Share

4. Aldrin

"Awasi semua pergerakan Leon dan juga Sesiliana. Jangan sampai kamu lengah, dan terjadi sesuatu kepada wanitaku.”

Pria bermanik biru yang kali itu sedang menatap pemandangan kota dari ruangan pribadinya, akhirnya bersuara.

Kulit putih, rambut hitam, lekukan dari tulang alis hingga hidung yang hampir sesempurna patung, semakin terlihat jelas ketika sinar matahari mengenai wajahnya.

Pria itu adalah Aldrin Madrean, kekasih sekaligus tunangan Sesiliana sebelum pernikahannya dengan Leon Panetta.

Keberadaan Aldrin saat ini hanya diketahui segelintir orang, karena selama ini, orang-orang mengetahui dirinya hanyalah seonggok mayat yang sudah tertanam di dalam tanah.

Setelah sekian lama, akhirnya ia kembali.

Sudah lebih dari setahun dirinya menanggung sakit. Hidupnya terasa hancur ketika mengetahui kekasihnya sudah terikat hubungan dengan pria lain. Belum lagi, pria itu harus menghadapi hari-harinya dengan frustasi karena menanggung fitnah yang dijatuhkan padanya.

"Setelah kembali, apa kamu tidak pulang ke rumah? Ibumu merindukanmu?"

Ayah Aldrin menghampiri anak semata wayangnya, masih terbayang betapa beratnya ia melihat putranya berjuang untuk hidup. Ia sendiri menyembunyikan keadaan dan keberadaan putranya dari istrinya, bukan karena tidak mempercayainya tetapi, ia tidak tahu harus berkata apa, dan dengan sifat istrinya itu, ia yakin ia tidak sanggup melihat putranya kesakitan.

"Tidak untuk saat ini, Ayah."

"Apa pengaturanmu saat ini?"

"Hanya membantu Lili menemukan bukti dan tunjukkan padanya, Al hanya ingin mengikuti semua tindakan Lili dan melindunginya."

"Apa kamu tidak keberatan dengan pernikahannya?"

Selama ini, ia tidak berani menanyakan pada putranya pertanyaan ini, tapi kali ini ia tidak bisa menahannya. Ia tidak percaya dengan tempramen anaknya ia bisa menerimanya begitu saja.

"Lili gadis ceria dan cerdas tapi, ia juga pemarah dan suka balas dendam, pernikahan itu adalah caranya membalas dendam padaku, Ayah."

Ayah Aldrin tercengang mendengar ucapannya, apakah sesederhana itu.

Seperti melihat melalui pikiran ayahnya, Aldrin tersenyum, lalu menjelaskannya.

"Tidak sesederhana itu memang tapi, Lili benci dikhianati, saat ia disakiti ia akan mencoba mencari hal atau sesuatu untuk membuatnya nyaman, dan Leon memanfaatkan itu untuk memiliki Lili. Tapi ia lupa, meskipun Lili pemarah ia tidak bodoh, ia memberi kesempatan bagi Leon untuk jujur selama pernikahan mereka tapi, sepertinya ia meremehkan Lili. Seharusnya Lili sudah curiga sejak awal, meskipun kita semua tumbuh dan besar dilingkungan kelas atas dan saling mengenal, itu tidak sampai pada tahap untuk langsung mempercayai seseorang."

Jarang mendengar anaknya itu bicara panjang lebar.

"Kamu sepertinya tahu semua tentang apa yang terjadi dan tindakan Lili?"

"Ya, orang orang disekitarnya adalah orang yang Al ajar dan kembangkan sendiri."

"Kamu…"

"Lalu bagaimana dengan pernikahannya? Sangat sulit untuk bisa menyingkirkan keluarga Panetta, yang paling banyak mendapatkan manfaat dari pernikahan ini mereka, tidak mungkin mereka mau melepasnya begitu saja!"

"Kita lihat saja kedepannya, jangan meremehkan Lili-ku!"

Sulit dipercaya jika putranya telah sampai pada titik ini. Putranya membangun benteng di sekitar kekasihnya. Memanipulasi tanpa berniat mengendalikannya.

Setelah kecelakaan terjadi ia pernah berharap putranya melupakan Lili, tapi sepertinya ia meremehkan posisi gadis itu hatinya. Benar-benar keturunan Madrean.

Flashback

Aldrin Madrean, Keturunan Bangsawan muda Madrean. Mendirikan perusahaan berskala internasional pada usia 16 tahun, tanpa bantuan keluarga Madrean. Mengambil alih Madrean Company pada usia 20 tahun. Jenius sejati dari keluarga Bangsawan.

Keluarga Madrean dan keluarga Arnawan selalu bersahabat, dan tidak pernah mencampur adukkan antara kerjasama dan perasaan anak-anaknya.

Aldrin Madrean, sejak kecil menjadi sosok yang cerdas, pendiam, dan dingin. Ia mandiri sejak kecil, selalu acuh tak acuh pada lingkungan dan orang disekitarnya, bahkan kepada keluarganya.

