Sambil setengah menahan rasa malu bercampur dengan kesal, Azzura melambaikan tangannya ke arah luar jendela mobil milik Aydan, berpamitan pada sang Mama.
Meski kesal dengan mamanya yang bertingkah konyol, Azzura mencoba tetap tersenyum manis ke arah mamanya. "Bye Maaah ...""Sudah siap berangkat ke lokasi, buk?" Aydan terkekeh geli melihat tingkah Azzura yang mendadak jadi serba salah.Azzura tak menjawab pertanyaan bos nya itu. Dia memilih diam dan memandang lurus ke arah jalan. Tangannya sibuk meremas-remas ujung blazernya. Mengalihkan rasa malunya."Mama kamu lucu ya, saya yakin sifat humorisnya itu yang menurun ke kamu." Aydan mulai melajukan mobilnya ke arah jalan utama. Azzura masih diam, masih memilih tidak banyak bicara. Membiarkan bos nya yang bicara sendiri.Aydan melirik sekilas ke arah Azzura, gadis itu terlihat jelas merasa canggung. Buru-buru Aydan mengalihkan pembicaraan."Ehm ... Oh iya, Ra, kalo data tentang lokasinya udah kamu bawa kan?" Aydan menoleh sesaat ke arah Azzura sebelum kembali fokus ke arah jalan utama. Berharap pertanyaan nya barusan mendapat jawaban.Azzura segera meraih tas kerjanya, buru-buru dia mengeluarkan map file yang sudah selesai di cetak sejak kemarin malam. "Sudah, semuanya ada di sini, data-data yang diminta sama bapak semuanya sudah saya susun rapi."Aydan tersenyum geli melihat wajah Azzura yang masih terlihat berlipat lipat."Kamu malu, ya? Gara-gara ucapan mamamu tadi? Jangan takut, saya nggak tersinggung kok dikatain bos bawel ..." Aydan mencoba mengucapkan kalimatnya dengan nada santai, berusaha membuat Azzura supaya bersikap biasa lagi.Tetap saja, Azzura merasa kurang nyaman. Gara-gara mamanya Aydan jadi tahu, kalau selama ini dia menjuluki bosnya bawel."Maaf, saya nggak bermaksud kasar mengolok-olok Bapak." Akhirnya Azzura terpaksa mengakui kesalahan, karena mengolok-olok Aydan."Hemm, dimaafin nggak ya?" Aydan mencoba untuk tidak tertawa, melihat wajah Azzura yang nampak bersalah."Iya saya maafin kok, tenang aja. Udah jangan ditekuk begitu wajahnya Ra. Jadi kelihatan lebih jelek." Aydan masih menyisakan sedikit tawa. "Ikhlas nggak nih, Pak? Maafin saya-nya?" Azzura melirik Aydan. Dia baru sadar, kalau ini kali pertamanya melihat sosok Aydan dalam balutan pakaian yang tidak formal."Ikhlas lah, Ra. Masak yang begitu aja dimasukin hati." Aydan tersenyum simpul.Sehari-hari, di kantor Aydan biasa memakai stelan jas yang rapi dan selalu terlihat formal. Azzura kembali melirik sesaat ke arah Aydan, memastikan bahwa dirinya barusan tidak salah lihat, bos bawelnya itu tampil menggunakan pakaian casual.Aydan, terlihat memakai style smart-casual, gaya berpakaian semi formal yang terlihat tetap stylish!Azzura bisa melihat Aydan memakai bomber jacket dengan warna beige, kaus polo putih polos, stonewashed jeans berwarna navy, dan sneakers putih. Semua pakaian itu membuat penampilan Aydan terlihat lebih dewasa dan maskulin.Azzura buru-buru menepis pikirannya yang melantur tak jelas.Selama beberapa menit selanjutnya mereka berdua saling terdiam. Aydan fokus menyetir dan Azzura yang nampaknya sedang duduk sambil menikmati melihat ke arah pemandangan di luar jendela mobil."Udah sarapan belum Ra?" Aydan kembali menoleh ke arah Azzura, buru-buru Azzura melempar pandangan ke arah sisi jendela, gawat dong kalau sampai Azzura ketahuan sedang mengamati Aydan."Belum cukup dibilang sarapan sih, tadi sebelum saya berangkat cuma makan 3 roti isi daging ..."Aydan langsung tergelak, "tiga roti isi daging, tapi kamu bilang belum cukup. Hmm, khas Azzura sekali."Aydan benar, selama bekerja dengannya Azzura memang nggak pernah sekalipun telat sarapan, semua bukan tanpa alasan, Azzura punya penyakit NKNL. Yang