Mereka berusaha merapikan kembali semua kekacauan yang terjadi. Sebaik apapun yang mereka lakukan tidak bisa mengembalikan keadaan seperti semula. Beberapa goresan bekas cakar naga, perabot yang hancur juga tidak bisa dikembalikan lagi.
Serapi apapun yang mereka lakukan ruangan tersebut masih terlihat berantakan karena banyaknya perabot yang rusak. Karena lelah mereka pergi tidur dan akan minta maaf besok pagi. Yui masuk ke kamar Rosaline dan Light bersama Yuasa. Keduanya langsung tertidur karena kelelahan.
Malam sudah sangat larut saat Rafael pulang. Dia terkejut melihat rumahnya seperti kapal pecah. Semua sudah tidur tinggal Rosaline yang memang sengaja menunggu kedatangannya. Rosaline menceritakan semua yang terjadi. Dan Rafael hanya menghela napas panjang.
“Sudahlah, Rosaline kau juga harus tidur. Istirahatlah
Yui dan Light hanya bisa diam melihat kakaknya pergi. Terutama Light yang merasa Rafael sangat keras dalam melatih dirinya. Sementara Yui, dia cukup kesal dengan cara latihan yang diberikan Rafael selama ini. Intinya mereka berdua tidak menyukai Rafael. “Baiklah kita berlatih lagi. Siapkan diri kalian aku tunggu di tempat biasa.” Rafael berjalan menuju padang rumput tempat latihan mereka. Yui dan Light mengambil peralatan yang diperlukan dan segera ke tempat latihan. Mereka tidak bersemangat. Saat tiba di tempat latihan Rafael seperti sedang meditasi. Mereka diam saja di tempat dan menunggu. “Apa yang kalian tunggu, lakukan latihan kalian,” kata Rafael. Light mulai membentuk bola petir di tangannya, dipadatkan dan semakin membesar. Yui meliha
Sementara di Kerajaan Silverstone, Yuan dengan bosan duduk bersandar di tempat tidurnya. Harus istirahat tiga bulan karena kaki patah. Diam-diam dia berbisik kepada roh air miliknya. “Marina.” Suara di dalam benaknya terdengar, “Ya Tuanku, ada yang bisa saya bantu?” “Kau bisa menyembuhkan?” tanya Yuan dalam benaknya. “Tentu, apa kau mau kesembuhan kakimu?” kata Marina dalam benak Yuan. “Dengan senang hati,” jawab Yuan. Cahaya biru keluar dari gelang Yuan. Lalu sosok Marina terlihat. Roh air tersebut segera menyembuhkan Yuan. Setelah sembuh Marina roh air Yuan terlihat memendam kata. “Apa ada yang ingin Kami katak
Sepanjang perjalanan menuju hutan, Diaz memperhatikan Yuan. Dia ingat betul gadis itu dengan pemuda ini sama. “Postur tubuh dan wajah yang sama, apa mungkin kembar?” gumam Diaz. Yuan yang merasa dicurigai, berpikir bagaimana menutupi kebohongannya. Untung saja kemarin dia tidak menggunakan nama aslinya. Danau di tengah hutan terlihat, warna biru kehijauan air danau terlihat indah. Mereka berhenti di tepi danau. “Biar kuperiksa,” Yuan menawarkan diri. Dia melepas bajunya dan hanya mengenakan celana pendek dan kaos dalam. Kulit putih Yuan terekspos, tidak ada luka sedikitpun. Yuan sengaja memperlihatkan kaki dan tangannya untuk menghilangkan kecurigaan Diaz. Yuan mengikat rambut panjangnya dan segera masuk ke dalam danau. “Marina,” ucap Yuan dalam benaknya.
