Gerardo saat ini menatap Rae dengan begitu buasnya. Ia bagaikan singa lapar yang siap melahap mangsanya dengan sekali telan. Tapi Rae tidak bisa berbuat apa pun, ia hanya bisa kembali mengumpulkan keberaniannya sebelum melawan Gerardo. Atau Ia mati sebelum pria itu berhasil mengambil harga dirinya.
“Kau takut, Nona Catalina?”
“Tidak! Untuk apa aku takut pada pria pengecut seperti mu? Pria yang selalu bekerja dengan menggunakan tangan kanannya?” Rae berusaha untuk mengulur waktu. Meskipun ia tidak tahu, semua ini akan berhasil atau tidak.
“Bukankan Eduardo juga melakukan hal yang sama, cantik?” Gerardo sedikit menekankan nama itu untuk membuat Rae sedikit melunak. Namun bukan itu yang terjadi. Rae justru semakin berani dan membela papi nya. Ia putrinya dan Ia tahu benar bagaimana Eduardo bekerja selama ini.
“Kau! Siapa kau berani berkata seperti itu, huh? Kau hanya tahu informasi dari anak buahmu yang payah itu, dan kau bangga?” wajah Rae menunjukkan b
Mendengar hal itu Alea segera memungut kembali pakaiannya dan keluar dengan rasa kecewa. Bagaimana tidak, Ia sama sekali tidak bisa mendapatkan apa yang Ia inginkan dari penyatuannya dengan Gerardo. “Apa kau yakin, Tuan? Aku masih bisa untuk melayani mu?” Ale sekali lagi berusaha, tapi sayangnya perempuan itu sama sekali tidak mendapatkan respon apapun. Ia hanya bisa menarik napas dalam dan kembali menuju kamarnya. Ia hanya bisa pasrah, karena memang seperti inilah tugasnya, wajib memberi dan tidak berhak meminta apapun dari pria itu, terutama hatinya. Gerardo masuk ke dalam kamar mandi dan langsung berendam. Otot-otot tubuhnya perlu dilemaskan setelah Ia merasa tegang saat melihat tanda itu. Tanda yang membuatnya terus bertanya-tanya, apa mungkin dia orang yang sama, yang dulu pernah... “Tidak mungkin! Aku yakin ini hanya sebuah kebetulan saja,” gumamnya dengan kembali menutup mata. Merasa cukup, akhirnya pria itu keluar dan membersihkan sisa
Gerardo saat ini sedang berada di sebuah klub malam ternama, ia menjadi salah satu penanam saham terbesar di tempat tersebut. Tentu saja hal itu menjadikan pria itu selalu menjadi prioritas utama saat Ia mendatangi tempat tersebut. Bukan hanya satu, tapi masih banyak klub malam yang resmi menjadi miliknya saat pria itu berhasil mengalahkan pemiliknya dengan sekali tepuk. Bukan masalah besar baginya melakukan semua itu, dan hal itu juga terbukti saat Ia ingin tahu siapa Rae sebenarnya. 'Jadi di sana kau bersembunyi. Pintar!! Benar-benar gadis yang pintas,' batin Gerardo. Anak buahnya telah mengirimkan semua foto dan video yang mereka dapatkan saat memantau Rae. Gerardo mengetahui dengan baik apa yang dilakukan Rae dalam ruangan itu. Awalnya Ia tidak ingin gadis itu pergi, tapi rasa penasaran akhirnya membuat Ia terpaksa menyusun rencana baru. Meskipun Ia sadar, jika terus mencari tahu mengenai Rae, banyak pekerjaan yang harus Ia tunda, bahkan harus Ia
Setelah mendengar perkataan pria itu Rae hanya bisa mengepalkan tangannya kuat, menahan amarah yang saat ini sudah membuatnya merasa sesak. “Aku mungkin akan kembali! Dan saat itu terjadi, bersiaplah! Karena aku kembali untuk menjemput ajalmu. Camkan itu!” “Sudah aku katakan, aku rela mati berkali-kali ditangan mu,” Gerardo menyeringai, membayangkan bagaimana gadis itu akan kembali masuk ke dalam mansion miliknya tanpa harus ia seret layaknya seorang tawanan. “Sampai bertemu kembali calon istriku!” “Kau!!” Tuttt... Panggilan itu terputus dan seketika napas gadis itu semakin memburu karena amarah. Perasaan jijiknya pada Gerardo semakin besar saat mendengar Gerard memanggilnya sebagai calon istrinya. Hal itu sangat membuatnya mual. Saat berusaha untuk menenangkan diri, tiba-tiba saja ponselnya kembali berdering dan Rae langsung menjawab panggilan tersebut tanpa melihat siapa layar ponselnya tersebut. “Berhenti mengganggu
