandangiku lalu mengelus kepalaku. Perasaanku berdesir nya
Sungguh busuk! Sejak awal Beni memang mengincar hartaku sebagai pewaris tunggal keluarga Yus.Apa dia bilang barusan? Akan mengambil seluruh hartaku, lalu memberikannya kepada Melisa? Jangan terlalu berharap dan tetaplah itu menjadi mimpimu belaka. Aku, tidak akan membiarkanmu begitu saja. Hartaku, hanya akan menjadi milikku.“Lantas? Mengapa kamu memperbolehkan Jimmy mendekatimu?” tanya Beni.Aku kembali fokus kepada dua manusia tidak bermoral itu.“Aku memperbolehkan Jimmy mendekatiku hanya untuk menutupi hubungan kita. Kamu enggak mau kan dicurigai sama Kak Elina. Kita harus pintar berpikir untuk menyembunyikan hubungan kita,” jelas Melisa.“Baiklah aku setuju kamu dekat dengan Jimmy. Tetapi, jangan pernah sekalipun kamu mengizinkan Jimmy menyentuh tubuh indahmu. Hanya aku satu-satunya pria yang berhak menjamahmu. Kamu mengerti, Cintaku?”Aku hampir muntah mendengar kalimat cringe yang dilontarkan oleh Beni. Sepert
“Aku juga enggak mau berpikir begitu. Tapi.” Aku tak melanjutkan kalimatku.“Enggak ada tapi-tapian, Kak! Pokoknya aku yakin kalau Kak Beni enggak berselingkuh! Sekarang mending kamu kembali ke kamarmu lalu pergi tidur. Kak Beni pasti bakal pulang. Sudah, jangan dipikirkan lagi.”Melisa memaksaku untuk beristirahat. Bahkan dia mengantarku masuk ke dalam kamar. Dia ingin memastikan bahwa aku benar-benar tertidur nyaman di atas ranjang.Melisa meraih gelas kosong di atas meja. “Kakak sudah minum susu?” tanya Melisa.“Iya, aku sudah meminumnya. Kenapa?” jawabku.Melisa menggelengkan kepala lalu kembali meletakkan gelas tersebut pada tempatnya.“Kakak tidur ya,” pinta Melisa mendorong pelan pundakku agar berbaring. Tak hanya itu, Melisa juga menarik selimut untuk menutupi tubuhku.“Terima kasih ya, Melisa. Kamu mau mendengarkan keluh kesahku,” ucapku tersenyum lembut.“Iya, Kak. Sebagai seorang adik,
Jimmy terkekeh mendengar kalimat yang keluar dari bibir tipis Beni.“Seperti biasa, pembual ulung,” cetus Jimmy menatap Beni dengan senyuman aneh.Karena Jimmy tidak pernah tersenyum, jadi, ketika Jimmy mengeluarkan senyuman di wajahnya yang kaku, terlihat begitu aneh dan menyeramkan bagiku.“Siapa yang kamu sebut dengan pembual?” sahut Beni.Beni tersenyum manis menatap Jimmy, namun kedua tangannya mengepal kuat.“Kamu adalah seorang pembual,” tandas Jimmy memperjelas.“Aku bukan seorang pembual. Aku seorang pria manis dan penuh cinta,” sangkal Beni.Suasana di meja makan kembali memanas. Aku tidak mengerti, mungkin Jimmy sengaja, atau memang seperti ini cara Jimmy meluapkan kekesalan di hatinya akibat Beni yang sesuka hati mengubah peraturan.“Kak Jimmy, kita lagi makan loh. Kenapa sih, Kak Jimmy bikin suasana jadi enggak enak?!”Melisa yang merasa kesal sejak awal itu pun akhi
“Aku tidak mengizinkanmu bekerja, apalagi bekerja menjadi bawahan Jimmy di kantor,” tegas Beni.Aku sudah menduga jika Beni tak kan membiarkanku menyentuh perusahaan. Dia ingin aku menjadi istri bodoh yang senang berbelanja barang mewah.“Tapi kan, Sayang. Aku ingin merasakan bagaimana dunia kerja. Banyak temanku yang ikut orang tua mereka bekerja mengurus perusahaan. Mereka selalu pamer gaji dari bekerja. Aku juga ingin seperti mereka,” mohonku.“Aku tidak bisa membiarkanmu melakukan hal melelahkan, Sayang,” tutur Beni.Ternyata membujuk Beni jauh lebih susah ketimbang Jimmy. Aku harus memutar otak. Memikirkan cara lain yang lebih ampuh.“Sayang, kamu tidak perlu bersusah payah untuk mendapatkan uang. Aku selalu memberimu lebih dari cukup,” tandas Beni.“Aku tahu, kamu tidak pernah membuatku kekurangan. Tapi aku sangat ingin belajar mengurus perusahaan,” kekehku.Beni memutar bola matanya. “Kenapa harus be