“Cher, Cher, kamu harus liat ini sih, tapi mending kamu datang langsung ke sini!” Mendengar kalimat yang terdengar seperti orang yang merasa khawatir, membuat Cheryl tanda tanya. “Emangnya ada apaan sih? Kok heboh banget?” “Axel! Axel!” ucap Reva yang terdengar begitu panik. “Kenapa sama Axel? Kamu kalau mau ngasih tahu atau ngasih info yang bener bisa gak sih? Gak usah setengah-setengah kayak gini kan aku pusing mikirinnya!” Cheryl merasa gereget sendiri denngan hal tersebut. “Intinya mending kamu datang sendiri ke Red House, aku liat Axel lagi digoda sama perempuan, kayaknya dia pesen perempuan atau gimana gitu!” Reva mengutarakan apa yang dia tahu. “Kamu lagi di sana?” “Iya, aku gak ada kerjaan sama bosen juga, makanya aku ke sini, hehe.” Mendengar kalimat itu membuat Cheryl menggeleng-gelengkan kepalanya, hingga kemudian dia teringat akan sesuatu. “Ih, malam ini aku juga mau ke sana.” “Mau ngapain kamu ke sini?” “Nemenin Om Dirga,” jawab Cheryl apa adanya. “Nemenin apaan
“Axel!” panggil Cheryl dengan begitu kencang yang membuat sang pemilik nama beserta perempuan itu mengalihkan pandangan dan Cheryl langsung melangkahkan kaki ke arah mereka. “Lho? Ada di sini?” “Seharusnya aku yang nanya kenapa kamu bisa ada di sini, kamu habis main sama perempuan bayaran itu kan?” Emosi Cheryl dengan seketika membludak. “Tenang dulu, gak ada yang dilakukan, aku hanya bersenang-senang saja, tidak berlebihan.” Axel masih mencoba untuk terlihat biasa saja dalam hal ini. “Gak! Gak bisa tenang, udah jelas melihat kamu bersama dengan perempuan itu, makanya aku udah gak mau lagi sama kamu!” tekan Cheryl yang kemudian menarik napasnya dengan sangat panjang. “Hubungan kita sampai sekarang sudah cukup, setelah ini kita putus!” “Gak!” tolak Axel penuh dengan keseriusan. Hal seperti ini bukan terjadi hanya satu kali, melainkan sudah berulang kali, hanya saja memang sampai saat ini Axel tidak pernah mengiyakan keinginan Cheryl untuk putus darinya. “Terserah, mau kamu gak t
Langkah kaki Cheryl terhenti, dia memandangi orang di hadapannya dengan tatapan yang begitu serius, bahkan tujuannya untuk menghampiri orang itu tidak dia lanjutkan karena melihat orang itu bersama dengan seorang wanita.“Sebenarnya siapa dia, kenapa dia keliatan deket banget sama Om Dirga, apakah dia ada hubungan sama Om Dirga?” Cheryl terus memperhatikan Dirga yang tengah bersama dengan seorang wanita yang tidak dia ketahui siapa.“Kayaknya tuh orang bukan orang biasa, apalagi dia sampai berani sedekat itu sama Om Dirga di Kantor.” Pikiran Cheryl terus berkeliaran.Pandangan Cheryl dengan seketika membelalak saat melihat tangan wanita itu yang memegangi area leher Dirga dan terlihat kalau wanita itu benar-benar menggoda Dirga, sementara Dirga mengalihkan pandangan memperhatikan tangan orang itu.Memang tidak lama dari itu Dirga menghempaskan tangan wanita itu, hanya saja rasa sakit dalam diri Cheryl sudah muncul, apalagi saat melihat kalau wanita itu malah dengan sengaja mendekat da