kalau udah kumat parah bisa bikin dia mendadak sampai pingsan ... NKNL : Nggak Kuat Nahan Laper"Periksa sana ke dokter Ra, jangan-jangan kamu ada penyakit asam lambung atau apa gitu," nasihat Aydan untuk ke sekian kalinya, yang lagi-lagi oleh Azzura hanya dianggap angin lalu.Aydan hanya menggeleng melihat kelakuan asisten pribadinya yang walaupun keras kepala, tapi sangat tekun dan pekerja keras."Kita sarapan dulu ya, Ra ... gimana?" Aydan kembali memawarkan."Saya sih, nggak bakal nolak rezeki." Azzura langsung menjawab to the point.Aydan tersenyum, "ya udah, ayo kita cari sarapan dulu aja."***"Bukannya kamu ngekos sendiri Ra?" tanya Aydan sambil menikmati makanan yang ada di hadapannya. "Kenapa, kamu ada di rumah orangtua kamu?""Ih, Bapak, kepo amat sih! Saya tuh, kalo weekend kan memang biasa pulang ke rumah orangtua saya Pak. Bapaknya aja yang dadakan ngajak saya Survey lapangan."Aydan tertawa pelan. "Yaa, abis gimana lagi, cuma kamu yang bisa saya andalkan. Nggak mungkin dong saya minta tolong Vera yang lemot itu ehm atau Donita yang hobinya protes. Nggak ah, ogah saya mesti survey lokasi sama mereka.""Lah, kan sama aja, saya juga hobi protes, rada lemot, malah kata Bapak, saya kan keras kepala dan tukang ngomel.""Ooh, jadi kamu marah saya cap begitu. Makanya saya dibilang bawel dan banyak ngatur. Duh, citra saya jelek banget ya di mata Mama kamu. Untung aja, tadi saya nggak bilang kalau saya bos yang dimaksud Mama kamu." Aydan terdengar menahan tawa."Pak, please deh, jangan nyindirin saya terus." Azzura mengaduk kesal kuah sup dalam mangkuknya.***Setelah menempuh beberapa jam perjalanan, Azzura dan Aydan akhirnya tiba di lokasi.Survey lokasi untungnya berjalan dengan lancar. Aydan juga sepertinya terlihat cukup puas ketika melihat lokasi yang baru, yang letaknya nggal begitu jauh dari lokasi awal yang ditolak oleh klien."Oke, bagus Ra. Ini lokasinya udah cocok dan sesuai sama yang diminta oleh klien." Aydan berkata sambil membolak balik halaman berkas yang sedang dia pegang. "Coba kamu hubungin, tim pengacara dan notaris untuk proses selanjutnya, biar sisanya saya koordinasi lagi sama Daniel."Gadis berlesung pipi itu mengangguk dengan cepat. Bersyukur Survey lokasinya nggak memerlukan waktu yang lama. Berarti mereka bisa langsung balik pulang ke Jakarta lebih cepat. Azzura udah kangen sama kasur.Azzura menatap Aydan dari kejauhan, bosnya itu masih melakukan panggilan telepon dengan klien. Dan sepertinya juga dilanjutkan dengan menelepon Daniel dan notaris yang biasa bekerja sama dengan kantor tempatnya bekerja.Sambil duduk menunggu, Azzura mengamati gerak gerik Aydan, dilihat-lihat, bosnya itu termasuk ganteng malah bisa dibilang luar biasa gagah dan menawan. Gimana nggak ganteng, kalau wajah dan body-nya kolaborasi lokal dan internasional. Azzura yakin, orangtua Aydan juga tak kalah rupawan.Sayangnya, Azzura nggak tertarik sama penampakan Aydan yang nyaris sempurna. Hatinya sudah terlanjur membeku, sejak peristiwa pernikahannya yang gagal beberapa tahun silam.Lagipula, ngapain juga Azzura mesti tertarik dengan bosnya yang sudah punya pacar lebih cantik dari dirinya itu. Ya betul sekali, Aydan memang sudah punya kekasih. Seorang model cantik yang juga mulai merintis karir di dunia perfilm-an. Jadi, jelas nggak mungkin banget kan kalau sampai bosnya itu tertarik sama Azzura yang penampilannya terkesan biasa-biasa aja.