Aldrin berdiri dihadapan kedua orang tuanya, baru saja ia mengantar gadis kecilnya pulang setelah mengajaknya bermain seharian. Ia akan selalu menyempatkan untuk menemuinya, bahkan disela jadwal sibuknya sekolah dan kegiatan lainnya.

"Ma, Pa, Al ingin menjadikan Lili tunanganku, aku mohon mama dan papa bisa membantu Al."

Kedua orangtuanya saling memandang, mereka sudah menduga jika putranya memiliki perasaan untuk putri keluarga Arnawan itu.

Diantara semua kolega dan keluarga terdekatnya, hanya gadis keluarga Arnawan yang dekat putranya yang dingin.

Mereka mengenal putra dihadapannya ini, sejak kecil ia telah mandiri, tenang, dingin bahkan kejam.

Sesuatu yang disukai dan tidak disukainya akan selalu ditunjukkannya.

"Tidak semudah itu untuk mendapatkan harta Arnawan itu, kamu sudah melihatnya selama bertahun tahun betapa mereka mencintai putri kecilnya." ujar Mama Aldrin.

"Bukankah terlalu cepat, kamu baru berusia 15 tahun, Lili baru 12 tahun, menjadikannya tunanganmu tidak sesederhana itu. Bertunangan berarti kamu sudah memutuskan untuk menjadikan ia pendamping hidupmu kelak. Apa kamu yakin tidak akan menyukai orang lain beberapa tahun kedepannya? Jangan menghancurkan hati dan masa depan gadis kecil itu!"

Kalimat itu adalah kalimat terpanjang dalam percakapan mereka sepanjang tahun ini. Karena kepribadian Aldrin yang mandiri dan tegas, membuat orangtuanya tidak pernah dipusingkan olehnya.

"Al menyukai Lili sejak pertama kali kami bertemu, sudah beberapa tahun Al meyakinkan perasaan Al sendiri, dan itu bukan sekedar perasaan suka sesaat seperti mainan yang akan dibuang. Pertama Al sendiri tidak suka mainan, Lili bukan mainan, perasaan Al juga bukan mainan, bagiku Lili segalanya, hanya dengan Lili Al merasa hidup. Al tidak tahu harus bagaimana mengatakannya, yang pasti hanya ingin menjadikan Lili milik Al. Sekali ini saja Al mohon pada ayah, jadikan Lili milik Al."

Ayah Aldrin terkejut, tubuhnya membeku sesaat. Ini pertama kali mereka mendengarkan ungkapan perasaan anak semata wayangnya. Sejak kecil ia memang tidak pernah meminta apapun, ia terlihat seperti orang dewasa kecil sejak ia mulai berjalan dan berbicara.

Ia bisa melihat kelembutan dan kegilaan dimata anaknya. Alisnya berkedut, kepalanya sakit, keinginan pertama anaknya bukan sesuatu yang mudah diwujudkan. Keluarga Arnawan adalah budak putri. Dari kakek, nenek, apalagi temannya itu, betapa mereka mencintai putri kecil yang cantik, dan cerdas itu. Jika tiba-tiba ia menyampaikan jika putranya melamar gadis kecil itu, oh ia tidak bisa tidak berpikir jika akan mendapatkan amukan temannya itu.

Setelah perjuangan penjang, akhirnya Aldrin bisa memiliki kekasih hatinya. Ia memantaskan dirinya selama bertahun-tahun untuk akhirnya bisa mengikrarkan janji suci akan tetapi, semuanya kandas seketika.

Setahun yang lalu, jantungnya mati. Kecelakaan yang terjadi padanya juga disertai dengan upaya pembunuhan.

Aldrin masih ingat, kala itu, sebuah kecelakaan membuat jantungnya seketika berhenti.

"Awas!" teriak Aldrin, tetapi supirnya seperti terpaku, terkejut dan tidak bisa melakukan apa-apa.

Mobilnya terguling beberapa kali meski untungnya ia berhasil selamat, tetapi ternyata ada beberapa orang pembunuh bayaran yang mengikutinya. Setelah memastikan ia selamat, mereka mulai mengejarnya. Hingga salah dari mereka berhasil mengejarnya dan menusuk tepat di jantungnya, sebelum para pengawalnya datang dan menolongnya.

Hal itu membuatnya harus mengalami koma selama beberapa bulan, juga harus menerima transplantasi jantung. Bersyukur saat itu ia mendapatkan pendonor dari korban kecelakaan yang juga cocok dengannya, jika tidak sulit menjamin jika ia bisa bertahan.

Seorang Aldrin Madrean harus mengalami pengalaman paling menyakitkan dalam hidupnya, disaat ia akan meregang nyawa, kekasihnya menikah dengan pria yang menyakitinya.

Tidak ada yang mengenalnya dengan baik selain dirinya sendiri. Madrean tidak dikenal sebagai pecundang, begitu pula dirinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status