Share

Chapter 6 - Yes or not

Anya membuka pelan matanya, kepalanya dihantam pusing yang membuat Anya memegang kepalanya menahan sakit, ia menatap langit langit kamar berwarna putih yang tinggi.

Anya mengerjap matanya beberapa kali, bukankah tenda camping nya berwarna biru?, tanya Anya dalam hati.

"Tidurmu sangat berantakan" 

Suara bariton rendah yang ia kenal milik Daniel membuat Anya terbangun mendadak lalu menatap tercengang ke arah Daniel yang memakai piyama sutra berwarna hitam, laki laki itu duduk di kursi tidak jauh dari tempat tidur yang sedang Anya tempati, Daniel duduk sambil menikmati kopi paginya dengan tenang.

Anya berusaha mengingat apa yang telah ia alami semalam, namun ingatannya hanya sampai Anya meneguk vodka.

"Apa yang kau lakukan kepadaku?" tanya Anya curiga. 

"Memang yang aku lakukan kepadamu?" jawab Daniel dengan pertanyaan.

Anya melihat tubuhnya yang hanya memakai tank top berwarna cream, kemeja yang ia pakai semalam menghilang entah kemana, ia menyibak selimut tebal dengan cepat lalu bernapas lega karena ia masih memakai celana panjangnya.

"Aku ada dimana?" tanya Anya menatap ke sekelilingnya. 

"Di apartemenku" jawab Daniel.

"Mengapa kau membawaku kemari?" tanya Anya merengut. 

"Kau pikir aku bisa meninggalkanmu dalam keadaan mabuk di atap gedung itu?" tanya Daniel tidak percaya.

Anya hanya terdiam.

"Apa yang kau pikirkan sampai tinggal di tempat berbahaya itu?" tanya Daniel.

Anya melirik Daniel sejenak lalu memainkan kukunya dengan kesal. Perkataan benar Daniel membuat Anya terpojok.

"Aku belum menemukan tempat tinggal, jadi aku tinggal di sana untuk sementara waktu" ujar Anya pelan. Ia merasa seperti anak kecil yang ketahuan mengambil kue lebih dari jatahnya.

"Banyak kontrakan ataupun perumahan yang murah di daerah ini, mengapa kau tidak memilihnya?" tanya Daniel.

"Perumahan disini sangat mahal, aku tidak sanggup menyewanya" jelas Anya membela dirinya.

"Berapa Dollar yang sanggup kau bayar?" tanya Daniel. 

Ia akan menyuruh Arlene untuk mencari kontrakan atau pun rumah yang sanggup Anya bayar. Walaupun ia tidak tahu mengapa ia ingin membantu Anya. Namun membayangkan gadis itu tidur di tenda camping di atas gedung bar yang sangat terbuka untuk laki laki mabuk masuk membuat Daniel tidak bisa meninggalkan gadis itu sendirian.

"50 Dollar" gumam Anya.

Ia tau pasti reaksi seperti apa yang Daniel keluarkan.

"Apa? Kau bercanda ya? Apa yang bisa kau beli dengan 50 Dollar?" tanya Daniel tidak percaya.

See?

"Harus bagaimana lagi, untuk saat ini aku hanya sanggup membayar 50 Dollar" Gumam Anya memainkan kukunya.

Gadis itu menatap kesal ke arah Daniel.

"Lagian apa peduli mu dengan kehidupanku?" tanya Anya.

"Tentu saja aku tidak perduli, tapi..." 

Daniel tidak bisa melanjutkan perkataannya karena ia juga tidak tahu mengapa ia peduli kepada gadis ini.

"Jangan mencoba mengasihani ku. Sudah ku bilang aku tidak butuh rasa kasihan mu" ujar Anya.

"Tidak butuh apanya, kau sampai tidur di atap gedung seperti gelandangan" ujar Daniel kesal.

Anya diam sambil menghela napasnya.

"Kalau kau tidak punya uang, biar aku yang membayarnya. Jadi kau bisa tinggal gratis di sana" ujar Daniel.

"Harus berapa kali aku katakan, aku tidak butuh rasa kasihan mu. Sudahlah aku pergi" ujar Anya beranjak dari tempat tidur.

