Alice kembali ke apartemennya dengan wajah begitu kusut, wanita yang biasanya super duper mewarnai hari-hari hidupnya dengan senyum dan tawa, kini harus menunjukan wajah murungnya.
Alice masuk ke apartemennya dan langsung saja melempar tas dan jaketnya begitu saja di atas sofa, ia sendiri lalu merebahkan tubuhnya dengan malasnya tak jauh dari barang-barangnya di atas sofa itu.
"Kenapa Lice? Kenapa wajah kamu sekusut pakaian yang baru keluar dari pengering mesin cuci?" tanya seseorang kemudian.
Alice tak menjawab pertanyaan itu.
Orang itu lalu mengambil tas dan jaket yang Alice lempar begitu saja di atas sofa lalu menggantung tas dan jaket itu pada gantungan.
Orang itu tak lain adalah Viona Rahaya, dia adalah seseorang yang bukan hanya sahabat, tapi juga sudah seperti saudara dan orangtua untuk Alice.
Mereka telah tinggal bersama di apartemen itu lebih kurang 6tahun lamanya semenjak Vio bekerja di sebuah Pusat Rehabilitasi Jiwa di kota Grazia sebagai seorang konselor.
Alice dan Vio merupakan sahabat sejak mereka kecil. Kedua orangtua mereka juga merupakan teman bisnis.
Sama sama di anugerahi kecantikan dan kepintaran, kedua gadis itu tumbuh dengan begitu banyak kesuksesan. Setelah Lulus SMA keduanya lalu melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, Alice mengambil fakultas kedokteran di sebuah Universitas Negri ternama lalu menjadi seorang dokter pada usia 22 tahun, sedangkan Vio memilih fakultas Psikologi dan menjadi seorang konselor yang cukup sukses pada usianya yang ke 22 tahun juga.
Banyak pria yang datang silih berganti mengisi kehidupan keduanya, mereka juga wanita yang cukup populer sejak sekolah bahkan saat mereka kuliah, banyak lelaki yang berusaha mendekati keduanya. Namun sampai saat ini tidak ada satupun dari para lelaki itu yang mampu membuat keduanya ingin tetap hidup bersama dalam pernikahan.
Vio pernah sangat mencintai seorang lelaki dalam hidupnya, namun sebuah malapetaka datang sehari sebelum pernikahannya. Tristan, lelaki yang dicintainya itu meninggal karena terjatuh ke Laut dari atas kapal Pesiar yang mereka tumpangi.
Tristan, Vio dan Alice, ketiganya adalah sahabat, mereka bersahabat sejak mereka menempuh pendidikan SMU, kedekatan diantara ketiga insan tersebut sama sekali tak tergoyahkan bahkan tak disangka jika akhirnya Tristan dan Vio mengumumkan kalau mereka saling mencintai. Alice begitu bahagia ketika mendengar kedua sahabatnya itu akan segera menikah. Ia membayangkan jika persahabatan diantara mereka akan berlanjut ke anak cucu mereka, ia bahagia membayangkan sebentar lagi akan menggendong bayi dari pernikahan kedua sahabatnya itu.
Namun, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama karena sehari sebelum pernikahannya, Vio harus kehilangan orang yang dia cintai untuk selamanya.
Semenjak itu, Vio tidak lagi ingin mencintai pria manapun dalam hidupnya. Hatinya menjadi seperti bekuan es dikutub Utara, ia bahkan tak mampu mencairkan kebekuan hatinya itu, ia bisa mengobati dan menghibur pasiennya yang menderita hal yang mirip dengan apa yang dialaminya, tapi ia sendiri tak mampu untuk menyembuhkan hatinya sendiri.
Malampun semakin larut, Alice sibuk dengan pikirannya sendiri, ia bahkan tak mengucapkan sepatah katapun pada sahabatnya itu. Setelah membersihkan diri Alicepun lalu membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Viona tak mengganggu sahabatnya itu, ia membiarkan Alice dengan pikirannya sendiri, Vionapun sibuk di depan meja kerjanya dengan beberapa berkas yang harus diselesaikan.
...
Pagipun tiba...
Setelah mereka bersiap dan menghabiskan sarapan mereka pagi ini, sepiring nasi goreng buatan Viona. Kedua sahabat itu lalu bergegas menuju tempat bertugas mereka. Viona lebih dulu mengantarkan Alice ke Rumah Sakit sebelum menuju ke tempat kerjanya.
