Share

Bab 5. Gadis Kecil Mengubah Hidupku

David mendengar pintu ruangan kantornya di ketuk. Ia pun mempersilakan masuk orang yang mengetuk pintu tersebut. Ternyata Gilang, David pun bernapas lega. Selama setengah jam David harus menunggu kehadiran sahabatnya itu dengan perasaan gelisah.

"Iyap, Bos. Ada perintah apa nih?" tanya Gilang langsung duduk di kursi.

"Kemana aja sih, lo? Lama amat!" gerutu David kesal.

"Maapin ya, ada panggilan alam tadi." jawab Gilang cengengesan.

"Hah! Alesan aja, lo!"

"Kenapa sih, Bos? Uring-uringan? Heran deh kayak bini gue aja kalo lagi PMS." Kini giliran Gilang yang menggerutu.

"Bingung gue mau cerita dari mana?" kata David sambil memutar manik matanya.

"Cerita ya cerita aja sih, Bos."

"Jadi gini-"

David menceritakan kejadian tadi pagi yang disebabkan oleh Bita. Gilang pun mendengarkannya dengan seksama sambil mengangguk-anggukkan kepalanya terus menerus sepanjang cerita. Tetapi kelakuan Gilang malah membuat David kesal.

"Kepala lo kenapa sih? Lo kira gue lagi nge-rap apa? Manggut-manggut mulu." ucap David kesal sambil memukul pelan kepala Gilang.

"Sorry, Bos. Terlalu menghayati. Hehe." David pun melanjutkan ceritanya hingga selesai. Kepala Gilang pun ikut berhenti mengangguk-angguk.

"Tolong dong lo selidikin itu cewek. Sebenernya kayak gimana? Kalo emang beneran simpenan, masa depan gue bisa terancam." pinta David memelas.

"Lah, Bos, Bos. Ngapain sih ribet pake diselidikin. Tinggal cut aja terus cari yang lain." sahut Gilang memberi solusi yang lebih mudah.

"Waktu gue mepet, kampret! Cuma empat bulan! Terhitung dari dua minggu lalu!" geram David penuh emosi. Rasanya ingin menonjok muka Gilang sebagai pelampiasan.

"Maap, Bos. Gue lupa kalo Bos abis di sidang Tuan Besar. Okelah Bos, siap laksanakan!" ucap Gilang sambil memberi tanda hormat dengan tangan kanannya.

Ini adalah kali pertamanya Gilang menjalankan profesi sebagai detektif pribadi. Ia pun bersemangat melaksanakan misi yang diamanahkan padanya. Agaknya dia bosan dengan profesi kesehariannya sebagai supir, asisten pribadi, tempat curhat, tempat omelan, dan masih banyak lagi profesi yang bisa Gilang lakukan.

======

Langit malam yang begitu cerah. Bulan dan bintang saling berlomba memancarkan sinar temaramnya. Tetapi hawa dingin akan selalu hadir jika suasana seperti ini. Sepoi angin semilir ikut hadir menambah sensasinya.

David menutup pintu balkon kamarnya yang seluruhnya terbuat dari kaca. Ia suka jika kamarnya nampak bercahaya dan terang di pagi hingga sore hari. Selain membuat kamarnya tidak lembab, ia pun bisa menikmati pemandangan di luar sana kala penat menguasai pikirannya. Ia lalu berjalan menuju ujung kamar dan menggeser tirai berwarna abu-abu yang menjuntai panjang hingga ke lantai sehingga membuat suasana malam di luar tak tampak lagi.

Terdengar suara anak kecil berteriak memanggil kakek dan neneknya di lantai satu. Pasti itu Cheryl. David menebak dari dalam hati. Ia bergegas membuka pintu kamarnya dan setengah berlari menuju tangga. Kakinya yang jenjang membuatnya bisa melewati dua anak tangga sekaligus. Ia tak sabar bertemu dengan keponakannya yang centil itu.

"Om David!" seru Cheryl begitu melihat sosok David muncul di hadapannya. Anak kecil beringsut dari gendongan ayahnya. David pun mengulurkan kedua tangannya. Dan...

Hap!

Cheryl terjun ke dalam dekapan pamannya yang tampan itu. David pun menghujani kecupan rindu ke pipi dan leher Cheryl. Anak kecil itu tertawa karena geli yang ia rasakan.

