Share

Bab. 4.

"Aku nggak boleh terus begini! Aku nggak boleh tergantung dengan keluarga untuk membesarkan Reza. Aku harus mencari pekerjaan, aku yakin aku mampu untuk menghidupi anakku." gumam Kiara sambil membelai rambut putranya saat tertidur.

Selama ini dia hanya mengandalkan belas kasih dari ayah, ibu dan Kezia tepi sekarang kakaknya itu sudah mempunyai kehidupan baru, mana mungkin Kiara terus membebankan kebutuhan putranya pada dia.

"Iya besok pagi aku harus melamar pekerjaan apapun itu yang penting aku bisa mencukupi kebutuhan Reza."

Kiara menghayal mendapatkan pekerjaan yang enak di kantoran sebagai staf atas sebagai sekertaris bos-nya nanti sampai matanya lelah dan akhirnya tertidur sampai pagi.

"Selamat pagi semua, Sayang bilang selamat pagi semua."

Reza memang selalu menuruti apa yang ibunya perintahkan, dia yang sudah terlihat tampan itu keluar dengan ibunya menghampiri keluarga yang sudah di depan meja makan.

"Pagi Sayang! Loh Ra, kamu mau kemana? Kok kelihatannya rapi amat?"

"Kamu mau kemana Nak? Pagi-pagi seperti ini?" tambah pak Susanto sambil mengunyah makanan di mulutnya.

"Aku mau kerja Yah! Mulai sekarang aku harus bisa mencukupi kebutuhan Reza sendiri. Aku titip Reza ya Yah, Bu aku titip Reza."

"Kamu mau kerja? Kerja di mana?" tanya Kezia tak yakin pasalnya adiknya itu tidak punya pengalaman kerja sebelumnya.

"Ya di mana aja, di warung, di kios atau di kantor sekali pun aku mau."

Kezia hanya tersenyum mengejek dengan ucapan adiknya.

"Kalau kamu mau kerja lebih baik ikut denganku, kamu bisa kerja di kantor papahku?" ujar Satya yang kebetulan anak dari pemilik perusahaan.

Ikut dengan Satya sama saja masuk ke dalam lubang buaya, Kiara berfikir lebih baik dia mencari pekerjaan di luar dari pada ikut dengan laki-laki tak beradab sepertinya.

"Nggak deh, maaf! Aku mau cari pekerjaan dengan keringat aku sendiri. Mungkin rasanya puas jika pekerjaan itu berhasil aku dapatkan. Ya sudah, aku berangkat sekarang ya Yah, Bu, aku titip Reza."

"Sayang kamu baik-baik yah sama Oma dan Opa di rumah, doakan Ibu supaya cepat dapat pekerjaan. Dah Sayang."

Tak lupa kecupan dia berikan untuk putra semata wayangnya sebelum pergi. Kiara mulai berjalan menyusuri sepanjang jalan raya, mendatangi setiap perusahaan hanya bermodalkan ijazah S2.

Banyak perusahaan yang menolaknya dengan alasan macam-macam sampai membuat dia hampir putus asa.

"Ya Tuhan, aku cari pekerjaan kemana lagi!" pekiknya duduk di halte sambil mengusap keringat di keningnya.

Tak sengaja matanya memandang ke seberang jalan dimana sebuah perusahaan besar terletak di perempatan jalan. Tertuliskan nama Mega Star Company di atas gedung bertingkat itu.

Dengan penuh keyakinan Kiara memutuskan untuk mendatanginya kemungkinan dia bisa bekerja di perusahaan itu walau kelihatan sangat mustahil.

"Aku coba aja kesana, siapa tau rezeki aku! Bismillah."

Kiara menyeberang jalan menoleh ke kanan dan ke kiri menghindar dari kendaraan yang berlalu lalang.

Baru saja sampai di halaman kantor, tiba-tiba saja mobil sport berwarna hitam mengklakson dari belakang yang membuat Kiara kaget setengah mati.

Bib!

"Ya Tuhan, astaga!"

"Hei, kalau pakai mobil paka mata! Nggak lihat ada orang disini?"

Pak satpam segera berlari menghampiri wanita yang marah-marah dan saat itu juga si pengemudi turun dari mobil sportnya.

"Astaga, ternyata kamu! Kenapa kamu nggak bosan-bosannya gangguin aku sih? Dulu kamu pecahkan kutek milik kakakku dan sekarang kamu ...!"