♥️♥️♥️Beres menyelesaikan semua urusan terkait masalah survey lokasi, Aydan akhirnya mengajak Azzura untuk bersiap-siap pulang, kembali ke Jakarta. "Ra, sekitar lima belas menitan lagi kita pulang ya, kamu siap-siap aja duluan, takutnya ada barang-barang kantor yang ketinggalan," titah Aydan pada Azzura. "Hmm, bukannya, Bapak yang sering ketinggalan barang? Saya sih nggak bawa apa-apa. Malah Bapak tadi yang turun sambil bawa banyak barang-barang, udah sana Bapak beresin urusan sama klien, biar saya yang ngecek ulang, takutnya malah barang punya Bapak yang ketinggalan." Azzura memang benar. Aydan memang terkadang ceroboh dan pelupa. Ia sering sekali meninggalkan barang miliknya tanpa sengaja. Dan hal itu yang sering membuat Azzura jadi korbannya. Seiring waktu Azzura jadi hafal sifat bosnya itu, hingga ia sudah siap jika diminta mengambil barang milik Aydan yang tertinggal. "Ya udah sana, kalo gitu tolong kamu aja deh yang cek ulang, ya. Saya mau ngobrol sebentar sebelum pamitan sama ya
"Ra ... kamu ini, kenapa sih, hobi banget bikin saya penasaran! Ayo cepat cerita! Atau saya batalin ... nggak jadi kasih kamu bonus lembur tambahan dan uang saku dinas luar untuk ikut survey lapangan hari ini!" Aydan mengancam Azzura.Seketika bibir Azzura berlipat, sebagai tanda protes."Lah, kok jadi main mengancam sih, Pak? Nggak adil banget deh, pake bawa-bawa uang bonus punya saya pula. Jangan mentang-mentang Bapak bos saya, terus semena-mena begini ya, Pak." Azzura mencebik pelan, "curang itu namanya Pak ..."Aydan seketika tertawa melihat wajah Azzura yang auto manyun berlipat-lipat. "Hmm, kamu justru yang curang Ra, mau iseng sama saya, tapi kalau diisengin balik nggak mau."Azzura buru-buru memasang tampang tak berdosa. "Iya deh iya, saya yang salah, udah berani iseng sama bos!" Azzura kembali mencebik sebal."Hmm, kalo gitu, coba kamu cepat ceritain tentang gosip tentang saya yang beredar di kantor." Aydan kembali fokus pada kemudi yang digenggamnya."Jadi begini Pak, menuru
"Serius lah Ra ... saya ini beneran mau pulang kampung Ra, mudik gitu lah ..." Gadis cantik dengan rambut panjang itu langsung menatap bossnya dengan tatapan penuh pertanyaan."Pulang ke kampung halaman, Pak? Saya nggak lagi salah dengar kan? Kalau Bapak serius mau pulang ke kampung halaman alias tempat kelahiran bapak yang jauh itu?"Kampung halaman tempat kelahiran Aydan memang jauh, di luar negeri sana.Aydan mengangguk, "iya, kamu nggak salah dengar Ra, saya mau cuti selama sekitar satu atau dua minggu-an. Papa saya sakit."Azzura langsung membulatkan bibirnya sambil manggut-manggut. "Jadi ... nanti, selama saya nggak ada di tempat, kalau bisa kamu yang bertugas untuk melaporkan semua yang terjadi di kantor selama saya nggak ada," titah Aydan yang masih menikmati makan siangnya. "Kamu cuma sekadar melaporkan saja kok, nggak perlu melakukan hal sulit."Sambil menatap ke arah Aydan, Azzura menghela napas, justru 'melaporkan semua' itu tugas yang teramat sulit ..."Nanti, untuk uru
Pagi itu Azzura bangun dengan perasaan senang luar biasa. Namun, entah kenapa justru itu membuat dia sedikit tidak tenang.Feeling Azzura, biasanya setelah perasaan senang luar biasa, seperti yang sedang dia rasakan sekarang ini. Setelah nya akan ada kejadian yang tidak menyenangkan.Semoga saja dugaanku salah. Azzura membatin sembari bersiap untuk turun dan menikmati sarapan pagi.Feeling tidak enak Azzura langsung menguap, begitu dia melihat deretan berbagai menu yang disajikan oleh pihak hotel. Azzura sumringah menikmati sarapan paginya dengan suka cita. Tugasnya mengantar cincin milik Aydan yang ketinggalan sudah beres. Siang nanti waktunya ia pulang kembali ke Indonesia. Kembali ke alam nyata.Rencananya setelah beres sarapan, Azzura ingin mencari oleh-oleh sesuai perintah Aydan, sekalian juga mencari oleh-oleh untuk keponakannya. Sungguh liburan yang tak terduga. Liburan gratis yang sangat mewah. Azzura tersenyum puas melihat piring kosong di hadapannya yang bersih tanpa jejak.