"Jadi apa mau mu sebenarnya? Kau begitu gengsi menerima bantuan orang lain padahal kau hidup melarat" ujar Daniel kesal.

Daniel kesal karena baru kali ini ada wanita yang tidak terpengaruh oleh kebaikannya terlebih ketampanannya. Apa apaan dengan sikap keras kepala itu?, ucap Daniel kesal dalam hati.

"Urus saja urusanmu sendiri" ujar Anya lalu keluar dari kamar tersebut.

Daniel berjalan menyusul Anya yang berdiri kebingungan mencari pintu keluar.

"Gadis keras kepala" gumam Daniel.

"Baiklah, bagaimana kalau kau bekerja di sini? Aku akan menggaji mu sepuluh kali lipat dari upah yang kau terima selama ini" ujar Daniel.

Anya membalikkan badannya dan menatap Daniel dengan mata membulat.

"Benarkah?" tanya Anya memastikan.

Huh! Gadis murahan. Tidak mau menerima bantuan apanya?, benak Daniel.

"Tentu saja" ujar Daniel.

"Pekerjaan apa yang harus aku lakukan?" tanya Anya.

Daniel tersenyum menyeringai. 

"Pekerjaan apa yang bisa kau lakukan?" tanya Daniel dengan pertanyaan menjebak.

"Aku bisa melakukan apapun" jawab Anya.

Seringai Daniel semakin melebar.

"Apapun?" tanya Daniel memastikan.

Anya menganggukkan kepalanya.

Daniel berjalan mendekati Anya lalu mendekatkan bibirnya ke telinga Anya.

"Apa kau hebat di ranjang nona?" tanya Daniel dengan nada ambigu. 

Anya menggigit bibirnya dengan kesal lalu meninju perut Daniel sekuat tenaganya membuat Laki laki itu berlutut sambil memegangi perutnya yang kesakitan.

"Aku memang mengatakan apapun tapi tidak dengan sex Daniel. Aku bilang apapun maksudku aku bisa melakukan pekerjaan kasar sekalipun asal itu tidak dilarang" ujar Anya.

Gadis itu melangkah kakinya menjauhi Daniel yang meringis kesakitan, ia tidak menyangka bahwa Anya akan meninjunya seperti ini.

"Baiklah baiklah. Bagaimana kalau kau menjadi pembantu di sini?" tawar Daniel.

"Pembantu?" tanya Anya yang kembali menghentikan langkahnya walaupun masih kesal dengan penuturan Daniel beberapa saat yang lalu.

"Ya. Pembantu. Aku tinggal sendirian disini jadi aku butuh pembantu" ujar Daniel yang sudah bisa berdiri.

Ini tidak seperti keadaan yang membutuhkan pembantu, pikir Anya ketika melihat betapa bersihnya ruangan luas yang serba putih ini. Bahkan Anya bisa memastikan tidak ada sedikit pun debu yang melekat di ruangan ini.

"Bagaimana?" tanya Daniel.

"Berapa kau akan menggaji ku?" tanya Anya yang tertarik dengan tawaran Daniel.

"Berapa gaji yang kau terima selama ini?" jawab Daniel dengan pertanyaan.

"hampir 300 Dollar" jawab Anya.

"Aku akan menggaji mu sepuluh kali lipat" ujar Daniel.

Anya membulatkan matanya. Sepuluh kali lipat?, berarti Daniel akan menggaji ku 3.000 Dollar? Shut up, ujar Anya tidak percaya dalam hati.

"Kau tidak bercanda kan?" tanya Anya memastikan.

Daniel menganggukkan kepalanya. Ia bahkan bisa menggaji Anya lebih besar dari itu.

"Seriously?!" tanya Anya yang masih tidak percaya.

Daniel menghela napasnya.

"Make it quick, in or out?" tanya Daniel.

"Of course, I am in" ujar Anya antusias. 

Tentu saja ia langsung menyetujui tawaran menggiurkan dari Danie. Kapan lagi ia menerima gaji sebesar itu jika bukan sekarang?, Anya bahkan tidak pernah berpikiran dalam hidupnya akan mendapat gaji 3000 Dollar sebulan. Ia tidak akan menyangka bahwa ia akan mendapatkan keberuntungan besar seperti ini, ia merasa seperti mendapat hadiah lotre besar.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status