Lucu rasanya ketika ikatan darah itu tak lagi memiliki arti, jika nyatanya bersama orang asing jauh terasa lebih aman dan menyenangkan hati
***
Tangan Nadiv terulur menepuk pelan paha Rallin, berharap gadis itu mau bangun.
"Udah sampe, nih. Cepet bangun, gue mau pulang," kata Nadiv sambil menepuk agak keras karena gadis ini pulas sekali.
Gadis itu bergerak kecil
Aku menyayangi seseorang sampai pada titik dimana aku tidak tahu caranya berhenti***Tampak seorang lelaki berkaos navy tengah duduk termenung di pembatas balkon apartemennya dengan kaki menjuntai ke bawah. Seolah tidak ada rasa takut kalau bisa saja ia terjatuh dari ketinggian lantai lima belas ini. Angin malam berdesir menerbangkan rambut bagian depan yang sudah mulai memanjang. Lelaki itu enggan memotongnya agar lebih rapi dengan alasan penampilan rambut seperti ini akan tampak lebih keren.Pikirannya berkelana tentang gadis yang tadi siang diantarnya pulang. Satu fakta yang baru ia ketahui kalau gadis itu hanya terlihat ceria dari luar namun rapuh di dalam. Tatapan nyalang serta tangisan itu mampu mengusik ketenangan hatinya. Membuatnya bertanya-tanya sebenarnya apa yang terjadi di keluarganya.Sela
Terkadang seseorang lebih memilih untuk tersenyum hanya karena tak ingin menjelaskan mengapa ia bersedih***Rallin langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain. Mencoba menghindar agar Nadiv tidak menyadari kehadirannya disini. Ah, tapi rasanya percuma. Toh, nanti juga dia akan manggung dan dipastikan Nadiv akan melihatnya.Rallin menghela nafas pelan. Ia merasa malu untuk sekedar bertatap muka dengan Nadiv. Apalagi setelah kejadian siang tadi. Ia jadi berfikir kalau Nadiv akan benar-benar menjauhinya karena perkataan mamanya.Mamanya, entah kenapa wanita itu selalu menyakiti Rallin. Padahal dengan menyakiti Rallin pun tidak akan bisa mengembalikan Rehan yang sudah tenang disana.Nyatanya, tidak ada yang lebih berat daripada menjadi anak broken home.Bagas berdiri dar
Bahkan disaat gue kecewa, gue masih jaga hati buat lo- Rallin Natasha***Trouble he will find you, no matter where you go, oh ohSuara merdu dari Rallin terdengar. Melantunkan salah satu lagu populer berbahasa inggris itu. Jemarinya yang lentik begitu lihai kala memetikkan senar gitar yang berada dipangkuannya.Matanya sesekali terpejam sambil meresapi lagu yang dibawanya. Lagu yang sama persis dengan kehidupannya.No matter if you're fast, no matter if you're slow, oh ohThe eye of the storm or the cry in the morn, oh ohYou're fine for a while but you start to lose controlTrouble is friend.
Hai waktu, bisa perlambat gerakanmu ketika aku bersamanya?* * *Rallin merebahkan tubuhnya ke ranjang. Tangannya direntangkan seperti hendak terbang. Matanya menatap ke atas langit-langit kamarnya. Bibirnya tak berhenti tersenyum. Bahkan ia sampai merasa pegal dibagian tulang pipinya.Setelah sekian lama, kenapa baru sekarang? Apa harus berjuang satu tahun dulu agar bisa mendapatkan celah untuk memiliki Nadiv?Nadiv. Lelaki itu sekarang seolah memberikan Rallin kesempatan untuk kembali merebut hatinya. Mencoba membiarkan Rallin berjuang untuk sekali lagi.Rallin yakin, Nadiv akan menjadi miliknya. Sesuai perkataannya dulu, kalau ia akan membuat Nadiv jatuh cinta.Mengubah posisinya menjadi duduk, gadis itu mengambil ponselnya di dalam tas. Membuka lock s
Will you be my girlfriend?* * *"TAREK SES!!" teriak Didan yang kini berada diambang pintu kelasnya."SEMONGKO!!" sambung Rangga yang juga berada disamping Didan.Keduanya sama-sama baru berangkat lalu dengan kompak menyanyikan salah satu lagu yang viral belakangan ini."Kini tinggal aku sendiri..." Didan mulai mengeluarkan suara emasnya yang mirip seperti petir di siang bolong. Lengkap dengan buku tulis yang digulung lalu dijadikan mic."Hanya berteman dengan sepi..." sambung Rangga kemudian lelaki itu berjoget ria sambil berjalan menuju bangkunya. Sesekali lelaki itu goyang ngebor ala Inul yang sempat viral pada masanya dulu.Sontak kelakuan dua bocah sableng itu mengundang tawa seisi kelas. Bahkan si Trisna, sang ketua kelas samp
Semuanya hancur. Bahkan disaat kita belum sempat menulis sebuah cerita* * *BRAK!!Suara gebrakan di pintu membuat beberapa orang yang ada warung depan sekolah berjengit kaget. Kemudian kompak menatap si pelaku dengan garang."Lo kenapa, sih?! Bikin gue keselek tau, gak?" kesal Didan yang saat itu tengah menyantap satu pentol bakso jadi tersedak karena bakso itu masuk ke kerongkongannya bulat-bulat.Nadiv, lelaki itu tidak menanggapi ocehan Didan. Tampak lelaki itu tengah menahan emosi. Kilatan amarah dimatanya terlihat dengan jelas. Nafas lelaki itu memburu. Tangannya mengepal kuat.Didan yang semula ingin memarahi Nadiv mendadak hilang nyali ketika melihat sahabatnya seperti itu.Wisnu yang berada didepan Nadiv pun menghampirinya. "Kenapa,
Tidak ada yang baru. Semuanya masih tentang dirimu***"HENGGAR!!" pekik Rallin kala lelaki itu melayangkan satu pukulan tepat di wajah Nadiv.Nadiv mengerang kesal saat ia terjatuh bersama motornya. Untung saja ia tidak tertimpa. Nadiv menatap Henggar dengan tajam kemudian bangkit.Nadiv mendorong keras bahu Henggar sampai membuat lelaki itu mundur beberapa langkah. "Maksud lo apa, Gar?!" ucap Nadiv berapi-api."Gue bilang jaga ucapan lo!" kata Henggar tak mau kalah."Gar, udah!" cegah Rallin sambil memeluk tubuh lelaki itu saat ingin kembali melayangkan pukulan kepada Nadiv.Nadiv yang melihat itu tersenyum miring. "Apa yang lo bela dari cewek modelan kayak dia, Gar?" tanyanya sambil menunjuk Rallin. Ga
Untuk rasa yang kamu berikan beberapa saat ini, terimakasih.Aku mencintaimu***Dua tahun yang lalu...Tampak seorang gadis memakai baju kebaya modern tengah berpose untuk mengambil gambar. Di sebelahnya ada seorang lelaki yang memakai jas hitam dengan tangan membawa kalung samir. Iya, hari ini adalah hari kelulusan mereka di sekolah menengah pertama."Dih, yang bener senyumnya. Jangan kek joker gitu," protes gadis itu saat lelaki disebelahnya berpose ala joker."Biar viral, anjir!" kata lelaki itu tak mau kalah."Muka lo udah jelek gak usah di jelek-jelekin lah, Re," kata gadis itu terkekeh.Dengan