"Maaf bebh, semalam tidak sempat bercerita denganmu." Kata Alice memulai pembicaraan.
"It's okey bebh... Aku ngerti kamu, tenang aja." Balas Viona santai sambil tersenyum manis memperlihatkan gigi-giginya yang tampak putih dan tersusun rapi. "Semalam juga aku banyak kerjaan yang harus diselesaikan jadi kalau kamu curhat semalam otomatis akunya gak fokus dengarin cerita kamu." Lanjut Viona kemudian.
"Iya bebh... Terimakasih ya!" Ujar Alice tulus.
"Terimakasih? Untuk apa?" Tanya Viona lagi.
"Terimakasih sudah menjadi sahabat terbaikku!!" Jawab Alice lalu memeluk Viona.
"Kamu ya bebh... Kirain apa." Viona membalas pelukan Alice.
Viona lalu melajukan mobilnya, mereka bernyanyi bersama menikmati lagu klasik dari Banda Neira, tersenyum dan tertawa bersama.
'Pagi yang indah, semoga sepanjang hari ini juga seindah pagi dan secerah mentari pagi' batin Alice.
...
Alice sedang sibuk memeriksa pasien di IGD saat seorang perawat menghampirinya dan mengatakan jika direktur RS memanggilnya segera untuk menghadap ke ruangannya.
Setelah selesai memeriksa pasien dan menulis terapi obat untuk diberikan pada pasien tersebut, Alice segera menuju ruangan direktur RS.
"Selamat siang Pak, apa yang membuat Bapak memanggil saya ke ruangan Bapak?" tanya Alice ketika berada dalam ruangan direkturnya.
"Alice, saya menginginkan kamu untuk harus bekerja secara profesional." kata direktur kemudian
"Mohon maaf pak, maksud bapak bagaimana?" tanya Alice kemudian.
"Saya mendapat laporan jika kamu pergi ke Hall of Cyber Police untuk menyatakan keberatan kamu terhadap kasus seorang model yang dinyatakan meninggal karena bunuh diri!!" Kata direktur tersebut dengan nada yang cukup keras.
"Iya pak, saya pergi ke sana karena..."
"Cukup dr.Alice, kamu tahu jika tugas kamu hanya memeriksa dan mengobati pasien yang dibawa ke RS ini dengan baik. Permintaan Visum bisa keluar saat ada Surat Resmi dari Kepolisian untuk meminta Visum, baru hasil Visum bisa dikeluarkan. Kamu paham akan hal itu kan?" tanya direktur itu kemudian.
"Iya pak, saya paham. Tapi sebelum hasil visum keluar, pihak Cyber telah lebih dulu menyatakan bahwa itu kasus bunuh diri, padahal kita musti menyelidikinya lagi Pak. Saya yakin dari hasil visum saya gadis itu meninggal karena dibunuh Pak." Kata Alice dengan sengit.
"Kita mungkin bisa meminta persetujuan keluarga untuk melakukan otopsi, Pak." Lanjut Alice kemudian.
"Cukup Alice, keluarganya sudah meminta agar kasus ini ditutup dan jasad gadis itu sudah dikebumikan. Mereka sudah mengikhlaskan kepergian putrinya dan memohon agar kasus ini tidak diperpanjang". Direktur tersebut membantah argumen Alice.
"Saya harap kamu paham apa maksud saya. Sekarang kamu boleh kembali bekerja." Lanjut direktur itu.
"Tapi Pak...." Alice masih ingin berkata, namun pembicaraannya dipotong direktur tersebut dengan mengangkat tangannya, dan menunjuk ke arah pintu sebagai bahasa isyarat agar Alice keluar dari ruangan itu.
Alice akhirnya mengurungkan niatnya untuk berdebat lagi, dia akhirnya berjalan ke arah pintu. Saat Alice akan keluar, direktur tadi berkata lagi "Alice, jika kamu masih tidak mendengarkan saya dengan bijak, saya mungkin bisa mengeluarkan kamu secara tidak hormat dari Rumah Sakit ini." Ancam direktur pada Alice.
...
