Jam menunjukan pukul sepuluh pagi, kamar Nora masih terlihat gelap, dan Nora masih terbaring di tempat tidurnya, matanya tak mau terpejam hingga jam empat subuh, kata-kata wanita kemarin siang yang menemuinya masih terbayang di kepala Nora. dia tidak membayangkan Tian menghamili wanita itu, apakah mereka sudah menikah siri di belakang Nora, sesaat Nora merasa sebagai istri yang tak berguna, bagaimana tidak, harusnya dia yang mengandung anak Tian bukan wanita lain, rasa sesak kembali memenuhi dada Nora.
Nora mencoba bangkit dari tempat tidur, dia menyandarkan punggungnya dan mengambil handphone yang dia letakan di dalam laci, Nora sengaja menyimpannya di sana, selepas pulang dari museum dia tidak ingin berbicara dengan siapapun, dia melihat layar handphone, tiga puluh dua panggilan tak terjawab dari Tian dan Tomi, Nora kembali meletakan handphonenya, dia tak menggubris semua panggilan yang masuk.
Nora mencoba membuat dirinya sibuk untuk m
Almeera memandangi layar handphonenya, dia mencoba menghubungi Tian berulang kali, tidak ada jawaban, panggilannya tak di jawab dan pesannya tak di balas, Almeera gelisah, tidak pernah Tian melakukan hal ini padanya, setiap telephone dan pesannya selama ini tidak pernah menunggu lama, Tian pasti langsung membalasnya, namun saat ini tak ada balasan apapun dari Tian, Almeeran tidak bisa menunggu lagi, dia bergegas mengambil tasnya dan bergegas untuk pergi menemui Tian. “Tring…tring…tring,” bunyi pesan masuk di handphonenya membuat Almeera mengehntikan langkah kakinya, dia membuka pesan, berharap Tian yang membalas salah satu chatnya. “Nora sakit, dia pingsan kemarin malam, maaf sayang aku tidak sempat membalas pesanmu,” kata Tian di pesan itu. Raut wajah Almeera berubah kesal, semalaman perasaannya tidak tenang menunggu Tian, dia tidak pernah absen untuk datang ke apartemennya, namu
“Aku ingin tinggal denganmu dan Nora,” kata-kata Almeera tadi pagi masih terngiang di kepala Tian, bagaimana bisa Almeera berpikir seperti itu, meskipun kehamilannya adalah sebuah alasan, namun untuk tinggal bertiga itu adalah hal gila yang pernah Tian dengar. Almeera tersenyum setelah berhasil mengutarakan niatnya pada Tian, dia tidak peduli Tian setuju atau tidak, dia harus menjalankan rencananya, dia tidak akan membiarkan Nora lebih banyak mengambil perhatian Tian, dan Almeera merasa dia harus mengawasi gerak gerik Nora, satu-satunya cara adalah tinggal bersama mereka. “Tring..tring..tring,” handphone Almeera tiba-tiba berbunyi, dia melihat nama di layar handphonenya, “Tian” gumamnya dalam hati. “Sebenarnya apa yang sedang kamu rencanakan sayang,” tanya Tian. “Aku tidak merencanakan apa-apa Tian, kehamilan ini hanya membuatku ingin terus berdekatan
“Gue gak tau apa yang terjadi sama diri gue Tom, semalam pertama kalinya gue menyentuh Nora dengan sadar, gue sudah berusaha untuk berhenti tapi gak bisa, Damn..,” Tomi membaca pesan singkat Tian. Tomi yang membaca pesan Tian pagi ini tidak tahu harus membalas apa, tidak seperti biasanya, saat mereka saling mengirim pesan, keduanya akan membalas dengan cepat, apapun isi pesan itu, namun kali ini Tomi memutuskan untuk tidak membalas pesan dari Tian. Tomi mungkin baru menyadari bahwa dirinya tertarik pada Nora, dia melihat Nora tidak seperti kebanyakan wanita yang dia kenal, Nora polos dan cantik, ada disaat Tomi berharap Tian tidak menyadari itu, namun kini mungkin Tian sudah menyadarinya, dia sangat kenal Tian, meskipun sahabatnya sangat suka berfoya dan bermain wanita, namun Tian tidak akan tidur dengan sembarang wanita bila bukan wanita yang benar-benar dia sukai, tapi saat ini sepertinya Tian terlalu gengsi untuk mengakui bahw
