"Siapa dia Ace?" tanya Liam berbisik di dekat asisten kepercayaan Allen itu.
"Sekretaris baru bos…," jawabnya singkat.
"Sekretaris? Cantik begitu jadi sekretaris? Dia lebih cocok jadi artis kalau menurut aku Ace…," sahut Liam menatap penuh kekaguman pada Rose dari atas ke bawah.
"Jangan macam-macam kalau kamu masih sayang dengan matamu Dokter!" ancam Ace yang tahu kalau lelaki itu sedang memikirkan sesuatu di pikirannya tentang Rose.
"Maksud kamu?"
"Bos menyukai sekretarisnya itu! Jadi, kalau kamu masih mau hidup dan bernafas … jangan berani mendekati apalagi mencoba dekat dengan Rose!"
"Oh, jadi namanya Rose? Pantas saja dia wangi sekali meski sudah berantakan seperti itu…," sahut Liam lebih kepada dirinya sendiri dan tidak mempedulikan Allen yang ternyata memperhatikan dia juga dari tadi.
Bos Mafi
Nyalakan bintangnya jangan lupa yah guyss... Terima kasih đšđšđšđš
Malam pertama menemani Allen dirumah sakit membuat Rose sedikit gugup.Selesai membersihkan diri, wanita itu duduk diam di depan TV sambil menunggu bosnya yang masih serius menatap layar tab ditanganMeskipun sedang terluka dan tengah dirawat, tidak membuat Allen berhenti bekerja walau hanya semenit saja."Kemarilah Rose…," panggil Allen setelah menyelesaikan pekerjaan dia.Rose berjalan mendekati ranjang rumah sakit dimana Allen berada dan menarik kursi, lalu duduk di samping kanan lelaki itu."Kamu ingin mendengar cerita tentang aku bukan?" Rose mengangguk. "Baiklah … apa yang ingin kamu ketahui?"Rose tampak berpikir sejenak dan berkata. "Aku ingin tahu siapa kamu sebenarnya, dan kenapa ada orang yang ingin membunuhmu Bos?""Mulai sekarang kamu tidak perlu memanggil aku Bos jika kita tidak sedang berada di kan
"Bos yakin sudah baik-baik saja?" tanya Rose yang masih khawatir dengan keadaan Allen."Sangat yakin Rose, kita tidak boleh membuang-buang waktu lebih lama lagi disini. Aku ingin kamu segera berlatih menembak, agar aku bisa lebih tenang nantinya."Rose diam, tidak ada gunanya dia berbicara lagi sementara Allen tetap bersikukuh ingin pulang hari ini juga dari rumah sakit.Tadi pagi hanya ada seorang perawat yang datang menggantikan perban di luka jahitannya.Dokter Liam yang bertugas untuk memeriksa keadaan Allen, sudah berangkat ke Afrika sesuai dengan perintah lelaki itu padanya.Meski sempat tidak terima dengan perintah yang diberikan Allen, tapi Liam tidak berani membantah karena tahu bagaimana marahnya sang Bos Mafia jika sudah sampai memberikan hukuman pada seseorang.Hingga akhirnya Liam pun berangkat pukul enam pagi tadi dengan menaiki pesawat ko
"Kamu mau kemana Rose?""Aku akan pergi makan siang bersama sahabatku Bos….""Dimana?""Di restoran dekat sini." sahut Rose mulai menata meja kerjanya sebelum pergi makan siang bersama Sonya."Kamu naik apa kesana?" tanya Allen masih penasaran kemana Rose akan pergi siang ini.Padahal biasanya juga Rose selalu pergi keluar makan siang disana seperti hari-hari sebelumnya."Jalan kaki Bos … restorannya tidak jauh dari sini.""Tidak boleh!""Hah?""Tidak boleh Rose, biar aku yang mengantarkanmu kesana!""Apa?" sahut Rose kaget. "Tidak perlu Bos, aku bisa jalan kaki sendiri kesana," tolaknya tidak enak."Jangan membantah, pokoknya aku akan mengantarkanmu kesana demi untuk keselamatanmu sendiri Rose!"&nb
"Bagaimana pekerjaanmu di kantor Rose?""Semuanya lancar Dad. Maaf jika aku selalu sibuk di kantor dan tidak sempat membantu Daddy di toko."Alex tersenyum. "Tidak apa-apa Rose, Daddy malah senang kamu bisa memenuhi impian kamu selama ini. Lagipula pegawai kita di toko sangat membantu pekerjaan Daddy disini."Rose memeluk tubuh lelaki paruh baya itu penuh cinta. " Terima kasih karena selalu mendukungku selama ini Dad … aku menyanyangimu."Alex membalas pelukan hangat anak perempuannya dan membelai lembut punggung Rose. "Sama-sama anakku…."Hari ini adalah hari Minggu, Rose yang libur bekerja memutuskan untuk membantu Alex di toko bunga kebanggaannya.Merasa mereka semakin kadang bertemu membuat Rose ingin seharian ini bersama dengan ayahnya di toko.Meski sedang hari libur, namun toko bunga milik mereka sel
