Sontak Lakshmi terbangun dari duduknya, matanya terbelalak saat melihat wajah Darius yang garang. Bukankah pria itu memerintahkannya untuk masuk ke kamar?“Saya sudah masuk ke kamar,” jawab Lakshmi berusaha cuek dan berusaha agar tatapan tajam Darius tak mengintimidasi dirinya.Tapi tetap saja, aura kemarahan sampai menusuk ke sumsum tulangnya saat ini.Kakinya memaku tak bisa dia gerakkan dan matanya menatap waspada, firasatnya berkata kalau saat ini dia akan mendapatkan masalah besar.“Kamar kita, Lakshmi. Bukan di sini!” sentak Darius yang semakin kesal dengan respon sang istri.“Saya tidak merasa memiliki kamar, itu kamar anda.”Lihat bukan?Darius merasa semakin berang, benar-benar dia kehilangan kesabaran karena gadis itu.Dia yang baru saja tiba ke rumah harus dibuat terkejut dengan ketiadaan Lakshmi di rumah. Berharap melihat gadis itu berada di dapur dengan bercengkerama dengan Si Mbok seperti pagi itu. Tapi yang didapatinya, rumahnya kosong dan hanya ada Si Mbok seorang.“Ti
Lakshmi bahkan melangkah dengan enggan, sengaja memelankan tempo jalannya. Tapi begitu tiba di lantai dua, Darius sudah menunggunya dengan bersandar di tembok sambil melipat tangannya dan memandangi istrinya dengan intens.“Berapa lama lagi aku harus menunggu?” sindirnya.Lakshmi menghembuskan napasnya kasar, ingin sekali rasanya memaki pria itu. Tapi pada akhirnya dia hanya melirik tajam dan diam membisu.“Masuklah,” perintah Darius begitu pria itu membuka pintu ruang kerjanya.Lakshmi sangat enggan untuk berduaan bersama Darius. Entah kenapa dia malah benar-benar tak siap jika harus berbicara empat mata. Tak kan pernah ada hasil yang baik di antara pembicaraan mereka.Dia menyeret kakinya, melangkah dengan berat hati untuk masuk ke ruang kerja pria itu.Dadanya bergemuruh begitu Darius menutup pintu. Lakshmi semakin waspada saat dia sudah berada di ruangan itu.Darius sendiri masih belum mengucapkan apa-apa selain duduk di kursi sambil menyalakan PC personal yang sudah ditata di ata
“Apa yang kamu inginkan?” tanya Darius begitu mereka memasuki salah satu mall mewah yang ada di ibu kota.Lakshmi bahkan sedari tadi menganga, sempat dia enggan untuk keluar dari mobil saat melihat bagaimana wallet parkir saja begitu mewah.Lakshmi masih diam saja, membeku sambil menatap kagum dinding kaca yang menampilkan banyak manekin dengan pakaian yang indah.Melihat Lakshmi yang tak bergerak sama sekali, Darius segera mengulurkan tangannya. Menjangkau pergelangan tangan gadis itu dan menariknya pelan.“Ayo masuk,” ucapnya lembut.“Eh?” Lakshmi tak bisa berkata apa pun selain kakinya yang mengikuti langkah Darius memasuki salah satu outlet pakaian dengan brand ternama dan khusus untuk pakaian wanita saja.“Pilih yang kamu mau,” perintah Darius.Pria itu membiarkan Lakshmi melihat-lihat, sementara dirinya malah duduk dan memperhatikan bagaimana Lakshmi akan memilih pakaiannya.Tapi Lakshmi lagi-lagi terbengong-bengong dengan banyaknya pakaian di sana. Matanya melotot saat melihat
Lagi-lagi Lakshmi dibuat ternganga begitu mereka tiba di depan restoran fine dining. Dimulai dengan bagaimana area luar yang nampak mewah dan berkelas, tentu dia tahu kalau tempat itu bukan untuk orang sembarangan.Spontan tangannya mencengkeram lengan Darius, merasa gugup ketika seorang staf restoran yang berdiri di depan mereka tersenyum dan menyambut hangat.“Halo, Mr and Mrs. Do you already have a reservation?” tanya pria dengan pakaian berjas hitam dan mengenakan sarung tangan putih itu.Lakshmi bisa melihat penampilannya yang rapi bak eksekutif dengan jas, dasi dan sepatu serba hitam.Astaga, tempat apa ini sebenarnya?Lidahnya kelu bukan main menyaksikan kemewahan di depan mata. Sementara Darius terlihat begitu biasa saja, memang pria itu sudah terlalu biasa berada di tempat para kalangan elit.“Belum, apa kami bisa memesan tanpa reservasi?” Darius sendiri menjawab jujur, karena ini adalah acara mendadak.Selagi Lakshmita tengah bersikap padanya dan menurut, dia harus menggunak