Ini hari kedua setelah tragedi cincin yang tertinggal. Azzura masih belum bisa menemukan jalan keluar untuk menjelaskan pada kedua orangtua nya, bahwa pertunangan dirinya dan Aydan hanya sebuah sandiwara.Bahkan hari ini saja, ketika sedang bekerja, berulang kali, mamanya menelpon hanya untuk memastikan kalau Aydan dan dirinya benar bertunangan.Azzura bisa mendengar nada bahagia milik Mamanya, "Ra, ya ampun ... akhirnya kamu ketemu laki-laki yang baik. Mama berharap kali ini semua berjalan lancar, Nak." Azzura mendesah pelan, bagaimana mungkin dirinya tega membuat Mama kecewa lagi dengan mengatakan bahwa semua cuma sandiwara."Ra, kapan kamu pulang ke rumah. Nginep yang agak lama juga nggak apa-apa. Mama penasaran dengan calon tunangan kamu, Nak. Katanya kalian satu kantor kan?" Mama kembali menelpon Azzura saat dirinya baru saja beres mandi."Maa, please deh ya, sehari ini Mama tuh udah nelpon aku lima kali lebih." dengan satu tangan yang bebas, Azzura meraih kaos bersih dari dalam
Udara sore terasa begitu dingin menembus kulit putih Azzura yang bagai susu. Angin berhembus pelan menerpa wajahnya. Langit tampak murung dari biasanya, seperti bisa ikut merasakan apa yang sedang dirasakan oleh Azzura. Burung burung kecil beriringan menari nari di atas awan. Sementara di kejauhan, sebentar lagi mentari sedang bersiap menenggelamkan diri. Menyemburkan semburat warna jingga yang cantik, sayang sedikit tertutup oleh barisan awan yang tampaknya ingin ikut serta tampil cantik di sore itu.Azzura menghentikan langkahnya, lalu meletakkan tubuhnya di atas kursi yang berjajar rapi di pinggir taman. "Mimpi apa aku ini ... terlibat masalah besar begini dengan Pak Aydan." Azzura menengadah menatap langit yang perlahan mulai berubah gelap. Telepon seluler miliknya berdering, membuat Azzura buru-buru menjawab panggilan masuk."Hallo?""Ra! Elo di mana?" suara milik Donita langsung menyambut kalimat Azzura."Taman dekat kantor. Kenapa?""Astaga! Elo gimana sih Ra. Kan tadi kita u
Astaga! Bola mata Azzura auto setengah melotot saat melihat ke arah layar telepon seluler miliknya yang baru saja ia keluarkan dari dalam tas. Setengah tidak yakin, ia kembali memastikan bahwa ia sedang tidak salah lihat nama kontak yang sedang menelponnya.Sebaris nama yang sedang berusaha dihindari oleh nya muncul berpendar pendar di layar telepon. Boss bawel, Aydan."Siapa Ra?"Belum sempat dijawab oleh Azzura, Donita sudah keburu ikut melongok ke arah layar telepon seluler Azzura. "Ngapain tuh si boss, jam segini nelpon kamu?" tanya Donita, sepertinya sedikit heran dan lebih banyak penasaran. "Mana pake video call segala!" Donita meringis.Azzura ikutan meringis Sambil mengendikkan bahunya, otak nya langsung berusaha untuk mencari alasan agar Donita tidak curiga."Eh, Yaa ... nggak tahu juga gue." Jantung Azzura berdetak kencang, takut jika sampai Donita tahu yang sebenarnya. Yang Azzura yakin, sekarang ini pun sebenarnya Donita sudah mulai mencium sesuatu yang janggal."Ya angkat
"Pokoknya gue nggak mau tahu. Elo mesti cerita semuanya sama gue! Awas ya, jangan ada dusta diantara kita berdua!" Donita mengancam Azzura."Posesif amat sih, Ta." Azzura tertawa geli melihat kelakuan Donita. "Iya deh iya, kan gue udah bilang, asalkan elo sanggup dengan persyaratan yang gue bilang. Nggak usah khawatir, gue pasti cerita kok ke elo ... semuanya.""Bener lho, ya! Awas aja kalo sampe bohong!""Ya elah, Ta. Kalo bohong ... ntar hidung gue mancung deh kayak Pinokio!"Donita menatap Azzura sambil memutar bola matanya dan mencebik, "Yee, idung Lo tuh ya, emang udah mancung Ra. Emangnya mau nambah semancung apa coba? Nggak usah ngadi ngadi deh Ra.""Yaa, biar makin mancung gitu. Gimana sih Lo." Azzura tertawa geli."Terserah deh, yang penting cerita semuanya."Setelah makanan dan minuman pesanan mereka berdua diantar ke meja, Azzura buru-buru menyesap latte miliknya. Persiapan sebelum memulai bicara."Jadi gini, Ta ... elo pasti nya masih inget waktu Pak Aydan pulang ke kampun