Home / Romansa / Bayangan Kelam / Di Ambang Keputusan

Share

Di Ambang Keputusan

Author: Cancer Girl
last update Last Updated: 2024-09-27 17:58:00

Anisa duduk di tepi ranjangnya, pandangannya kosong menatap jendela. Hari-harinya kini dipenuhi dengan ketakutan, tidak ada lagi ketenangan yang ia rasakan sejak pertemuan terakhir dengan pria misterius itu. Kegelapan yang ia rasakan semakin menelan dirinya, dan ia merasa seperti di ujung jurang.

Ponsel di tangannya tetap sunyi, tidak ada pesan atau panggilan dari Arya. Perasaan cemas yang terus melilit pikirannya membuatnya ingin berteriak, tapi tidak ada yang bisa ia lakukan selain menunggu dalam kecemasan. Arya telah pergi, dan meninggalkannya dalam keadaan paling rapuh yang pernah ia alami. Pria yang katanya mencintainya kini entah berada di mana.

“Kenapa aku harus terjebak dalam situasi ini?” Anisa bergumam sendiri, mencoba memahami mengapa hidupnya berubah begitu drastis.

Pikiran tentang ancaman yang ditujukan padanya terus membayang, membuatnya gelisah setiap kali ia mendengar suara aneh di luar rumah. Malam-malam terasa panjang dan mencekam, bahkan untuk menutup mata saja dia
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Bayangan Kelam   Kebenaran Terungkap

    Ketakutan merambat di sepanjang tulang punggung Anisa. Seluruh tubuhnya terasa beku di tengah kegelapan yang membungkus rumahnya. Ketukan di pintu yang semakin keras menandakan bahwa orang di luar sana tak akan menyerah sampai pintu terbuka. Satu-satunya yang ia bisa lakukan saat ini hanyalah bertahan, meskipun naluri di dalam dirinya berteriak untuk berlari."Kamu harus tetap tenang, Anisa. Tetap tenang," ia mencoba menenangkan dirinya sendiri meskipun suaranya bergetar.Sambil menggigit bibir, Anisa meraih ponselnya yang sudah tergeletak di meja. Jemarinya gemetar saat ia mencoba menekan nomor darurat. Namun, sebelum ia sempat menyelesaikannya, ketukan di pintu mendadak berhenti. Keheningan yang tiba-tiba menegangkan atmosfir di sekelilingnya.Hatinya berdetak keras. Anisa berdiri terpaku, bingung apakah ia harus menghampiri pintu atau menunggu saja sampai sesuatu terjadi. Apakah orang di luar sana sudah pergi?**Beberapa menit berlalu dalam kesunyian yang mencekam. Anisa berusaha

    Last Updated : 2024-09-28
  • Bayangan Kelam   Di Ambang Bahaya

    Angin dingin malam itu merayap pelan di sepanjang jalan setapak yang dilalui Anisa. Langkahnya terburu-buru, meski di dalam hati, rasa takut terus membayang. Ia menundukkan kepala, menyembunyikan wajah di balik kerudung hitam yang ia kenakan. Tas kecil yang menggantung di pundaknya terasa berat, meskipun hanya berisi beberapa barang penting yang ia bawa untuk berjaga-jaga.Surat itu masih ada di dalam tasnya, terlipat rapi, tetapi ancamannya terus terngiang-ngiang di kepalanya. "Jangan beritahu siapa pun, atau kami akan memastikan kamu tidak akan pernah melihatnya lagi." Pesan itu jelas dan tegas. Mereka mengancam nyawa Arya, pria yang ia cintai dan ingin ia selamatkan. Meski ketakutan terus menghantuinya, Anisa tahu bahwa ini adalah satu-satunya kesempatan untuk menyelamatkan Arya. Namun, ada bagian kecil dalam dirinya yang ragu, bertanya-tanya apakah ia membuat keputusan yang benar.Tiba di alamat yang tertulis di surat itu, Anisa mendapati dirinya berdiri di depan sebuah gudang tua