Wanita muda itu melihat makanan indah sebagai appetizer alias makanan pembuka. Bagaimana susunan potongan makanan yang ditata begitu rapi di piring putih.“Makanlah,” perintah Darius.Pria itu tak sabar untuk melihat reaksi Lakshmi tentu saja.Lakshmi bingung, dia tak pernah mengenakan peralatan makan lengkap seperti garpu dan pisau.“Gunakan tangan saja,” imbuh Darius yang memperhatikan bagaimana Lakshmi kebingungan sendiri.Darius mencontohkannya, dan Lakshmi menirunya.Kres!Sekali gigitan untuk satu potongan kecil makanan pembuka.“Bagaimana?” Rupanya Darius menantikan penilaian sang istri.Lakshmi menikmati paduan rasa yang belum pernah terjamah oleh lidahnya, dia sampai melahap potongan kedua. Kali ini matanya sesekali menutup lama sambil tersenyum. Rasa di mulutnya seakan menjadi sebuah kembang api yang meledak di dalamnya. Bercampur sempurna.Darius terkekeh, dia tak perlu lagi bertanya soal rasa karena Lakshmi sudah menikmatinya dengan begitu baik.Menunggu gadis itu menyeles
“Oke, ayo turun.” Mereka sudah tiba di rumah. Lakshmi segera meraih tangan Darius, mencoba untuk keluar mobil. Namun, lagi-lagi Darius malah tanpa izin telebih dahulu sudah menggendongnya. “Aaa! Apa yang Mas lakukan?!” pekiknya terkejut saat tubuhnya sudah melayang dengan begitu mudahnya. “Menggendongmu tentu saja.” “A aku masih bisa berjalan,” cicit Lakshmi, merasa malu sekaligus gugup karena Darius benar-benar tak keberatan untuk menggendongnya. “Ada masalah jika aku menggendong istriku sendiri?” Lakshmi menggelengkan kepalanya tanpa suara. Ia tak bisa menjawab kalau Darius sudah menggunakna jurus andalannya. Lakshmi hanya pasrah, dia tak bisa kabur dan bersembunyi di kamar yang lain lagi jika begini. Rupanya Si Mbok menyambut kepulangan mereka dengan semringah. “Loh? Kok Non Lakshmi digendong?” tanyanya bingung. “Mbok tolong ambilkan barang-barang di mobil ya? Tadi ada juga makanan untuk Mbok dan Parjo,” seloroh Darius begitu masuk ke dalam rumah. Si Mbok mengangguk saja
Darius berusaha untuk menahan diri, dia yang tadinya hanya menginterpretasikan perasaannya. Hanya dalam beberapa detik saat bibirnya menyentuh milik Lakshmi yang hangat menjadikan hasratnya pun bangkit detik itu juga.Darius pun mulai menggerakkan bibirnya perlahan, melumatnya tanpa ampun walau masih dalam tahap biasa.Tapi Lakshmi yang belum pernah tahu bagaimana ciuman intens dirasakannya hanya bisa diam mematung, menikmati detak jantungnya yang menggila dengan rasa gugup dan sikap kakunya.Tangannya meremas baju Darius, membuatnya terus meremas kencang dan membiarkan bibirnya sama sekali tak bergerak.“Breath, Lakshmi,” bisik Darius yang menghentikan pagutannya.“Haa …” Lakshmi spontan menghembuskan napasnya saat itu juga, matanya terbuka dan memandangi wajah Darius yang begitu dekat dengan dahi mereka yang saling menempel.Blush!Deg deg deg!Napas mereka pun bersahutan satu sama lain, bahkan terdengar jelas napas Darius yang begitu kasar.Darius segera bangun, tersenyum kecil sem
“Tidak mau!” Lakshmi terus menggelengkan kepalanya saat Darius berusaha memaksanya keluar dari mobil.Darius frustrasi sendiri melihatnya.“Astaga, kau ini kenapa sih? Kau cuma menemaniku untuk hadir di acara konferensi saja, Lakshmi,” terang Darius kesekian kalinya.Lakshmi masih tetap menggelengkan kepalanya, bagaimana gadis itu takut kalau ada yang melihatnya. Dia masih tak siap jika harus dikenal sebagai istri Darius.“Tidak mau! Nanti banyak fans Mas yang menyerang aku.”Lakshmi masih bersikukukh. Kali ini Darius yang diam, dahinya terlipat seakan tengah bingung.“Fans?” beonya.“Kamu bicara apa sih? Aku bukan idol K-Pop yang punya fans, Lakshmi. Ayo turun atau aku paksa?” ancam Darius.Lakshmi semakin menarik kakinya ke dalam. “Mas ini tidak pernah tahu ya? Fans Mas itu bejibun. Banyak. Much!”“Memang aku seterkenal itu?” Darius malah menahan tawanya, merasa lucu.Lakshmi melotot, “Mas sama sekali tidak sadar atau pura-pura tidak tahu sih?”“Ya … tidak tahu dong. Kalau tahu, aku