"Hapouuffuuufuufuu. Kamu kok lama banget nggak ke sini? Dari mana aja kamu? Hapouuffuuufuufuu.." tanya David sembari terus menggelitik Cheryl dengan kecupan dan tangannya. Cheryl tertawa terbahak-bahak menahan geli.

"Udah deh, bocah ketemu bocah." gumam Ibu Kristina menanggapi tingkah putra sulungnya itu. Nicho dan Mila hanya bisa tersenyum melihat keakraban paman dan keponakannya itu.

"Ayo kita duduk di meja makan saja!" ajak Pak Johan mendahului yang lainnya.

"David, udahan, Cheryl udah capek itu!" seru Bu Tina, "Ayo kita makan!"

David menghentikannya dan mengajak Cheryl untuk makan bersama. Setiap hari Sabtu acara makan malam diadakan di kediaman Pak Johan. Nicho dan Mila yang tak tinggal bersama lagi membuat David tak bisa bertemu Cheryl sesering mungkin. Baru dua minggu saja tak bersua sudah membuat David rindu setengah mati. Selain pemandangan yang indah dari balik jendela kaca di kamarnya, Cheryl juga merupakan sesuatu yang bisa menghilangkan penat di pikirannya.

Cheryl, gadis kecil berumur empat tahun itu merubah satu sifatnya. Playboy. Meskipun tak lahir dari darah dagingnya sendiri, David selalu merasa bagaimana jika ada lelaki di luar sana ada yang seperti pamannya? Lalu menyakiti keponakannya yang menggemaskan itu? Sungguh malang nasibnya jika hal itu sampai terjadi. Lalu bagaimana jika itu terjadi dengan anak perempuannya sendiri?

David pun berpikir, mungkin sikapnya inilah yang selama ini selalu membuat para wanita hanya mengincar hartanya. Kala itu, pada akhirnya David memutuskan untuk mengakhiri perjalanan cintanya dan membuka lembaran baru hanya dengan satu wanita saja yaitu Sandra. Tetapi yang terjadi ternyata Sandra terlalu banyak tingkah dan menuntut. Menurut dia, David tak pernah ada waktu lagi untuknya selama setahun terakhir, tak pernah memperhatikannya lagi, selalu sibuk bekerja dan bekerja.

David sudah pusing mendengar keluhan dari Sandra. Bukankah dia juga suka jika David memanjakan dengan harta yang dimilikinya? Mengapa David bekerja keras untuk masa depan mereka tidak boleh? David pun menganggap ini ujian yang harus dilalui Sandra, namun Sandra tak dapat lulus dengan sempurna.

"Kita lebih baik putus saja jika kamu sudah nggak perhatian sama aku lagi." ucap Sandra seusai menangis dan mengadu di depan David. David yang sudah jengah dengan kelakuan Sandra, akhirnya mengiyakan tanpa ada embel-embel apapun lagi.

"Kalau udah nangisnya, ayo aku antar pulang sekarang!" David menatap dingin gadis di hadapannya yang sudah berhenti menangis. Sandra terkejut karena David langsung mengiyakan gertakan minta putusnya itu. David memanggil seorang pelayan untuk dibawakan tagihan makan malam mereka.

"Ayo!" David beranjak tanpa menggandeng Sandra seperti biasanya.

Sandra mengekor kepada David dengan mimik wajah yang kecut. Ia terlalu gengsi untuk menarik ucapannya yang sudah terlontar keluar. Padahal maksud hati ia hanya ingin mencobai David saja. Tetapi kenyataannya adalah sebaliknya. Sandra pun hanya bisa terdiam sepanjang perjalanan pulang menahan perasaan murka dan kecewanya.

David mencoba fokus untuk menyetir. Ia merasa kecewa juga dengan Sandra. Mengapa semudah itu meminta putus darinya? Gengsinya juga tinggi, ia yang biasanya memutuskan dan meninggalkan secara sepihak dengan para wanitanya yang lalu, sangat anti dan enggan untuk merengek-rengek di depan wanita agar tak diputuskan hubungan.

"Nggak mampir dulu, Vid?" tanya Sandra setelah mereka sampai di depan kosnya.

"Enggak. Aku langsungan aja." jawab David datar tanpa ekspresi.

Itulah komunikasi terakhir yang mereka jalin. Selebihnya mereka hanya terkungkung dalam perasaan gengsi hingga seiring berjalannya waktulah yang membuat mereka melupakan satu sama lain.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status