    Last Updated : 2024-09-28
  • Bayangan Kelam   Tiada Harapan

    Malam itu terasa lebih gelap dari biasanya. Seolah-olah langit menolak memberikan cahaya bulan untuk menerangi langkah Anisa yang terseok-seok keluar dari gudang tua itu. Hati dan pikirannya kacau balau. Setiap tarikan napas terasa seperti beban yang menghimpit dadanya. Keputusan yang ia buat beberapa saat lalu mengguncang hidupnya, seperti runtuhan yang tak bisa disatukan kembali. Ia telah melepaskan Arya, pria yang ia cintai, demi keselamatannya. Tapi di balik semua itu, ada rasa bersalah yang terus menggerogoti jiwanya.Perasaan hampa menyelimuti Anisa. Angin malam yang dingin tak mampu membekukan luka di hatinya. Jalan setapak yang dilaluinya terasa semakin panjang, seperti tiada akhir. Kakinya gemetar, hampir tak mampu menopang tubuhnya. Setiap langkah terasa lebih berat dari sebelumnya, seakan dunia tidak menginginkan dia terus berjalan.Setibanya di depan apartemennya yang kecil dan sederhana, Anisa berdiri di depan pintu, dia tak langsung masuk. Tempat itu sekarang hanya rumah

    Last Updated : 2024-09-30
  • Bayangan Kelam   Terjebak

    Pagi itu, udara dingin menyelimuti seluruh kota, membawa kabut tipis yang menambah kesuraman suasana hati Anisa. Hari-hari berlalu dengan keheningan yang menyiksa. Namun, setelah pertemuannya dengan pria misterius di taman, pikirannya tak pernah bisa beristirahat. Ia tak bisa mengabaikan peringatan yang diberikan pria itu tentang rahasia besar yang bisa menghancurkan semuanya, termasuk hidup Arya. Setiap kali ia mencoba melupakannya, bayangan pria itu kembali menghantuinya.Saat ia duduk di meja makan yang kosong, Anisa menatap ke luar jendela dengan tatapan kosong. Secangkir kopi yang sudah dingin tergeletak di depannya, tak tersentuh. Segala sesuatu yang dulu berarti kini terasa hampa. Hidupnya berubah drastis sejak Arya terjebak dalam masalah ini, dan sekarang, ancaman itu juga menggantung di atas kepalanya. Anisa merasakan ketakutan yang membara di dadanya. Ia tahu bahwa hidupnya tidak akan pernah sama lagi.Saat itulah ponselnya bergetar, mengalihkan perhatiannya. Nomor tak diken

    Last Updated : 2024-10-02
  • Bayangan Kelam   Bayang Gelap

    Malam kembali merayap seperti selimut hitam yang pekat, menutupi kota dengan hawa dingin dan suasana mencekam. Anisa berdiri di sudut apartemennya yang remang-remang, menatap jam di dinding yang jarumnya seakan bergerak lebih lambat dari biasanya. Rasa cemas yang menekan dadanya membuatnya sulit bernapas. Ia tahu bahwa malam ini mungkin akan mengubah segalanya.Sejak pertemuannya dengan Raka dan pria misterius itu, Anisa tak bisa berhenti berpikir tentang langkah selanjutnya. Segala rencana yang telah disusun, setiap detil kecil yang dipertimbangkan, seolah menjadi beban berat yang tak terangkat dari pundaknya. Di satu sisi, ia merasa yakin bahwa ini adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan Arya, tapi di sisi lain, bayang-bayang kegagalan terus menghantui pikirannya.Terdengar ketukan pelan di pintu. Anisa tersentak, jantungnya berdegup kencang. Dengan langkah hati-hati, ia menuju pintu dan mengintip melalui lubang kecil. Sosok pria misterius itu berdiri di sana, mengenakan jaket

    Last Updated : 2024-10-03
  • Bayangan Kelam   Jejak yang Hilang

    Malam mulai merayap dengan pelan, membawa hawa dingin yang menusuk hingga ke tulang. Di dalam sebuah rumah kecil, suasana tegang menyelimuti. Anisa berdiri di dekat jendela, mengawasi setiap gerakan di luar. Hatinya berdebar tak karuan, sementara pikirannya berputar-putar memikirkan cara keluar dari situasi yang rumit ini. Di sudut ruangan, Arya duduk bersandar di dinding. Wajahnya pucat dan tubuhnya lemah akibat kelelahan yang berkepanjangan. Anisa mencoba menenangkan diri, namun kegelisahan semakin menyergap. Mereka terjebak dalam situasi yang kian sulit, tanpa tahu kapan ini akan berakhir. Langkah kaki yang terdengar dari luar membuat Anisa berjaga. Pintu terbuka perlahan, dan seorang pria dengan wajah tegang masuk ke dalam ruangan. Tatapannya dingin dan tidak bersahabat. “Kau pikir bisa lari dari masalah ini begitu saja?” suara pria itu rendah dan penuh ancaman. Anisa menarik napas dalam-dalam. Ia berusaha menjaga ketenangannya meski di dalam dirinya, ia dipenuhi rasa takut

