Keesokan harinya Wulan terus saja membujuk mamanya untuk pergi menemui Ardy di kantornya. Dia mengikuti ke manapun kaki mamanya melangkah dan terus memohon. Akhirnya Mamanya setuju untuk pergi berbicara dengan Ardy.
Sesampainya di lobby perusahaan milik Ardy, Wulan menggandeng mamanya menuju lift khusus. Resepsionis yang melihat itu menegur mereka dengan sopan. "Maaf nyonya, lift itu hanya untuk orang-orang tertentu di perusahaan ini. Anda ingin mencari siapa biar saya bantu."
"Kami mencari bapak Ardy." Ucap Irma.
"Apakah anda sudah memiliki janji dengan tuan Ardy?"
"Saya belum membuat janji, tapi katakan saja jika nyonya Irma mencarinya."
"Sebentar nyonya, saya akan menghubungi sekertaris beliau terlebih dahulu. Mohon ditunggu nyonya."
Setelah beberapa saat resepsionis itu berkata kepada Irma "Tuan Ardy ada di ruangannya. Tolong untuk menunjukkan KTP atau tanda pengenal lainnya."
"Kamu!!" Geram Wulan lalu ditahan mamanya. Irma
"Keluar kalian dari mobil." Gertak beberapa orang preman kepada orang yang berada dalam sebuah mobil sedan berwarna hitam. Di dalam mobil itu ada 2 bodyguard, 1 asisten pribadi, dan seorang pria paruh baya pemilik mobil itu. Sedangkan diluar ada banyak sekali preman. Ada 4 mobil yang menghadang mereka, 2 mobil menghadang di depan, 1 mobil di samping kanan dan 1 mobil menghadang di belakang sehingga mobil sedan yang berada di tepi jalan itu tidak bisa bergerak ke mana pun. "Tuan jangan keluar biarkan saja mereka. Biar kami saja yang keluar. Tuan di dalam mobil saja, dan tunggu bantuan datang. Jumlah mereka terlalu banyak. Saya sudah menelepon untuk meminta bantuan. Kami akan berusaha mengulur waktu" Ucap seorang seorang bodyguard yang berada dalam mobil itu. Sebenarnya ada 2 mobil lagi yang berangkat bersama mobil sedan itu tetapi entah mengapa ditengah jalan mereka terpisah. Beberapa preman terus saja menggedor-gedor kaca mobil agar orang di dalam mob
Tampaklah sebuah desa nan asri. Penuh dengan pepohonan, rumah-rumah penduduknya yang jaraknya berjauhan, udaranya sangat sejuk dan tidak ada polusi. Jauh dari perkotaan dan kebisingan. "Mbah Siti... Anggun kangen banget." gumam Anggun pelan setelah sampai di depan rumah sederhana dengan suasana hangat. Rumah tua tanpa cat dengan halaman yang luas. Banyak pepohonan di halaman rumah itu. Terlihat beberapa orang tetangga sedang berada bercengkrama di dalam rumah itu. Tok..tok..tok.. "Mbah, Anggun pulang." Ucap Anggun lalu masuk ke dalam rumah bersama dengan Devi. Mendengar ada suara orang dari luar, semua orang di dalam memutar kepala mereka untuk melihat siapa yang datang. Semua orang yang berada di rumah terkejut melihat kedatangan Anggun. Penampilan Anggun terlihat berbeda, terlihat sangat cantik, pakaian dan aksesoris yang dia kenakan terlihat mewah. Anggun yang tidak suka berdandan di paksa Ardy untuk ikut les kecantikan di sela-sela kegiatan
Ardy yang melihat kedekatan antara Anggun dan Rahmat merasa panas. Keduanya duduk di kursi ruang tamu lalu mengobrol. Walaupun pembicaraan mereka hanya menanyakan kabar tetapi Ardy melihat dari pancaran mata Rahmat yang mengatakan bahwa dia menyukai Anggun. Ardy merasa tidak rela jika wanitanya di tatap pria lain dengan tatapan mendamba."Wah bakalan ada perang nii di rumah ini." Ucap Rayhan was was saat melihat Ardy mengintip dari balik pintu."Aku nonton saja. Aku tidak mau ikut campur, panjang nanti urusannya." Tambah Rayhan.Akhirnya Ardy memutuskan untuk keluar dari kamar dan berpura-pura meminta diambilkan minum karena haus. Ardy berjalan mendekati Anggun lalu berkata:"Anggun, mas bisa minta tolong untuk diambilkan air? Mas haus.""Baik mas, akan Anggun ambilkan. Mas mau teh atau kopi?""Teh saja sayang.""Bang Rahmat mau teh atau kopi?" Tanya Anggun kepada Rahmat."Teh saja."Sebelum Anggun beranjak pergi ke dapu
