BAYI SIAPA?Part 11Hening, rumah ini menjadi sunyi. Hanya sesekali terdengar suara Aqila yang menangis. Semua orang larut dalam pikirannya masing-masing. Mbok Iin terpukul dan mengurung diri di dalam kamar. Aku bisa mengerti perasaannya sekarang. Dia pasti merasa gagal mendidik Ami. Itu juga yang aku rasakan saat tahu Ami hamil dan mengugurkan kandungannya.Amran sendiri tidak menjawab pertanyaanku. Dia juga memilih pergi entah kemana. Tinggallah aku yang tengah memasak makanan untuk makan siang kami.Sambil sesekali melihat Aqila yang berada di dalam kamar aku membuat menu makan siang. Tidak tega menyuruh mbok Iin untuk memasak sekarang, dia butuh waktu sendiri memikirkan semua yang terjadi.Meskipun pikiranku entah kemana, aku coba untuk tetap menjadi ibu yang baik. Angga pasti lapar saat pulang sekolah nanti. Aku hanya mem
BAYI SIAPA?Part 12Pov AmiDua garis merah terpampang dengan jelas di atas sebuah alat tes kehamilan yang berada di tanganku. Air mata luruh seketika sebab aku belum menikah. Bingung sudah pasti, karena aku masih SMA.Buru-buru aku simpan benda pipih itu di tempat yang aman. Takut Ambu melihatnya dan aku dalam masalah. Sambil terus memikirkan bagaimana kedepannya kelak nasibku.Sekarang aku harus apa? Kuapakan janin yang akan tumbuh dalam perutku ini. Usiaku belum genap tujuh belas tahun dan masih sekolah pula. Ini semua terjadi karena kebodohanku.Atas nama cinta, aku melakukan hal yang belum seharusnya dengan seorang laki-laki. Entah Dia yang pandai merayu atau aku yang terlalu bodoh serta bisikan setan dalam diri yang sangat kuat hingga kami melakukan hubungan itu.Dengan
BAYI SIAPA?Part 13Kutatap wajah Amran yang tengah memegang tubuhku dan Aqila. Apa yang aku pikirkan dan curigai selama ini benar adanya. Amran, putra sulungku yang menghamili Ami. Jujur saja aku sulit percaya hal ini.Aku sangat mengenal Amran. Tidak mungkin dia melakukan hal itu. Namun, Amran mengakui semuanya. Sesak, aku merasa gagal menjadi orang tua. Gagal mendidik anak dengan baik.Menangis pun tiada guna sekarang. Nasi telah menjadi bubur. Berpikir juga aku tidak bisa. Kecewa, marah, sedih bercampur jadi satu dalam hati ini.Semua yang ada di rumah terdiam. Mbok Iin sangat syok. Ami masih menangis. Amran masih memegang tubuhku."Ada apa ini?" tanya Angga yang baru pulang.Anak itu pasti bingung dengan semua yang terjadi. Aku pun sama bingung harus bagaimana?