“Apa maksudmu?” tanya Archilles kepada pemuda yang baru saja berubah wujud dari monster menjadi manusia kembali. “Maaf, perkenalkan namaku Razen, aku dari dunia bawah, kristal hitam elemen tanaman. Pasti Anda sudah mendengar tentang kehancuran dunia bawah. Sebagai pemilik kristal pengendali dunia bawah dari elemen tanaman, kehidupanku sangat sulit. Tanaman sudah tidak mau lagi tumbuh. Karena frustasi aku terkena kontaminasi, dan prosesnya sangat cepat. Hingga akhirnya dalam waktu tiga bulan, aku sepenuhnya berubah menjadi monster,” kata Razen menceritakan dirinya. “Lalu mengapa kau menyebutnya raja?” “Hanya satu orang yang bisa menghilangkan efek negatif kontaminasi, dia adalah raja kami.” jawab Razen. “Tuan Mudaku buk
“Siapa kalian?” tanya Yuan kepada orang-orang yang berada di depan kamarnya. “Kami pengawal Anda,” jawab salah satu dari mereka. “Pengawal? Siapa yang memerintahkan kalian?” tanya Yuan sekali lagi. Yuan yakin ayahnya lah yang menyuruh orang-orang ini, agar dia tidak pergi kemanapun. “Panglima Archilles,” jawab salah satu dari mereka. “Paman Archi? Jangan bercanda,” sahut Yuan. Dia masuk ke dalam kamar, mengambil jaket dan segera pergi. Ke enam pengawal tersebut segera mengikutinya. Kemanapun Yuan melangkah, mereka ikut. Hal itu membuat Yuan jengkel. “Apa-apaan ini? Apa sekarang aku tawanan?” kata Yuan dalam hati, dia benar-benar kesal.&nbs
Orang di depan Yuan mengulurkan tangannya ke arah Yuan. Yuan memperhatikan baik-baik orang didepannya. Dilihat dari segi manapun dia mirip dengan Archilles, hanya satu perbedaannya, warna rambut saja yang berwarna merah. “Namaku Ren, kau siapa?” tanya pria yang memperkenalkan diri bernama Ren “Yu-Yuan,” jawab Yuan tanpa berbohong. “Apa kau kenal Archilles?” tanya Yuan melihat kemiripan mereka yang sangat jelas. “Dia Ayahku,” jawab Ren dengan senyum manisnya. Berbeda dengan Archilles yang membiarkan rambutnya panjang, Ren berambut pendek. Yuan melihat sekitar, rasanya tempat ini bukan Redstone.
“Siapa kau, kenapa bisa menggunakan pemurnian?” tanya Fei. Dia memandang Yuan penuh curiga, kekuatan pemurnian bukanlah kekuatan yang dimiliki banyak orang. Kedua kakak Ren pun melihat Yuan dengan tatapan curiga. “Ren tiba-tiba sakit setelah bersamamu, sebenarnya siapa kau?” kata kakak perempuan Ren. Yuan tersudut dengan pertanyaan mereka. Jika dia tahu siapa dirinya yang sebenarnya dia sendiri tidak perlu jauh-jauh terjebak di tempat ini. “Namaku Yuan Silverstone,” jawab Yuan. Hanya dengan mengatakan nama lengkapnya saja berharap sudah bisa menjelaskan siapa dirinya. “Jadi Kau Pangeran kedua Kerajaan Silverstone, Pangeran Yuan,” kata kakak laki-laki Ren yang bernam
Elliot ikut panik, “Ren apa kamu membunuh Yuan?” “Bagaimana ini Kak, Yuan tidak bergerak,” kata Ren panik. Fei memeriksa Yuan, masih ada detak jantung yang terasa, dengan kemampuan penyembuhnya dia mengobati luka yang fatal. “Dia masih hidup, tapi nyaris saja, petir milikmu hampir merusak jantungnya,” kata Fei.“sekarang sudah tidak apa-apa dia akan bangun nanti, biarkan istirahat.” Fei mengangkat tubuh Yuan dan memindahkannya ke tempat tidur. “Syukurlah,” ucap Ren dan Elliot bersamaan. “Kalian yang di sana, bisakah berhenti mengobrol, aku sudah lelah dengan semua tanaman yang terus saja tumbuh,” ucap kesal Elisa dan salah satu sulur tanaman kini merebut pedangnya. Elisa segera berlari menghindar