“Aku tidak menyangka jika Renata akan sebodoh itu Shiqa.” Rama menggerakkan hair dryer ke kanan dan ke kiri untuk membantu mengeringkan rambut Ashiqa.“Kita lupakan saja hal ini.” Jawab Ashiqa pendek. Dia menatap pantulan suaminya di cermin, Rama sudah melakukan hal yang seharusnya dilakukan, melindunginya.“Apa kau baik-baik saja?” Rama ingin memastikan sekali lagi kondisi Ashiqa luar dan dalam.Ashiqa tersenyum sambil mengangguk dan meyakinkan suaminya jika dia baik-baik saja.Rama kembali memainkan pengering rambut itu di tangannya, mengurai rambut Ashiqa yang panjang dan tebal kemudian dia mendesis kecil dan mematikan pengering rambut itu.“Kau kenapa?” tanya Ashiqa kemudian perempuan itu teringat dengan luka suaminya. Dia menyingkap baju kaos yang dipakai Rama. Perban itu basah belum diganti dan kembali ada darah di sana.“Ayo kita ganti perbanmu dulu,semoga lukamu ini tidak infeksi.” Ashiqa segera beranjak dan mengambil kembali kotak obat. Rama meletakkan pengering rambut itu di
Suasana kampus begitu meriah dengan acara wisuda dimana Ashiqa tahun ini telah menyelesaikan kuliahnya. Kecerdasan Ashiqa masih terbukti meskipun dia sudah menikah dan menjalani kehidupan yang berbeda. Dengan dukungan suaminya Ashiqa mampu menyelesaikan strata satu nya lebih cepat.Rama tampak salah satu pria yang memandang Ashiqa paling bangga setelah nama Ashiqa disebut sebagai salah satu wisudawati yang menyabet predikat cum laude. Dia juga yang bertepuk tangan paling keras ketika nama istrinya itu disebut.Orang tua Ashiqa juga turut menghadiri wisuda Ashiqa dan mengabarkan jika perusahaan yang Rama tolong kini berkembang lebih pesat. Mereka sangat berterima kasih dengan apa yang telah Rama lakukan pada hidup mereka terutama pada Ashiqa yang tampak berbahagia dan mendapat dukungan untuk meraih impiannya.Mereka berfoto bersama dengan penuh kebahagiaan dan Ashiqa yang paling lega karena sesuai janji Rama dia akan mengembalikan perusahaan ayahnya dan bisa mulai bekerja kapan pun Ash
Wisnu hanya mengiyakan dan mengikuti perkataan laki-laki yang telah menyelamatkan mereka. Bergegas mereka naik ke mobil yang ditunjuk olehnya dan membawa Ashiqa secepat mungkin ke rumah sakit.Ponsel Wisnu berdering beberapa kali dan terlihat nama Rama di sana, dengan ragu dia menggeser tombol hijau itu.“Apa yang terjadi Wisnu dan di mana istriku?” kegusaran Rama terdengar jelas dari suaranya.“Para pekerja disusupi provokator Tuan, mereka menyerang pihak manajemen dan saya sedang di jalan membawa Nyonya Ashiqa ke Rumah Sakit terdekat.”“Ashiqa kenapa?!” suara Rama jelas terdengar meninggi.“Rumah Sakit Persada tidak jauh dari lokasi kami dan kami akan membawanya ke sana. Nyonya Ashiqa terkena lemparan batu Tuan.”Wisnu tak mendengar lagi sahutan dari Rama dan memeriksa layar ponselnya, tanpa kata-kata lagi ternyata Rama sudah memutuskan sambungan telponnya.Wisnu baru saja teringat dengan laki-laki yang telah menolong mereka dan menoleh ke belakang untuk melihat kondisi Ashiqa.“Maa
Seorang laki-laki dengan postur tubuh yang atletis dan wajah rupawan sedang sibuk bekerja di balik meja. Tumpukan laporan serta layar komputer adalah dua hal yang bergantian dia amati. Tak mudah baginya untuk sampai di posisinya yang sekarang sebagai presdir meski semua orang bergunjing jika posisi yang dia dapatkan sangat terlalu mudah hanya dengan menikahi pewaris perusahaan yang cacat.Selama tiga tahun dia terus saja membuktikan jika dia pun bekerja dengan sangat keras di dalamnya, sang komisaris perusahaan alias wanita yang dinikahinya itu hanya menerima beres untuk tanda tangan dan sekedar formalitas saja. Perusahaan milik ayah mertuanya Seven Seas Enterprise menjadi perusahaan yang berkembang sangat pesat dalam kurun waktu dua tahun terakhir di Asia Tenggara dan Pasifik. Saatnya pria itu membawa gelombang Seven Seas menuju Indonesia untuk menyapu satu perusahaan, Al Farizi Corps.Pintu pun terbuka kemudian masuk seorang wanita cantik yang berada di kursi roda bersama seorang as
