Kedua mata Kimberly membola sempurna dengan ekspresi terkejut yang luar biasa. Bagaimana bisa pria itu ada di sini? Bersamanya? Apakah dia tidak bosan mengganggu pikirannya dan sekarang tanpa dosa berada di ruangan yang sama untuk berebut udara dengannya?
Gadis itu mulai kebingungan tapi tak punya cara lain untuk kabur. Kekuatan pria ini begitu menakutkan dan tentu saja lebih besar dari dirinya. Salah-salah dirinya akan dilecehkan atau lebih parahnya akan dinodai.
Jangan sampai itu terjadi!
Lebih baik ia diam untuk sementara waktu sambil menunggu kesempatan saat pria ini lengah.
"Good job, pretty girl! Jadilah anak baik!" bisiknya di telinga Kimberly. Kata-kata itu berhasil membuat bulu kuduk gadis cantik itu meremang sempurna. Deru napas pria itu menerpa kulit wajahnya hingga mencapai titik sensitif sang gadis.
'Brengsek sekali dia! Ya Tuhan, kenapa aku bisa terjebak dengan pria menyebalkan ini? Semalam sudah mimpi bu
Nick menggenggam sepuluh jari lentik di pertautan jemarinya lebih erat. Sepasang matanya menangkap jelas keraguan dan ketakutan pada diri sang kekasih hati."Aku sangat mencintaimu, Honey. Kau adalah perempuan kedua yang sangat berarti dalam hidupku." Nick menjelaskan dengan penuh kasih. Ia mengecup punggung tangan Kimberly dengan lembut.Sorot mata itu membuat iris perak Kimberly luluh. Ia tahu bagaimana perjuangan Nick demi mendapatkan hatinya selama ini.Sesaat Kimberly mengernyitkan kening mulusnya."Perempuan kedua? Maksudnya?" berondong Kimberly dengan sorot mata penuh tanda tanya."Kau adalah perempuan kedua yang begitu berharga di hidupku selain Nenek Emma. Kau tahu 'kan, selama ini hidupku bergantung pada nenek dan kakekku.Semenjak kakek tiada, aku hanya hidup bersama nenek dan beliaulah yang memberiku arti cinta sesungguhnya. Rasa cinta yang begitu besar melebihi kasih sayang kedua orang tuaku.&
Bryan sengaja membuat semua orang di aula menantikan jawabannya. Ia tersenyum penuh arti lalu berdehem cepat."Sepertinya itu adalah privasi yang tidak bisa saya umbar begitu saja pada semua orang. Mungkin kalau kami berjodoh, kalian akan tahu mengenai berita baiknya melalui sosial media yang kalian punya. Begitu saja, ya! Maaf saya harus segera mengurus pekerjaan di luar kota. Terima kasih semuanya. Sampai jumpa!" jawab Bryan diakhiri ucapan pamit.Jane yang berhadapan dengan Bryan hampir merosot tubuhnya mendengar penjelasan pria tampan itu.Hampir sebagian besar kaum hawa di sana kecewa dan menerka-nerka siapakah gadis misterius yang beruntung itu. Apakah seorang artis, pengusaha atau konglomerat seperti Bryan?Tak hanya mereka, Mona yang duduk di sebelah Kimberly tampak penasaran. Pandangannya tak terlepas dari objek yang memantik antusiasme besar dalam dirinya. Kimberly hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku s
Bryan menggeleng. Ia mengedarkan pandangan mencari seseorang. Spontan Bryan berdiri dan melambaikan tangan pada seorang wanita yang bekerja sebagai waitress di klub malam tersebut."Berikan aku Tequila sunrise! Cepatlah!" titahnya pada sang waitress."Baik, Tuan. Ada lagi?" tanya waitress tersebut dengan senyum secerah sinar bulan di langit malam ini. Ia merasa senang bisa melayani seorang Bryan yang begitu tampan."Aku mau dua Tom Collins dan kudapan ringan!" sambung Leon."Dua? Kau memesan untukmu sendiri?" timpal Gilbert menatap tak suka."Hei bodoh, aku juga memesankan untukmu!" jawab Leon."Oh, kukira kau melupakan aku!" ucap Gilbert yang membuat Leon serasa ingin muntah."Watch your mouth! Tutup mulutmu! Nanti orang-orang akan berpikir aku tidak normal sepertimu!" tegas Leon.Gilbert terkekeh. Bryan melengos mengarahkan pandangannya pada benda pipih yang terus bergetar di da
Gadis itu tampak tak mau membuang waktu dengan percuma. Susah payah ia bisa memberanikan diri berhadapan dengan Kimberly. Ia segera mengutarakan maksud kedatangannya.Disertai senyuman penuh misteri, ia menatap wajah cantik Kimberly. "Tolong lepaskan kak Nick padaku! Keluargaku dan keluarganya sudah dekat, sebentar lagi kami akan menjadi satu keluarga utuh.""Apa maksudmu? Kalau kau datang kemari hanya ingin mengganggu hubunganku dengan Nick, lebih baik kau pergi dari sini! Asal kau ingat, dia adalah kekasihku dan kau hanyalah orang asing di antara kami berdua," tanggap Kimberly dengan tatapan tajam bak belati yang siap menyayat siapa pun dan apa pun di hadapannya."Semua ini demi Nenek Emma! Tolong lepaskan Kak Nick! Hanya dialah yang bisa tetap membantu Nenek Emma untuk tetap hidup. Aku berjanji akan membahagiakan Kak Nick," ucapnya meyakinkan tanpa tahu bagaimana kecewanya hati Kimberly. Gadis itu mengatupkan kedua telapak tangannya bermaksu