    Last Updated : 2024-10-04
  • Bayangan Kelam   Pengejaran

    Udara pagi mulai menghembuskan kesejukan yang tajam saat Anisa dan Arya bersembunyi di balik pepohonan rimbun. Hutan di sekitar mereka masih diselimuti kegelapan, namun perlahan-lahan cahaya matahari mulai menembus celah-celah daun, menandakan bahwa hari baru telah tiba. Anisa memandangi wajah Arya yang masih pucat, seakan-akan setiap gerak napasnya begitu berat. “Kau pasti bisa, Arya. Kau harus bertahan sedikit lebih lama lagi,” bisik Anisa sambil menyeka keringat dingin yang mengalir di pelipis Arya. Arya membuka matanya perlahan, menatap Anisa dengan pandangan lemah. “Aku... aku tidak tahu, Anisa. Rasanya terlalu berat. Aku bahkan tak yakin bisa berjalan lagi.” Anisa menggenggam tangan Arya erat-erat. Ia tahu keadaan semakin memburuk, tetapi ia juga tahu bahwa menyerah bukanlah pilihan. “Kita sudah sampai sejauh ini, Arya. Kita tidak boleh berhenti sekarang. Mereka akan segera menemukan kita jika kita tidak terus bergerak.” Namun, kata-kata itu terasa lebih seperti dorongan

    Last Updated : 2024-10-04
  • Bayangan Kelam   Langkah Terakhir

    Suara langkah kaki terdengar samar di kejauhan, nyaris tenggelam dalam keremangan hutan yang semakin gelap. Anisa terus berlari, menarik Arya dengan sisa-sisa kekuatannya. Hutan yang dulu tampak begitu luas kini terasa semakin sempit, seolah menutup diri, mengurung mereka di dalamnya."Kita sudah dekat," bisik Anisa, meskipun dia sendiri tak yakin dengan kata-kata itu. Dia mencoba meyakinkan Arya, atau mungkin dirinya sendiri. Tekanan yang mereka alami itu semakin berat, seperti sebuah beban yang menghimpit setiap inci tubuh mereka berdua.Arya hanya bisa merespon dengan anggukan lemah. Matanya sayu, wajahnya pucat pasi seperti tak ada lagi kehidupan yang tersisa dalam dirinya. Kelelahan tampak begitu jelas di wajahnya. Namun, dia tetap mengikuti Anisa, seakan kepercayaan sepenuhnya terletak pada perempuan itu.Mereka telah melewati terlalu banyak penderitaan, dan menghadapi berbagai macam cobaan, tetapi Anisa tahu bahwa ujian terbesar mereka belum berakhir. Justru, apa yang mereka ha

    Last Updated : 2024-10-05

Latest chapter

  • Bayangan Kelam   Bab 116 (tamat)

    Hari yang dinanti-nantikan akhirnya tiba. Anisa berdiri di depan cermin besar, mengenakan gaun pengantin putih yang indah. Semua perhiasan yang dipilihnya dengan hati-hati kini menghiasi tubuhnya, memantulkan cahaya dari lampu yang menyinari ruang rias. Meskipun begitu, perasaan Anisa campur aduk. Ada kegembiraan, ada rasa takut, namun yang paling terasa adalah kekosongan yang mendalam. Rasanya, semuanya seperti sebuah mimpi, dan Anisa tidak tahu apakah dia siap atau tidak untuk melangkah lebih jauh dalam hidupnya.Di luar, para tamu undangan sudah mulai berdatangan, menyapa satu sama lain dengan tawa dan senyum. Suasana di gedung itu penuh dengan kegembiraan. Tidak hanya keluarga dan teman-teman Anisa yang hadir, tetapi juga sejumlah rekan kerja Adrian, termasuk Malik yang telah lama menjadi sahabat Adrian, serta Roy, yang meskipun menjadi bagian dari masa lalu Anisa, masih datang untuk memberi selamat.Namun meskipun semua tamu sudah hadir dan gedung sudah penuh dengan orang-orang,

  • Bayangan Kelam   Bab 115

    Hari-hari berlalu setelah lamaran Adrian yang penuh harapan. Anisa mencoba untuk menyibukkan dirinya, berusaha menenangkan pikirannya yang terus dipenuhi oleh perasaan bingung. Namun meskipun dia berusaha mengalihkan perhatian, bayangan Adrian tak bisa hilang begitu saja. Keberadaan pria itu yang tulus, yang tanpa henti berusaha mendekatkan diri, seolah menjadi cahaya yang sulit ia hindari.Anisa menundukkan kepalanya saat bekerja di restoran. Pelanggan datang dan pergi, namun hatinya masih terjebak pada satu hal. Adrian. Meski sudah berulang kali berkata pada dirinya sendiri bahwa ia butuh waktu, ia tahu bahwa perasaannya kepada Adrian tidak semudah itu dilupakan. Perasaan hangat yang diberikan Adrian saat bersama, ketulusan yang ada di mata pria itu, semuanya terasa begitu nyata.Setiap kali Adrian datang menemuinya di restoran, ia tidak bisa menahan senyumnya. Meskipun hanya sesederhana menyapa atau mengobrol ringan di sela-sela kesibukannya, itu cukup membuat hatinya merasa lebih