Alice tidak percaya dengan apa yang baru saja dia hadapi, direktur RS baru saja mengancam akan mengeluarkannya jika dirinya mencoba untuk mencari tahu kebenaran yang sebenarnya, mengenai kasus meninggalnya model cantik itu.Alice mengambil ponselnya dan mencari berita tentang kasus meninggalnya model cantik tersebut.Semua berita menyatakan bahwa model tersebut meninggal dengan cara bunuh diri yaitu menggantung diri di pintu kamar mandi, setelah sebelumnya meminum obat penenang dalam jumlah yang banyak.Alice begitu gusar membaca semua berita itu, dia yakin dari hasil visumnya gadis itu dibunuh oleh seseorang.Vagina wanita itu berdarah dan terdapat sperma di liang vaginanya. Alice berasumsi bahwa gadis itu sudah lebih dulu diperkosa sebelum dia meninggal.Ada bekas kuku pada rahang gadis itu, mungkin saja orang yang membunuhnyalah yang memaksa gadis itu menelan obat penenang tersebut, lalu kemudian orang tersebut mengambil kain atau syal untuk mencekik
Selama 2 hari ini kasus tentang kematian seorang model cantik ini menjadi berita hangat yang diperbincangkan di seantero kota Grazia.Caroline Williams, seorang gadis cantik dengan tubuh semampai yang baru menyelesaikan studinya di bangku SMU tahun lalu, dan melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Sejak duduk di bangku SMU kelas 2, Caroline sudah rutin mengikuti beberapa pemotretan dan juga peragaan busana baik di kota Grazia, bahkan sampai ke luar negri.Caroline adalah seorang gadis yang lahir dari keluarga sederhana, dia anak pertama dari 3 orang saudara, dan mereka semua perempuan. Mereka tinggal di dipinggiran Pantai, Sebelah Selatan kota Grazia. Ayahnya seorang nelayan dan ibunya seorang guru menari di daerah itu.Bakatnya itu akhirnya menjadikannya seorang model terkenal, Caroline yang dulunya adalah seorang gadis desa kini menjadi putri yang tinggal di sebuah apartemen mewah yang dibelinya dari uang selama dia menjadi model. Namun sebulan terakhir in
Selama 2 hari ini kasus tentang kematian seorang model cantik ini menjadi berita hangat yang diperbincangkan di seantero kota Grazia.Caroline Williams, seorang gadis cantik dengan tubuh semampai yang baru menyelesaikan studinya di bangku SMU tahun lalu, dan melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Sejak duduk di bangku SMU kelas 2, Caroline sudah rutin mengikuti beberapa pemotretan dan juga peragaan busana baik di kota Grazia, bahkan sampai ke luar negri.Caroline adalah seorang gadis yang lahir dari keluarga sederhana, dia anak pertama dari 3 orang saudara, dan mereka semua perempuan. Mereka tinggal di dipinggiran Pantai, Sebelah Selatan kota Grazia. Ayahnya seorang nelayan dan ibunya seorang guru menari di daerah itu.Bakatnya itu akhirnya menjadikannya seorang model terkenal, Caroline yang dulunya adalah seorang gadis desa kini menjadi putri yang tinggal di sebuah apartemen mewah yang dibelinya dari uang selama dia menjadi model. Namun sebulan terakhir in
Alice mendatangai Cyber Police dengan ditemani Viona, saat sampai di gedung itu Alice telah disambut dengan seseorang yang ternyata sudah menunggunya sedari tadi."Dokter Alice, apa Kabar?" sapa pria tersebut dengan lesung pipinya yang membuat pria itu semakin tampan."Hallo Ronald." sapa Alice sambil melambaikan tangan dan tersenyum bahagia."Dimana komandan anda yang galak itu?" Tanya Alice setengah berbisik sambil menampakan wajah jahilnya, kemudian ia melihat ke arah sudut gedung yang adalah ruangan kepala Cyber Police tersebut."Komandan lagi keluar. Tunggulah disini, sebentar lagi mungkin beliau akan kembali." Kata Ronald."Oh ya, perkenalkan dia adalah sahabatku Viona, dan Viona perkenalkan ini Ronald." Kata Alice kemudian memperkenalkan keduanya.Disaat bersamaan, masuklah ke empat teman Ronald, yang adalah anggota Cyber Police. Ronald lalu memperkenalkan keempat temannya tersebut pada Alice dan Viona. Mereka adalah Ricky, Jhordy, Achmed d