Ashiqa sudah terlelap tidur ketika Rama tiba rumah sakit, sejenak dia memandangi istrinya dengan perasaan sedih. Penyerangan itu belum menemui titik terang siapa dalang di balik provokasi para pekerjanya. Rama mencuci mukanya dan duduk di samping tempat tidur Ashiqa sambil mengambil tangan istrinya pelan-pelan.“Maafkan aku Sayang, semua jadi begini tapi aku akan berusaha agar semuanya baik-baik saja dan kau aman bersamaku.” Suara Rama pelan sambil menempelkan telapak tangan istrinya di pipinya.“Temani aku tidur, di sini masih muat, aku kesepian banget gak ada kamu, Rama.” Ashiqa membuka matanya dan melihat tatapan sendu suaminya, dia bergeser untuk memberi ruang di sisinya. Rama mengikuti permintaan Ashiqa dan berbaring di sisi istrinya, sebelah tangannya dijadikan pengganti bantal kepala Ashiqa dan lengannya yang lain melingkari tubuh istrinya yang hangat.Ashiqa menghirup aroma tubuh suaminya sambil tersenyum lega.“Aku merindukanmu, apa kau makan dengan baik hari ini?” Ashiqa men
Ashiqa merasa syok dengan apa yang didengarnya, terlebih Terryn sudah melihat foto Sarasvaty dengan Arkhana di atas tumpukan kertas di meja tamu itu saat Terryn menawari mereka kue. Terryn mengelus-elus bahu Ashiqa meminta sahabatnya itu tenang.“Yin, kita harus pulang sekarang, kita ada janji dengan Ibu dan Kak Aluna hari ini.” Deva melirik jam di tangannya dan meminta Terryn pulang.“Baik, Kak.” Terryn menyahut lalu berbalik ke arah Ashiqa yang menggeleng meminta Terryn untuk tidak meninggalkannya.“Sore nanti aku akan kembali lagi menemani kamu yaa? Maaf Chika, aku harus ketemu dulu sama Ibu Imelda. Jangan khawatir semua akan baik-baik saja.” Terryn memeluk Ashiqa, dia paham keresahan sahabatnya itu tapi dia harus kembali sekarang.“Mas Rama, kami pamit dulu yaa, Ashiqa minta dibuatkan kue yang lain jadi gak apa kan nanti sore saya ke sini lagi?” Terryn menatap Ashiqa sambil mengangguk samar.“Tentu saja Nona Terryn saya justru senang Ashiqa ada yang menemani karena kemungkinan say
Pukul delapan malam, sayang sekali Terryn tidak bisa lagi berlama-lama menemani Ashiqa. Demam Ashiqa juga mulai mereda dan dia meyakinkan Terryn jika dia akan baik-baik saja sendiri di kamar perawatannya.Sepeninggal Terryn, Ashiqa mengambil ponselnya di atas meja kecil samping tempat tidurnya. Ada chat Rama yang meminta maaf akan pulang telat. Ashiqa membalasnya dengan mengatakan dia akan baik-baik saja dan tidak usah mengkhawatirkannya.Pengaruh obat mulai bekerja yang membuat Ashiqa merasa mengantuk. Dia mencoba tidur lebih awal dan mencoba melupakan sejenak permasalahan tentang Arkhana itu. Tak lama akhirnya dia benar-benar tertidur pulas.Pintu kamar Ashiqa kembali terbuka, langkah kaki yang sama memasuki kamar Ashiqa. Diam-diam laki-laki itu kembali mengelus rambut Ashiqa dan mulai berani mencium punggung tangan perempuan itu. Kali ini Arkhana hanya memandangi wajah Ashiqa saja, dia tidak ingin berkata sepatah kata pun agar Ashiqa tidak terbangun dari tidurnya. Arkhana mengeluar
Dua bulan masa badai masih cukup berat untuk dilalui Rama, tetapu bukan Ramadhan Al Farizi namanya jika dia menyerah dalam waktu secepat ini. Syukurnya Rama masih punya beberapa kolega yang loyal padanya dan membantunya dalam situasi sulit.Rama sebenarnya sudah tidak ingin Ashiqa turut bekerja di perusahaannya tapi perempuan itu sulit untuk tawar menawar hingga sampai di titik kesepakatan mereka jika Rama hanya mengijinkannya kerja di kantor tidak boleh turun lagi ke lapangan.Ashiqa pun setuju karena dalam hati pun dia bertekad untuk menemani suaminya dalam keadaan apapun. Jika dia masih bisa memberikan pikiran dan tenaganya pasti dia akan lakukan itu untuk Rama dan perusahaannya.“Tuan, siang ini akan ada lelang tender proyek di Mega Cipta, ini peluang bagus jika kita berhasil mendapatkannya. “ Wisnu menyerahkan map berisi beberapa lembar laporan.“Ini perusahaan yang ikut lelang, ada perusahaannya Deva juga nih dan … Seven Seas akan ikut juga?”“Iya Tuan, mereka benar-benar ada di