Nick terus mengejar sang kekasih, namun, sosok Kimberly sudah tak ada lagi dalam jangkauannya."Di mana dia? Ya Tuhan, kenapa semua ini harus terjadi di antara kami berdua? Kenapa Kau tak ijinkan kami tetap bersama?" keluh Nick sambil mendongakkan kepalanya menatap awan yang tampak berkejaran di atas sana.Tanpa sepengetahuan Nick, Kimberly yang bersembunyi tak jauh darinya dapat mendengar apa yang pria itu ucapkan. Tak hanya Nick yang seolah mengeluh akan takdir hidup mereka, gadis itu pun tak jauh berbeda."Aku harus kuat!" ucap Kimberly menyemangati dirinya sendiri.Sepeninggal Nick, Kimberly keluar dari tempat persembunyiannya. Ia memeluk tubuhnya sendiri. Mendekap hangat agar ia tetap kuat dalam menjalani ini semua.~~~~Perusahaan Malik adalah perusahaan terkenal di dalam dunia finansial. Pewarisnya adalah Bryan Malik, anak tunggal dari konglomerat di seluruh Edensor, Gerald Malik.Pria tampan
Bryan meletakkan tangan besarnya di kedua sisi pundak Kimberly. Usaha memaksa gadis itu agar menatapnya membuahkan hasil.Kimberly hendak menyeka cairan bening yang bersiap mengalir dari muaranya. Bersiap tumpah. Pandangannya tampak blur karena tertutup genangan bening yang sedari tadi memaksa turun."Pergilah, Tuan Bryan! Aku tidak ingin berbicara dengan siapa pun," jelas Kimberly, namun bukan Bryan namanya jika mematuhi perintah gadis tersebut. "Termasuk kau!" tegas Kimberly yang berusaha menepis telapak tangan Bryan dari kedua bahunya lalu menunjuk ke wajah pria tampan itu dengan sorot mata tajam.Bryan tak bisa menerima begitu saja diacuhkan oleh Kimberly. Gadis itu berjalan meninggalkannya. Ia merasa hati dan pikirannya tengah berperang hebat.Peduli atau hanya sekedar kasihan?Ia tak tahu. Itu adalah sebuah keputusan sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata. Bryan juga bukan lelaki yang suka mengobral kata demi menghibu
Butuh satu jam untuk Kimberly merehatkan tenaga dan pikirannya dengan berendam di dalam bath up. Wewangian aroma floral menyeruak ke dalam indera penciumannya. Terasa begitu menenangkan bak di rumah sendiri.Kimberly merasa tenang tanpa gangguan dari pihak mana pun. Secercah harapan kini ia dapatkan. Ia berusaha keluar dari timbunan air hangat yang menenggelamkan dirinya selama beberapa saat.Tubuh polosnya kini terbungkus bathrobe berwarna putih yang telah disediakan di dalam setiap kamar resort tersebut. Kimberly membuka pintu kamar mandi lalu terkejut mendengar ketukan pintu dari luar.Kimberly mengintip lewat peephole yang ada di pintu lalu bertanya maksud kedatangan seseorang di sana."Siapa?" tanya Kimberly santai."Layanan kamar, Nona! Pesanan untuk Nona Kimberly sudah tiba!" jawabnya cepat.Hah?Kimberly mengernyit. Ia tak merasa memesan sesuatu sebelumnya, kenapa tiba-tiba ada seseora
Bryan terkekeh dengan senyum meledek yang terlihat menyebalkan di mata Kimberly."Seharusnya kau bersyukur karena aku melindungimu dari semua rentetan pertanyaan yang akan dilayangkan ayahmu saat melihat wajah putrinya saat ini! Apakah kau akan mengatakan hal sejujurnya pada beliau bahwa kau….." Bryan sengaja menghentikan ucapannya untuk melihat bagaimana respon gadis polos tersebut."Aku kenapa? Katakan padaku! Jangan setengah-setengah! Memangnya apa yang kau ketahui tentangku? Apakah begitu terlihat bahwa aku saat ini sedang patah hati?" desak Kimberly.Bryan mengangkat sebelah sudut bibirnya. "Aku tadi hanya menerka-nerka, tapi kau malah mengakuinya! Jangan pernah bersikap seperti ini di depan pria lain atau mereka akan memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan padamu!""Sama sepertimu, bukan?" balas Kimberly dengan tatapan dingin sembari bersedekap. Kedua tangannya bergerak naik turun menciptakan rasa hangat di lengan kec