Sampailah mereka di sebuah mansion mewah dengan pagar yang tinggi dan halaman yang luas. Pagar depan itu pun terbuka dan mobil masuk mengikuti jalan berbatako hingga sampai ke depan sebuah mansion mewah. Pak Sukri segera turun lalu membukakan pintu mobil untuk Anggun. "Terima kasih pak." Ucap Anggun lalu turun dari mobil dan berjalan menuju pintu masuk mansion itu. Ketika membuka pintu itu, Anggun terkejut karena kedatangannya di sambut oleh semua orang yang ada di mansion Ardy termasuk Ardy. Para pelayan berjajar rapi untuk menyambut Anggun. Para pelayan membantu menurunkan semua barang yang di bawa Anggun dari desa. " Yang ini letakkan di dapur saja. Terima kasih." Kata Anggun kepada pelayan yang mengangkat barang-barang dari para tetangga di desanya. "Selamat datang di rumah." Sambut Ardy dengan tersenyum lebar lalu memeluk Anggun. "Mas malu banyak orang yang melihat." Ucap Anggun saat Ardy memeluknya. "Tidak apa-apa, tenang
Seharian Wulan menangis di pinggir danau. Memikirkan nasib percintaannya yang tidak berbalas. Dia tidak peduli dengan tatapan aneh orang-orang yang lewat di hadapannya. Dia hanya ingin menangis dan menangis. Pikirannya kosong dan wajahnya sangat kacau. Entah berapa lama Wulan menangis di tempat itu. Hari sudah gelap dan para pengunjung pun sudah tidak ada lagi. Wulan beranjak dari tempat dia duduk menuju klub malam terbesar di kota itu. Dia duduk di depan seorang bartender. Wulan terus saja menambahkan minuman keras itu ke dalam gelasnya hingga tak terasa dia sudah meminum belasan gelas minuman keras itu sampai mabuk dan setengah sadar. Wulan terus saja meracau tidak jelas. Saat berjalan dia menabrak dada seorang lelaki gagah. "Kenapa kamu di sini? Kamu akan membujukku pulang? Kamu akan membatalkan pernikahanmu? Aku mencintaimu kak." Tangannya mengalung ke leher lelaki itu, wajahnya mendekat lalu mencium bibir lelaki itu dengan kaku. Lelaki itu
Rayhan telah menunggu tuannya di ruang tamu untuk berangkat ke kantor bersama. Dari pagi Rayhan telah datang ke mansion. Ardy dan Anggun menuruni tangga dan berjalan menuju meja makan. Rayhan bangkit berdiri dan berjalan mengikuti keduanya. "Duduklah Ray, kita sarapan bersama." Ucap Ardy kepada Rayhan yang hanya berdiri di sampingnya. "Hari ini kamu pergilah dengan pak Sukri untuk melihat suasana kampus dan lakukan daftar ulang. Aku sudah mendaftarkanmu untuk kuliah di universitas yang sesuai dengan jurusan yang kau inginkan." Kata Ardy kepada Anggun. Flash back on "Ini brosur-brosurnya tuan." Ucap Rayhan seraya memberikan brosur-brosur yang dibawanya kepada Ardy. Ardy mengambil brosur-brosur itu lalu memberikannya kepada Anggun. "Lihat-lihatlah dulu di mana kamu akan meneruskan jenjang pendidikanmu." Lanjut Ardy berbicara kepada Anggun. Anggun mengambil semua brosur- brosur yang diberikan kepadanya, memb
Ditempat lain Nadine yang melihat berita pernikahan Ardy melalui media massa merasa sedih dan tidak terima. "Aaaa..." Teriaknya seraya membuang barang-barang di kamarnya ke lantai. Semua barang di kamarnya hancur berantakan. "Kenapa kamu tidak mau menikahiku? Kenapa kamu tidak bisa memaafkanku? Kenapa? Kenapa Ardy?" Teriak frustasi Nadine. Walaupun tidak ada kata cinta di hatinya untuk Ardy, tapi dia menginginkan Ardy dan harta Ardy. Dengan menikahi Ardy, Nadine pasti bisa bersenang-senang setiap hari tanpa memikirkan masalah uang. Keadaan ekonomi keluarganya pun dapat teratasi. Awalnya keluarga Nadine selalu mendesak Ardy dan keluarganya untuk segera melakukan pernikahan setelah dilakukannya pertunangan. Akan tetapi Ardy merasa keluarga Nadine terlalu memaksa dan menekannya hampir setiap hari untuk segera menikah. Ardy mulai merasa curiga. Namun sebelum menyuru
Pernikahan Ardy dan Anggun dinyatakan sebagai pernikahan termegah tahun ini. Ijab qobul akan dilakukan pukul 9 siang di kediaman pribadi Ardy. Untuk resepsi pernikahan dilakukan di hotel bintang 5 miliknya pukul 5 sore. Berita pernikahan Ardy dan Anggun tersebar dengan cepat dan menghebohkan netizen selama 1 minggu ini. Pernikahan termegah dari raja bisnis seasia dengan seorang gadis desa. Banyak komentar-komentar yang menyudutkan Anggun. "Perempuan penggoda" "Perempuan itu hanya mau hartanya saja." "Cinderella" "Perempuan itu tidak pantas untuk seorang pangeran." "Aku sungguh iri dengannya wanita itu. Berdampingan dengan seorang raja bisnis." Perkataan netizen yang iri dan menyudutkan Anggun banyak mengisi kolom komentar pemberitaan pernikahan Ardy dan Anggun. Ardy yang membacanya sangat geram tetapi dibiarkannya karena melihat Anggun tidak terpengaruh dengan semua komentar-komentar itu. Selama ini Anggun tidak pernah