Dari jarak beberapa meter, saat ini Gerardo melihat apa yang terjadi dipelabuhan. Ia melihat dengan seksama dan ternyata terdapat beberapa orang yang tidak ia kenal berjaga di sana. Bahkan mereka terlihat mengintimidasi anak buahnya. Ini adalah salah satu bisnis bersih pria itu, dan Ia akan mengalami kerugian ratusan milyar jika barang antik ini tidak segera di kirim. Gerardo akhirnya memutuskan untuk turun dan tidak lama kemudian ia mendengar sebuah letusan senjata api. Tapi pria itu sama sekali tidak gentar, ia tetap berjalan maju dan mendekati tempat tersebut. “Siapa kau?” tanya pria asing dengan senjata di tangannya, sedangkan Gerardo, pria itu hanya berdiri dengan tangan yang terbuka tanpa senjata apapun. Ia hanya menunjukan seringaiannya dan mulia membuat suasana tempat tersebut terasa berbeda. “Apa itu penting?” Gerardo menatap pria itu dengan dingin, tanpa ekspresi, seakan pria yang saat ini berdiri di hadapannya tidak memberikan pengaruh apap
Tubuh pria itu terlihat menegang saat Gerardo menatapnya semakin tajam. Mendengar nama Venosa, Teo semakin yakin jika ada yang sudah memata-matainya beberapa hari terakhir dan ini tidak pernah mudah untuknya. “Kenapa kau diam, Teo? Bukankah selama ini kejujuran mu sangat luar biasa?” “Siapa yang mengatakan jika aku ada di markas venosa?” Teo sedikit meninggikan suaranya. “Akan ku habisi dia!” lanjutnya dengan penuh amarah. “Itu tidak penting! Sekali lagi aku bertanya, untuk apa kau ada di sana?” Teo tidak bisa menjelaskan apapun. Otaknya tidak bisa berpikir dengan jernih. Jika ia sampai mengatakan mengintai seseorang, bukan tidak mungkin jika Gerardo akan tahu jika ia berbohong. “Aku sedang bertemu seseorang,” Teo mengatakan itu untuk menenangkan Gerardo. “Aku bertemu dengan pria bernama Roy. Aku dengar dia adalah pembelot yang tak terlihat.” Gerardo tidak bereaksi. Pria itu tetap dengan wajah tanpa ekspresi menatap Teo. Pria itu saat
Eduardo hanya bisa pasrah mendengar itu. Ia tahu bagaimana keras sifat Rae dan Aldric. Tapi jika bisa, ia akan menghentikan segalanya dan menyudahi semua ini. Pria tua itu akan hidup dengan tenang dalam kebahagiaan bersama kedua anaknya. “Andai saja papi tidak terbawa emosi dan dendam, mungkin semua ini sama sekali tidak akan terjadi.” Pria tua itu menunduk, menyembunyikan air matanya dari kedua anaknya. Tapi apa gunanya menyesal, semua telah terjadi dan tidak akan bisa dikembali seperti semula. Rae dan Aldric hanya bisa terdiam. keduanya lantas meraih tangan Eduardo dan memegangnya erat. Mereka menunjukan jika pria tua itu tidak sendiri, ada mereka yang kini bersamanya. “Aku tidak ingin seperti ini! Bagaimana kalau kita keluar dan menikmati sinar matahari bersama?” usul Rae dengan wajah yang senang bukan main. “Kenapa tidak?” “Al, kau lebih dulu keluar bersama papi. Aku akan ke kamar mandi sebentar, nanti aku menyusul.” Aldric
Saat air dingin itu menyentuh kulit Teo yang saat ini masih tidak sadarkan diri, tubuhnya merespon dan matanya perlahan terbuka. Samar-samar ia melihat Gerardo berdiri tidak jauh dari posisinya saat ini. Pria itu sedang berbicara bersama salah satu anak buahnya, dan telinganya mengangkap sebuah nama yang tidak asing, akan datang untuk menyelamatkannya. “R-Rae....” lirihnya dengan gemetar. Sadar jika saat ini Teo telah bangun, akhirnya Gerardo berjalan mendekati pria itu dan mengucapkan selamat. Berkatnya, ia tak perlu berusah payah untuk membawa Rae kembali ke dalam mansion miliknya. Pria itu benar-benar tertawa bahagia di atas penderitaan Teo. Tapi Teo masih beryukur, paling tidak ia masih memiliki sebuah kesempatan untuk membalaskan dendam keluarganya. “Jangan senang dulu, Gerard! Rae mungkin kembali, tapi kembalinya gadis itu adalah sebuah bencana baru untuk mu.” “Apa yang kau maksud bencana di ranjang ku?” Gerardo tertawa keras. “Aku sudah
Rae menatap pria itu dengan tajam dan penuh amarah. Tapi meskipun begitu ia tetap bertahan, berusaha untuk tetap tenang sama seperti biasanya. "Aku rasa telingaku perlu diperiksa di bagian THT!" Rae menyeringai penuh ejekan pada pria itu. Sedangkan Teo, saat ini pria itu sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya perlu bersiap dan pasang badan saat pria itu maju untuk menyakiti Rae. "Jika kau mengijinkan, mungkin aku bisa membantu mu," jawab Gerardo penuh kesopanan, tapi sayangnya bibir dan mata pria itu sama sekali tidak menunjukkan kebaikan sedikit pun. Rae hanya berdecak dan kembali memapah Teo untuk keluar dari ruangan penyiksaan tersebut tanpa peduli dengan kehadiran Gerardo. Tanpa rasa takut, Rae terus berjalan sampai akhirnya ia sampai di ambang pintu. Tiba-tiba saja sebuah layar menyala, menunjukan bagaimana kebersamaan Rae, Al dan Eduardo pagi ini. "Apa kau tidak berniat untuk melihat ini, Nona Catalina?" teriak Gerardo de