Riri menghapus air matanya lalu bangkit. "Udah ah. Cukup sampe sini acara sedih-sedihannya. Kita makan, yuk. Aku udah laper, nih," ajak Riri untuk mengalihkan kesedihannya.
"Ya udah, yuk. Aku juga laper," sahut Haikal.
Mereka keluar dari kamar dan berjalan menuju meja makan. Tadi Nisa' membawakan makanan untuk mereka. Setelah Riri mengambilkan nasi dan lauk di piring masing-masing, mereka makan dalam diam. Namun Haikal masih menyuapi Riri seperti biasa.
Selesai makan dan mencuci piring, mereka kembali masuk ke kamar. Mereka sama-sama duduk di sofa, namun dengan kesibukan masing-masing. Haikal sibuk dengan laptop dan berkas-berkas kantornya, sedangkan Riri sibuk menonton televisi.
"Haikal, kapan kamu mau ketemuan sama Clara?" tanya Riri memecahkan keheningan di antara mereka.
"Dia ngajak ketemu besok siang. Mungkin jam makan siang. Kenapa?" jawab dan tanya Haikal.
"Mm
RIRI POVPagi ini aku terkejut setengah mati. Bagaimana tidak? Aku terbangun dari tidur dengan keadaan yang tidak seharusnya. Aku terbangun dalam keadaan tanpa busana sehelai benang pun. Tangan Haikal memeluk tubuhku erat. Yang lebih mengejutkan lagi, keadaan Haikal pun sama. Hanya selembar selimut yang menutupi seluruh tubuh kami.Apa yang sebenernya terjadi? A-apa jangan-jangan aku dan Haikal ...? Aku terbelalak dan langsung menutup wajahku. Arrgghhh .... Ini memalukan! Kenapa Haikal ngelakuin hal itu ke aku? batinku bertanya frustrasi."Kal, Haikal! Bangun, Kal!" Kuguncang tubuh Haikal kuat."Sebentar lagi, ya. Aku masih ngantuk," racaunya belum membuka matanya."Bangun sekarang! Aku mau bicara sama kamu. Cepetan banguuuun ...." aku semakin kuat mengguncang-guncangkan tubuhnya."Ada apa sih, Ri? Aku m
RIRI POVAku berjalan menuju kelas dengan senyum sumringah yang mengembang di bibirku ketika mengingat aktivitasku dan Haikal tadi sebelum ke kampus.Tapi senyum itu tidak berlangsung lama. Ketika aku teringat akan Clara, senyum itu berubah menjadi penyesalan.Aku bukan menyesal karena telah melakukannya dengan Haikal. Tetapi aku menyesal karena telah melakukannya dengan lelaki yang tidak mencintai diriku. Aku menyesal mencintai suamiku sendiri. Memang tidak ada yang melarangku untuk mencintainya. Karena dia suamiku sendiri. Tetapi dirinya yang tidak mencintaiku itulah sebabnya mengapa aku menyesal mencintainya.Aku berjalan sambil meratapi dan mengeluhkan nasibku pada Sang Pencipta. Kenapa Allah memberikan nasib yang begitu buruk padaku? Aku bersuamikan seorang pria yang mencintai wanita lain dan sekarang aku tengah mengandung anaknya. Ditambah penyakit yang sedang kuderita saat ini yang
AUTHOR POVRiri terharu mendengar penjelasan Rani. Matanya langsung berkaca-kaca.Sebegitu khawatirnya mereka sama aku. Mereka belum tau tentang penyakit yang aku derita. Gimana kalau mereka tau nanti? Pasti mereka bakalan sedih dan terpukul banget dengernya. Maafin aku, semuanya. Aku nggak mungkin bisa ngasih tau kalian tentang keadaanku yang sebenernya. Pasti kalian bakalan sedih dan ngekhawatirin aku. Dan aku nggak mau ngebuat kalian sedih dan ngekhawatirin aku secara berlebihan. Aku nggak mau ngeliat wajah sedih kalian sewaktu kalian ngeliat aku. Aku cuma mau ninggalin kalian dengan kenangan yang bahagia. Bukan kenangan yang menyedihkan, batin Riri kemudian terisak. Semua orang di ruangan itu panik mendengarnya menangis."Kenapa, Sayang? Apa ada yang sakit? Bagian mana yang sakit?" tanya Nisa' panik. Riri menggeleng pelan menjawab pertanyaan Nisa'."Maaf," hanya satu