Alice tidak menyangka jika nomor telepon yang diberikan Ronald tadi merupakan salah satu keberuntungan lain untuknya hari ini. Saat akan keluar gedung, Alice melihat lautan wartawan itu belum juga beranjak dari halaman gedung Rumah Sakit itu. Pasti salah satu keadaan ini yang membuat direktur Rumah Sakit begitu gusar ingin cepat-cepat mendepak Alice dari Rumah Sakit ini, pikir Alice dalam benaknya.Alice lalu menekan tombol 'call' pada ponselnya."Hallo" sapa suara diseberang sana."Ronald, bisakah sekali lagi kau menolongku hari ini" Pinta Alice dengan setengah manja."Siap tuan Putri" Jawab suara diseberang, lalu ponsel dimatikan.Alice belum mengatakan maksudnya namun teleponnya telah diputuskan sepihak oleh lelaki diseberang sana, Alice mencoba menelepon lelaki tadi, namun teleponnya tidak dijawab. Alice akan meredial kembali nomor tersebut saat seseorang berseragam tiba di depan pintu kaca itu dengan menggunakan motor Kawasaki ninja.Pria itu
Saat Alice dilanda dilema dengan masalahnya saat ini, Viona tampak berbahagia, ia tampak sedang melamun dan sesekali tersenyum sendiri. Viona mengingat tentang senyum manis nan menawan yang di perlihatkan lelaki berseragam tadi, wanita itu seakan ingin mengakhiri kebekuan dari hatinya. Viona membayangkan pertemuan pertamanya dengan lelaki itu, membayangkan senyum manis yang terasa menghangatkan jiwanya yang dingin, ia mengingat tatapan mata yang terpancar dari bola mata pria itu, saat ia melepaskan kacamatanya dan pandangan mereka bertemu. Viona merasakan sesuatu hal yang tampak berbeda dari pria itu. Suaranya dan cara bicaranya yang terdengar begitu sopan namun tegas, ia mulai terpikat oleh lelaki yang baru saja dikenalnya itu.Setelah sekian lama sendiri dalam kesepian semenjak sosok yang sangat dicintainya pergi meninggalkannya, kini ia kembali merasakan getaran itu. Perasaan yang sama namun dengan orang yang berbeda, Viona mulai menikmati debaran jantung yang terasa cepat
Viona memarkirkan mobilnya di basement dan dengan wajah yang berseri ingin segara bertemu dengan sahabatnya itu. Dia ingin menceritakan dua kabar bahagia yang sejak tadi ingin disampaikannya pada sahabatnya itu. Kabar pertama dia ingin bercerita kalau dia menyukai seseorang dan kabar kedua adalah dia tahu sedikit tentang misteri kematian Caroline Williams. Jarum jam menunjukan pukul 23.20, Viona terlambat pulang karena harus menginterogasi pasiennya yang tadi sempat tertidur pulas karena obat penenangnya, saat Tn. Alfred terbangun lagi barulah Viona mendapat sedikit lagi informasi yang akan dia beritahu pada sahabatnya Alice. Viona membuka pintu apartemen dan tercium aroma menyengat yang datang dari dalam ruangan apartemen itu. Viona hafal betul jika itu bau minuman beralkohol, dan ternyata dugaannya benar.Viona yang awalnya ceria, tiba-tiba wajahnya berubah menjadi sangat kesal, dia tampak gusar. Bagaimana tidak, ruangan yang tadi saat mereka tinggali begitu rapih dan bersih
Konferensi pers yang di lakukan Alice di Hall of Cyber Police menyatakan bahwa bukan dirinya yang membuat Artikel tentang kematian Caroline Williams tersebut, Alice mengatakan bahwa Caroline Williams meninggal tidak dalam keadaan hamil. Ia kemudian menyatakan bahwa dirinya siap menjadi saksi untuk kasus kematian gadis muda tersebut, asal keluarga Caroline Williams mau membuka kembali kasus ini.Konferensi pers yang disiarkan secara langsung itu dihadiri oleh banyak wartawan, wartawan yang sempat membanjiri Rumah Sakit Elinton dihari Alice diberhentikan dari tempat kerjanya itu, kini mereka baralih untuk meliput pernyataan yang dibuat Alice di Hall of Cyber Police, hampir semua stasiun TV menyiarkan koferensi pers itu secara langsung.Pernyataan Alice itu, membuat seorang pria di suatu tempat tampak gusar. Ia memanggil asisten nya dengan suara keras, lalu asistennya tersebut muncul dihadapannya."Apa yang harus kita lakukan sekarang? Jika dokter muda it