"Maaf, ada apa ini? Nona apa anda nggak sadar sedang bicara dengan siapa sekarang?"

"Aku nggak perduli siapa dia! Dia sudah memecahkan kutek milik kakakku Pak! Dan sekarang dia hampir saja menabrakku! Dasar laki-laki nggak bertanggung jawab! Nggak punya perasaan, nggak punya hati!"

Setelah puas memaki, Kiara masuk begitu saja ke dalam menemui Manager untuk menaruh lamaran kerja.

"Permisi Pak, maaf, tadi saya baca katanya di sini ada lowongan kerja yah? Saya mau taruh lamaran Pak! Semoga saya di terima di kantor ini."

"Oh iya kebetulan sekali kita lagi butuh karyawan baru untuk menjadi mandor di proyek. Mana surat lamaran anda?"

Sebuah stop map berisi surat lamaran kerja Kiara berikan kepala si Manager untuk di proses.

"Baik, besok anda boleh kesini lagi untuk interview. Semoga Pak Direktur memilih anda untuk bekerja di sini."

"Aamiin, terima kasih ya Pak, kalau begitu saya pulang dulu. Permisi."

Padahal belum tentu di terima kerja tapi Kiara pulang dengan senang hati, dia optimis bakal di terima mengingat Manager di sana orangnya sangat ramah kemungkinan bos-nya juga pasti ramah.

"Gimana Dek? Apa kamu sudah di terima kerja?"

"Belum Kak, ternyata mencari kerja itu susah ya Kak!"

"Makanya kamu ikut kerja denganku saja, aku bisa menaruh posisimu sebagai Sekertaris atau sebagai Manager di sana," ujar Satya sedikit memaksa.

"Nggak! Aku yakin aku bisa di terima kerja. Eh Kakak tau nggak? Aku tadi ketemu sama orang yang super dingin itu! Orang yang pecahin kutek Kakak waktu mau nikah itu!"

Kiara sempat bercerita kenapa dia pulang cukup lama ketika Kezia menyuruhnya untuk membelikan kutek itu gara-gara kutek yang dia beli pecah yang mau tidak mau harus kembali membelinya lagi.

Mendengar cerita Kiara, Satya mengerutkan alisnya sambil bertanya-tanya dalam hati.

"Oh cowok yang itu?"

"Iya kak, cowok dingin itu dan Kakak tau apa yang dia lakukan tadi sama aku?"

Kezia menggeleng penasaran.

"Dia hampir saja menabrakku! Dasar cowok nggak tau tanggung jawab! Kesal aku sama dia."

Mendengar kata tak bertanggung jawab membuat dada Satya mendadak sesak. Ucapan Kiara seperti menyindirnya padahal Kiara sama sekali tak menyangkut pautkan dia dengan si cowok dingin.

"Jangan-jangan kamu nanti jodoh sama dia Dek!"

"Idih! Amit amit aku berjodoh dengan cowok seperti dia! Bisa mati beku aku Kak."

Ucapan dia spontan membuat semuanya tertawa terkecuali Satya yang sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Kamu kenapa Sayang? Kok cuma diam? Apa kamu tak tertarik dengan cerita Kiara?"

"Oh, bukan gitu Sayang! Aku cuma lagi mikir buat pekerjaan besok. Sepertinya aku sedikit sibuk di kantor Sayang, kamu nggak apa-apa kan?"

"Kalau begitu aku masuk dulu Kak. Permisi!"

Dari pada mendengarkan celoteh mereka yang sok romantis, Kiara memilih untuk masuk ke dalam mencari di mana putra kesayangannya berada.

"Sayang, Ibu pulang!"

Satu kali panggilan Reza tidak juga muncul yang terpaksa membuat Kiara berteriak sekali lagi.

"Reza Sayang kamu ada di mana Nak? Ini Ibu pulang!"

"Yey, Ibu pulang!"

Anak kecil itu berlari menghampiri ibunya yang seharian ini meninggalkannya, tak pernah meninggalkan Reza selama ini membuat Kiara merasa rindu dengan putra semata wayangnya.

Diraihlah tubuh mungil itu ke dalam pelukannya dan mencium habis pipi dan tangan mungil anak yang tidak berbapak ini.

BERSAMBUNG.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Vanella_17
semoga kiara dan Alan berjodoh
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status