  • Bayangan Kelam   Bab 114

    Malam itu, udara terasa lebih hangat dari biasanya. Anisa baru saja selesai bekerja dan sedang merapikan meja ketika seorang pelayan mendekatinya dengan wajah ceria.“Anisa, kau dipanggil ke halaman belakang restoran,” kata pelayan itu sambil tersenyum penuh arti.Anisa mengerutkan kening. “Siapa yang memanggilku?”Pelayan itu hanya tersenyum misterius sebelum berlalu.Dengan rasa penasaran, Anisa melepas celemeknya dan berjalan menuju halaman belakang restoran. Begitu ia membuka pintu, matanya langsung membelalak.Lampu-lampu kecil tergantung di antara pepohonan, menciptakan suasana hangat dan romantis. Di tengah halaman, sebuah meja kecil dengan dua kursi sudah tertata rapi, lengkap dengan lilin yang menyala lembut.Dan di sana, berdiri seseorang yang sangat dikenalnya.Adrian.Pria itu mengenakan kemeja putih dengan lengan yang tergulung hingga siku. Wajahnya tampak sedikit tegang, tetapi matanya tetap memancarkan ketulusan yang selalu membuat Anisa merasa nyaman.“Adrian, apa ini?

  • Bayangan Kelam   Bab 113

    Setelah semua luka yang Anisa alami, ia akhirnya mulai menemukan sedikit ketenangan dalam hidupnya. Pekerjaannya di restoran asing membuatnya sibuk, dan ia menikmati rutinitas baru tanpa harus memikirkan masa lalunya yang kelam.Di tempat kerja, ia bertemu dengan Adrian, seorang kepala koki yang memiliki kepribadian hangat dan perhatian. Awalnya, Anisa tidak terlalu memedulikan kehadiran pria itu. Namun, seiring berjalannya waktu, perhatian kecil yang diberikan Adrian membuat Anisa perlahan membuka hatinya.Adrian selalu memastikan bahwa Anisa tidak bekerja terlalu keras. Ia sering meninggalkan secangkir teh hangat di meja Anisa ketika gadis itu terlihat kelelahan. Kadang-kadang, ia juga menyelipkan cokelat di loker Anisa dengan catatan kecil bertuliskan:“Jangan terlalu serius bekerja. Hidup juga butuh sedikit manis-manis.”Anisa tidak bisa memungkiri bahwa sikap Adrian membuatnya merasa nyaman. Tidak ada paksaan, tidak ada kebohongan, hanya ketulusan.Suatu malam, setelah restoran t

  • Bayangan Kelam   Bab 112

    Anisa menghela napas panjang saat melihat pantulan dirinya di cermin apartemen kecilnya. Sudah beberapa minggu sejak ia mulai mengenal Adrian, dan harus diakui, pria itu membawa warna baru dalam hidupnya. Tidak ada kesan terburu-buru atau tekanan dalam hubungan mereka. Adrian tidak pernah memaksanya untuk bercerita tentang masa lalunya, dan itu membuat Anisa merasa nyaman.Ia merapikan rambutnya lalu mengambil tas kecil sebelum keluar dari apartemen. Hari ini adalah hari liburnya, dan ia memutuskan untuk berjalan-jalan ke taman kota. Tidak ada tujuan khusus, hanya ingin menikmati udara segar dan menenangkan pikirannya.Saat sampai di taman, ia memilih duduk di bangku dekat air mancur. Beberapa anak kecil berlarian, bermain bola, sementara pasangan muda duduk berdua di bawah pohon rindang. Anisa mengamati mereka dengan tatapan kosong, bertanya-tanya apakah ia masih bisa merasakan kebahagiaan seperti itu.“Sendirian lagi?”Suara itu membuatnya tersentak. Ia menoleh dan melihat Adrian be