"Manis…."Allen melepaskan pagutan bibirnya dan mengusap bibir Rose yang belepotan dengan noda merah darah yang bercampur dengan air liurnya.Nafas mereka saling beradu dengan dada yang naik turun, posisi mereka masih sama seperti tadi.Rose ingin sekali menonjok lelaki yang tampak tidak bersalah karena seenaknya mencium dirinya."Lepaskan aku brengsek!" sarkas Rose menatap marah bosnya."No … aku masih belum selesai Rose." sahut Allen mencumbu kembali bibir memabukkan wanita yang tidak bisa berkutik di depannya ini.Untuk yang kedua kalinya Allen melumat dan memainkan lidah dia dengan lihai, menyusuri setiap sudut bibir dan isi dalam mulut Rose.Ciuman itu berlangsung tidak selama tadi karena Rose terlihat pasrah dengan perlakuan Allen padanya."Terima kasih karena sudah mengizinkan aku menc
"Bagaimana kamu bisa jadi sekretaris yang bisa diandalkan jika pekerjaan sekecil ini saja, kamu tidak becus mengerjakannya Rose!" sarkas Allen.Wanita yang sedang dimarahi oleh pemimpin A, Corp itu hanya terdiam dengan kepala yang di tekuk ke bawah.Laporan kerja sama dengan salah satu rekan bisnis yang diminta Allen padanya, ada sedikit kesalahan yang menurut lelaki itu cukup fatal.Ada beberapa poin yang hampir tidak menguntungkan perusahaan miliknya, dan tidak diberitahukan Rose padanya.Beruntung sebelum Allen menandatangani laporan persetujuan itu, dia sempat membaca terlebih dahulu isi dalam laporan tersebut.Padahal sebagai sekretaris, salah satu tugas Rose adalah memastikan setiap laporan yang masuk harus dia periksa dulu sebelum diberikan pada Allen bosnya."Maaf Bos, kemarin aku-""Aku tidak menerima alasan apapun!" potong
Allen memegang sebuah mesin serut kayu yang biasa disebut mesin ketam atau planer, yang berguna untuk menghaluskan permukaan kayu yang tidak rata.Tapi bukan kayu yang akan Allen jadikan sebagai bahan media, melainkan kulit tubuh manusia pengkhianat itu."Balikkan tubuhnya!" titah Allen pada dua algojonya."A-apa yang mau kau lakukan?!" ujar pengkhianat itu mulai ketakutan."Tidak ada … aku hanya ingin bermain-main saja denganmu. Sudah lama aku tidak pernah bermain lagi seperti ini," sahut Allen tersenyum penuh arti.Mesin di tangannya sudah dinyalakan, dengan Allen yang berjalan mendekati pengkhianat itu.Sang Bos Mafia memulai permainannya dari punggung belakang dengan menancapkan kuat mesin planer tersebut, ke kulit lelaki pengkhianat itu.Teriakan kesakitan langsung terdengar menggema di seluruh penjuru ruang penyekapan i
Allen beranjak meninggalkan Rose di atas ranjang dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sekaligus menyelesaikan sesuatu yang sejak tadi meronta ingin di lepaskan. Lelaki itu membiarkan Rose menangis disana sendirian, bukannya tidak mau meminta maaf ataupun membujuk sekretarisnya itu. Tapi Allen tidak tahu harus bagaimana, dia bukan tipe orang yang suka membujuk wanita. Apalagi sampai meminta maaf, dia tidak pernah melakukannya sebelumnya. Rose menangis hingga dia tertidur di ruang pribadi Allen, karena terlalu lelah dengan kegiatan dia hari ini. Belum lagi dengan kejadian yang dia lihat dan menimpanya, membuat wanita berbibir seksi itu terguncang dan syok karenanya. Allen keluar dari dalam kamar mandi setelah menyelesaikan kegiatan tangannya di dalam sana, dengan menggunakan handuk untuk menutupi keperkasaan dia. Sedikit melirik Rose ya