BAYI SIAPA?Part 14Pov AmranSeketika aku terdiam saat bunda bilang Ami keguguran. Aku pikir selama ini dia adalah ibu dari Aqila, kenyataannya bukan. Masalah di atas masalah. aku pergi meninggalkan bunda yang bertanya apakah aku pelaku yang menghamili Ami. Tentu saja bukan, aku memang mencintai gadis cantik itu. Namun, tidak akan berbuat demikian sebab bunda dan ayah tidak pernah mengajarkannya.Kupacu mobil dengan kecepatan sedang. Sepanjang perjalanan aku terus memikirkan apa yang harus dilakukan sekarang. Di otakku hanya ada Ami yang tengah tersenyum manis. Ya, gadis itu adalah kuncinya. Dia harus berkata yang sebenarnya.Aku tidak marah saat bunda menuduhku sebagai pelaku yang menghamili Ami. Hanya saja sedikit kecewa karena bunda tidak percaya dan mencurigai aku. Beliau tidak salah, siapapun bisa jadi tersangka di dalam rumah kami
BAYI SIAPA?Part 15"Sebenarnya bukan bang Amran yang menghamili Ami," ucap Angga menatap mataku."Maksudnya?" tanyaku bingung.Angga berlalu meninggalkanku yang dipenuhi banyak pertanyaan. Apa maksudnya anak itu. Dia pasti tahu sesuatu tentang Ami dan Amran. Kenapa dia pergi tanpa memberikan penjelasan sebelumnya.Aku kembali berpikir, apa jangan-jangan Angga pelakunya karena mereka sering bersama. Bisa saja saat berangkat ke sekolah terus mereka .... Ah, aku benci pikiranku.Aku pikir sudah selesai masalah ini, tapi ternyata belum. Apa maksud dan tujuan Amran mengakui perbuatan yang tidak dilakukannya?Apa lagi ini? Baru aku merasa sedikit lega karena akhirnya masalah Ami selesai, nyatanya masih belum. Angga hanya setengah saja berbicara tanpa menjelaskan apapun dan langsung perg
BAYI SIAPA?Part 16Aku pulang dari sekolah dan melihat pemandangan yang sungguh tidak mengenakan. Bunda, mbok Iin dan Ami tengah menangis. aku tahu ini semua akan terjadi.Haruskah aku beritahu segalanya? Atau diam saja seperti yang Ami lakukan? Jujur aku kasihan dengan Bang Amran. Dia tidak tahu apa-apa, tapi harus bertanggung jawab atas apa yang tidak dilakukannya.Cinta itu buta benar adanya. Bang Amran contoh nyatanya. Jelas-jelas Ami hamil dan keguguran, masih saja menyukai gadis itu seperti tidak ada gadis lainnya saja di dunia ini.Pukulan ayah juga tidak mengubah pendiriannya untuk jujur saja dari pada harus menanggung akibat yang bukan perbuatannya. Aku sudah tahu lama jika Bang Amran menyukai Ami. Entah apa menariknya gadis itu hingga kakakku begitu mencintainya.Melihat Ami yang penuh luka karena d
BAYI SIAPA?Part 17Aku tengah mengobati luka-luka di wajah dan tubuh Aldo, sahabat Ami dan Angga dan juga pelaku yang membuat Ami menjadi seperti sekarang ini. Ada perasaan marah dan ingin memukul pemuda yang ada di depanku ini. Namun, naluri seorang ibu yang melihat anaknya terluka membuatku melupakan rasa tidak enak itu. Memilih mengobati lebam-lebam dan beberapa luka terbuka yang ada pada Aldo. Sesekali dia meringis saat aku membasuh lukanya dengan alkohol."Tahan ya, ini pasti perih," ucapku.Aldo hanya diam saja sekarang, berbeda ketika dia berkunjung ke sini tempo hari. Dia banyak bercanda dengan Angga."Aduh, pelan-pelan, Bang!" teriak Angga."Diem aja kenapa sih, lagi Abang obatin, nih," ucap Amran yang sedang mengobati luka-luka Angga."Emang gak ada cara lain selain berk
BAYI SIAPA?Part 18Sebulan telah berlalu sejak malam di mana Ami memilih memaafkan Aldo dengan syarat tidak akan berjumpa lagi. Yang aku dengar dari Angga, Aldo pindah sekolah. Syukurlah. Masalah Ami sudah beres.Kupandangi wajah bayi mungil yang berusia 40 hari itu. Dia berada dalam gendonganku sekarang, matanya yang bulat memandangku dengan tatapan yang sulit di jelaskan. Membuatnya semakin manis.Kuciumi pipi tembem Aqila. Meskipun belum mandi, tapi dia tetap wangi. Aqila menggeliat karena ciuman bertubi-tubi dariku, membuatku semakin gemas dengan bayi mungil itu."Bun, strollernya udah siap," ucap Amran."Iya, bawa ke sini. Kita ajak jalan-jalan Aqila."Rencana aku akan mengajak jalan-jalan Aqila kesekitar perumahan tempat kami tinggal. Untuk mengenalkan pada tetangga pu