  • Bayangan Kelam   Bab 111

    Anisa duduk di tepi tempat tidurnya, menatap langit-langit kamar apartemennya yang sederhana. Setelah pertemuan dengan Roy tadi malam, ia merasa lega, tetapi juga ada sedikit perasaan hampa yang sulit ia jelaskan. Mungkin karena ini pertama kalinya ia benar-benar menutup pintu bagi seseorang yang pernah mengisi hatinya, meskipun kenyataannya pahit.Hari ini, Anisa berencana untuk menghabiskan waktu sendiri. Ia ingin pergi ke tepi pantai yang tidak terlalu jauh dari kota, hanya sekitar satu jam perjalanan dengan bus. Ia butuh udara segar, butuh ketenangan yang hanya bisa ia temukan saat mendengar suara ombak dan angin laut.Setelah bersiap-siap, ia mengenakan dress berwarna krem dan membawa tas kecil berisi buku dan air minum. Anisa selalu merasa nyaman dengan membaca, seolah-olah dunia dalam buku bisa membantunya melupakan kenyataan yang kadang terlalu menyakitkan.Saat tiba di halte bus, ia duduk sambil menunggu kendaraan yang akan membawanya ke pantai. Cuaca hari ini cukup cerah, de

  • Bayangan Kelam   Bab 110

    Anisa menatap ke luar jendela kamar apartemennya yang kecil. Lampu-lampu kota berkelap-kelip seperti bintang yang jatuh ke bumi. Angin malam bertiup pelan, menyelinap masuk melalui celah jendela yang sedikit terbuka. Ini adalah tempat tinggal barunya, jauh dari tempat lama yang menyimpan begitu banyak kenangan pahit.Sudah dua minggu sejak dia menjual rumah peninggalan orang tuanya. Rumah yang dulu penuh dengan canda tawa, berubah menjadi tempat yang hanya membuatnya terjebak dalam kenangan yang menyakitkan. Anisa tahu, jika ia ingin benar-benar melanjutkan hidup, ia harus meninggalkan semua itu dan memulai kembali dari nol.Dia kini bekerja di sebuah restoran asing yang cukup terkenal. Pekerjaan itu tidak mudah, tapi setidaknya membuatnya sibuk dan tidak punya waktu untuk memikirkan masa lalu. Ia mengisi harinya dengan memasak, melayani pelanggan, dan berbincang dengan rekan kerja barunya.Namun, malam ini, ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Sejak siang tadi, ia merasa seperti a

  • Bayangan Kelam   Bab 109

    Setelah beberapa bulan berlalu sejak kepindahannya ke kota baru, Anisa mulai terbiasa dengan ritme kehidupannya yang sekarang. Ia sudah tidak lagi merasa asing dengan lingkungan tempat tinggalnya, dan pekerjaannya di restoran asing membuatnya semakin sibuk hingga perlahan-lahan bisa melupakan luka-luka masa lalunya. Meskipun kadang-kadang kenangan tentang Roy masih menghantui pikirannya, ia berusaha untuk tidak terjebak dalam perasaan itu lagi.Namun suatu hari, Anisa mengalami sesuatu yang membuatnya kembali mempertanyakan kehidupannya. Hari itu, restoran tempatnya bekerja sedang ramai karena ada acara perayaan ulang tahun dari pelanggan tetap mereka. Anisa yang bertugas di bagian pelayanan sibuk bolak-balik mengantar pesanan makanan dan memastikan semua pelanggan mendapatkan pelayanan terbaik.Saat ia sedang mengambil pesanan dari meja pelanggan, seorang pria memasuki restoran. Ia mengenakan kemeja putih dan celana panjang hitam, terlihat rapi dan elegan. Anisa tidak terlalu memperh

  • Bayangan Kelam   Bab 108

    Waktu berjalan semakin cepat, dan Anisa merasa hidupnya seperti berputar dalam lingkaran tanpa akhir. Meski hubungan dengan Roy tampak menyenangkan di awal, semakin lama ia merasa ada sesuatu yang tak beres. Meskipun Roy selalu memberikan perhatian yang penuh, Anisa merasa ada jarak yang tak bisa dijembatani. Kadang, ada hal-hal kecil yang membuatnya curiga, meski ia mencoba untuk mengabaikannya.Hari itu, seperti biasa, Roy menjemput Anisa di rumahnya untuk makan malam bersama. Anisa sudah terbiasa dengan kebiasaan itu. Roy selalu berusaha menyenangkan hati Anisa dengan cara-cara sederhana, tetapi yang terkadang membuatnya merasa aneh adalah cara Roy selalu menghindari topik-topik pribadi. Ia tidak pernah membahas keluarga, masa lalunya, atau apapun yang bersifat pribadi. Ketika Anisa menanyakan sesuatu tentang dirinya, Roy selalu mengubah topik dengan alasan yang terkesan canggung.“Roy, aku sudah lama ingin tahu lebih banyak tentangmu,” ujar Anisa suatu malam saat mereka duduk di r

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status