Nora terlihat tersenyum seharian, dia masih mengingat kejadian semalam, saat Tian memeluknya dan berakhir dengan intim di atas ranjang mereka, Nora yakin bahwa malam itu Tian melakukannya dengan sadar, tidak mabuk seperti waktu itu,” apakah itu berarti Tian sudah mulai mencintaiku?” batin Nora polos. Nora membawakan teh hangat ke ruang kerja Tian, sambil sesekali melirik ke dalam laptop yang sedang dikerjakan Tian dari pagi, Nora menunggu Tian setidaknya beristirahat untuk menemaninya minum the, namun Tian sepertinya tidak berniat meninggalkan pekerjaannya meskipun sesaat. “Ini tehmu, aku membuatkan brownies juga untuk membuatmu tidak kelaparan,” kata Nora sambil meletakannya disamping meja kerja Tian. “Terima kasih,” jawab Tian singkat sambil melihat ke wajah Nora lalu kembali memalingkan wajahnya ke layar laptopnya. Nora masih berdiri di depan meja kerja Tian, menata
Nora pucat pasi melihat Almeera berdiri di depan pintu rumahnya, terlebih saat Tian menyebut nama wanita itu, wanita yang mengaku mengandung anak dari Tian, namun tubuh Nora tidak bisa bergerak, banyak pertanyaan di kepalanya, “Bagaimana bisa wanita ini datang di saat yang tidak tepat,” batin Nora. “Almeera?kenapa kamu ada disini?” tanya Tian, sambil melihat ke sekeliling memastikan bahwa ayah dan ibunya belum sampai di rumah mereka. “Apa aku tidak boleh masuk ke dalam?” jawab Almeera. “Tidak, ini rumah kami, dan kami tidak mengundang anda kesini,” jawab Nora lantang. “Nora, biarkan Almeera masuk, lagi pula dia sedang hamil,” kata Tian pelan ditelinga Nora, dia tidak ingin ada orang rumah yang mendengar apa yang di katakannya. Nora tidak percaya apa yang dikatakan Tian, ini rumah mereka, tapi mengapa Nora yang seakan salah be
Tomi melajukan mobilnya ke rumah Nora dan Tian, entah kenapa perasaannya dari pagi selalu ingin bertemu Nora, mungkin benar apa yang di katakan Adeline, bahwa dirinya menyukai Nora, Tomi mengambil handphonenya dan berniat menelepon Nora, namun beberapa kali melakukan panggilan, tak satupun yang di jawab oleh Nora.. Satu jam perjalanan akhirnya mobil Tomi masuk ke pekarangan rumah Tian, sempat terpikirkan alasan apa yang harus dia siapkan untuk bertamu ke rumah mereka, tidak mungkin dia mengatakan ingin bertemu Nora, Tomi melangkahkan kaki dengan santai, dia bersiap memencet bel yang ada di depan pintu rumah Tian, namun sebelum dia memencet bel, pintu rumah sudah terbuka dengan sendirinya, dan satu wajah yang ternyata sangat Tomi rindukan tiba-tiba berada di depannya sambil menangis. “Nora,” panggil Tomi pelan, hampir tak terdengar. “Tomi?” kata Nora, yang langsung berdiri mematung melihatnya be
Tian masih terdiam setelah apa yang Tomi katakan kepadanya barusan, dia berharap Tomi hanya bergurau, namun Tian tidak melihat itu di mata Tomi, semua yang di katakana Tomi seakan benar adanya. “Bagaimana mungkin Tomi menyukai Nora,” batin Tian dalam hati. “Apakah telah terjadi sesuatu diantara mereka di belakangku?” kata Tian lagi dalam hati. Namun ada perasaan kecewa dalam hati Tian mendengar Tomi mengatakan bahwa dia menyukai istrinya, Nora. Tian mengambil handphonenya, bersiap menghubungi Nora untuk menyuruhnya pulang segera, “Bila ingin tinggal di Villa, aku bisa memberikannya Villa apapun yang dia mau, kenapa harus ke Villa Tomi,” sungut Tian kesal, lalu tiba-tiba Tian menghentikan niatnya menghubungi Nora, “Mengapa aku menjadi sangat kesal mendengar perkataan Tomi,” batin Tian dalam hati “Ah masa bodolah, bukankah bagus bila
Nora masih memperhatikan Almeera yang sudah tiga hari tinggal dengan mereka, saat tiga hari lalu Almeera datang dengan barang bawaannya, Nora yang saat itu baru kembali dari Villa milik keluarga Tomi tidak percaya bahwa ALmeera lebih berani dari yang dipikirkannya, namun saat itu Tian masih berada dikantor, saat Nora menelepon memberitahukan bahwa Almeera datang, tidak lama Tian sudah berada di rumah. “Tolonglah Nora, jangan mempersulit keadaan,” kata Tian yang memohon pada Nora untuk mengijinkan Almeera tinggal disini. “Lalu bagaimana denganku?” tanya Nora, “Aku istri sahmu Tian,” lanjut Nora. “Kamu berbicara seolah hanya aku yang salah, kalau kamu tahu posisimu, bagaimana bisa kamu menginap selama itu di rumah laki-laki lain,” kata Tian membela diri. “Kamu jangan memutabalikkan keadaan Tian,” jawab Nora. “Aku ingin ka