"Kamu makan dulu, ya. Setelah itu minum obat lalu istirahat," ucap Haikal lalu mulai menyuapkan bubur itu ke mulut Riri."Aku nggak mau makan ituuuu," Riri berkata dengan nada manja dan menutup mulutnya."Tapi kamu harus makan, Ri. Kalau kamu nggak makan, kasihan baby-nya. Dia juga butuh nutrisi dan asupan makanan. Kalau nanti dia kekurangan nutrisi, kamu nggak kasihan?" tanya Haikal mencoba membujuk Riri agar mau makan. Dan Riri menggeleng kuat mendengar pertanyaan Haikal."Makanya, kamu harus makan," ucap Haikal lembut."Tapi aku nggak mau makan itu~," Riri berkata semakin manja dan mengayun.Nisa' dan Mawarni yang semenjak kepergian Rani, Dewi, dan Fikri telah duduk di sofa, memandang Riri dengan wajah tercengang. Mereka antara percaya dan tidak dengan apa yang mereka lihat saat ini."Terus, kamu maunya makan apa?" tanya Haikal masih berusaha bersabar dan berka
RIRI POV"Gimana rasanya orang yang saling mencintai? Apa menyenangkan? Apa ada ciri-ciri kalau seseorang itu lagi jatuh cinta? Kalau ada, apa ciri-cirinya?" tanyaku padanya.Kulihat dia tercengang mendengar pertanyaanku. Dan aku dengan tidak sabar menunggu jawabannya.5 detik.10 detik.15 detik.Ck! Nih orang ternyata Lola juga, ya? Pertanyaan kayak gitu aja mikirnya lama, gerutuku dalam hati.Kulihat Haikal menunjukkan raut wajah yang seperti ingin tertawa. Tentu saja aku menatapnya dengan kening yang berkerut tidak mengerti.Apa jangan-jangan dia mau ngetawain pertanyaanku tadi? Emangnya ada yang lucu dari pertanyaanku? Aku semakin tidak mengerti."Ppfffttt, buahahaha ...," tawanya pecah seketika.Tuh, 'kan? Apa yang aku bilang?
RIRI POVAku terbangun dengan mendapati Mama dan Bunda yang sedang duduk di sisi ranjang. Aku yakin, tadi pasti aku pingsan saat menahankan rasa sakit di kepalaku. Aku tidak tahu berapa lama aku pingsan. Tetapi sepertinya cukup lama."Kamu udah bangun, Sayang? Kok tumben banget kamu udah bangun tapi tidur lagi?" tanya Bunda saat tahu aku bangun."Iya, Bun. Riri juga nggak tau, Bun. Tadi sih niatnya mau baring-baringan aja karena nggak ada kegiatan. Haikal juga tadi belum bangun. Tapi kok malah ketiduran. Hehe," jawabku asal lalu tertawa canggung sambil menggaruk tengkukku yang tidak gatal sama sekali untuk menghilangkan rasa gugupku. Bunda hanya menanggapi dengan kata 'oh' saja."Haikal ke mana, Bun?" tanyaku karena tidak melihat Haikal di ruangan ini."Haikal lagi nebus obat kamu. Sebentar lagi juga balik," jawab Bunda."Sambil nunggu Haikal, kamu sarapan
RIRI POVDua hari setelah kepulanganku dari rumah sakit. Sekarang aku sedang berada di ruang keluarga rumah Mama Mawarni. Ya, aku dan Haikal memutuskan menginap di rumah Mama Mawarni terlebih dulu.Bicara tentang Haikal, saat ini dia sedang mencarikan aku sate lilit. Aku tidak tahu, dia mencarinya ke mana. Karena ini sudah hampir satu jam, dan dia belum kembali. Aku jadi khawatir, apakah aku menyulitkan Haikal? Apa aku menyusahkannya dengan semua keinginanku karena ngidam ini?Tetapi tidak lama kemudian akhirnya aku mendengar suara mobil Haikal memasuki halaman rumah. Bergegas aku menghampirinya. Kulihat dia menenteng sebuah kantong. Senyumku mengembang seketika. Itu artinya Haikal berhasil mendapatkan apa yang aku minta."Ini permintaan kamu tadi. Sorry, lama. Soalnya aku keliling nyarinya. Di sekitaran sini nggak ada yang jual," katanya memberikan kantong itu padaku.
HAIKAL POVAku benar-benar tidak mengerti, apa yang terjadi pada Riri dan apa yang ada di dalam pikirannya. Baru saja kemarin dia mengalami mimisan dan pingsan. Tetapi sekarang dia sedang duduk manis di sofa di ruangan kantorku sambil membaca buku.Ya! Dia sedang berada di kantorku sekarang karena tadi pagi saat aku akan berangkat kerja, dia minta untuk ikut denganku. Tentu saja aku menolaknya. Karena aku tidak ingin dia kembali drop dan pingsan lagi seperti kemarin.Tetapi tanpa kuduga, Riri merengek seperti anak kecil yang sedang meminta dibelikan mainan. Bahkan dia mengancamku kalau dia tidak akan mau makan jika aku tidak mengizinkannya ikut. Dan dengan terpaksa aku membawanya ke kantorku dengan catatan dia harus istirahat saat dirinya sudah merasa lelah. Dan dia menyetujui persyaratan dariku itu.Sekian jam kami saling berkutat dengan kesibukan kami masing-masing. Aku sibuk dengan berk