“Daddy!”Pandangan Dirga dia alihkan, dia memperhatikan El yang tengah melangkahkan kaki sampai ke arahnya. “Iya El, ada apa?” tanya Dirga dengan menggunakan nada bicara yang santai.“Hari ini adalah hari libur, jangan terus bekerja, temani El main.”Kalimat itu begitu jelas mengandung alasan dari larangan yang El berikan juga dengan keinginannya, sehingga tidak mungkin Dirga akan mengabaikan apa yang El inginkan.“Boleh, El mau main ke mana?” tanya Dirga sambil menatap Anaknya dengan tatapan yang begitu dalam.“Playground.”“Oke, akan Daddy temani, sekarang El ganti baju dulu ya, Daddy mau nyimpen pekerjaan dulu.”Sebuah anggukkan El berikan, hingga kemudian dia melangkahkan kaki ke arah kamar dengan ada orang yang membantunya mengganti baju, karena Cheryl belum datang sebab ada tugas yang harus dia selesaikan, sehingga dia berniat datang lebih siang.Di tengah perjalanan Dirga mengalihkan pandangan dan menatap Anaknya. “El, mainnya hanya ingin berdua dengan Daddy atau ajak Tante Che
“Om, beneran free sampai mau nganterin aku ke Kampus?” Cheryl masih merasa tidak enak dengan hal ini, dia menatap Dirga dengan tatapan yang begitu dalam.“Sebenarnya kamu masih menganggap saya sebagai atasan kamu atau menganggap saya sebagai pasangan kamu?”Pertanyaan yang baru saja Dirga ucapkan membuat Cheryl terdiam penuh dengan keseriusan. “Memangnya kenapa Om?”“Saya mengantarkan kamu, karena memang saya ingin bersama dengan kamu, bukan karena saya mempunyai waktu luang, sehingga tidak masalah bukan kalau saya sengaja meluangkan waktu untuk kamu?”Di sini Cheryl terdiam, dia sebenarnya memang masih merasa canggung. “Hihi, gak enak aja Om, kalau harus mengganggu waktu Om, hanya karena mengantarkan saya, padahal saya bisa pergi sendiri.”“Apa pun untuk kamu, maka saya tidak merasa terganggu.” Penuh dengan kelembutan Dirga mengelus-elus kepala Cheryl yang membuat senyuman murni di bibir Cheryl terukir dengan begitu jelas.“Makasih Om,” sahut Cheryl.“Sama-sama, honey.”Saat itu juga
Seorang wanita sudah duduk menunggu seorang anak kecil keluar, sampai kemudian dia mendengar ada banyak suara anak-anak dengan beberapa orang yang menunggu berjalan, hingga dia melakukan hal yang sama.Pandangannya dia edarkan terus, dia melihat kalau sudah banyak anak yang menghampiri orang tua atau penjemputnya, tapi dia belum melihat Anak yang menjadi alasan kenapa dia menunggu keluar.Kening wanita itu mengernyit dengan sedikit tanda tanya yang ada, karena di saat yang lain begitu berantusias untuk pulang sampai berlarian, dia malah melihat ada seorang Anak yang berjalan dengan langkah yang begitu santai dan wajah yang tak berekspresi senang.Wajahnya terlihat begitu datar, hanya saja dia tidak terlalu memikirkan hal itu, dia langsung melangkahkan kaki untuk menghampiri anak kecil itu, dia memasang wajah yang ceria.“El,” panggilnya saat El melangkahkan kaki melewatinya.Mendengar ada yang memanggilnya membuat El mengalihkan pandangannya, dia memperhatikan wanita yang sekarang ten
“Om,” panggil Cheryl dengan menggunakan nada bicara yang terdengar berbeda, bahkan Dirga sudah menduga kalau ada sesuatu yang Cheryl inginkan.“Mau itu, masuk yuk.”Pandangan Dirga teralihkan memperhatikan tempat yang Cheryl tunjuk, hingga kemudian Dirga mengernyitkan keningnya sambil menatap Cheryl tanda tanya.“Gak mahal kok Om, ayok!” ajak Cheryl dengan begitu serius.Mendengar kalimat Cheryl membuat Dirga sedikit syok. “Saya tidak mempermasalahkan harganya, bahkan saya bisa membuat pemotretan di Studio.”“Ah, maunya juga photobooth.”Mendengar keinginan Cheryl yang mungkin masih mengikuti keinginan sesuatu usianya, membuat Dirga hanya bisa menganggukkan kepalanya, hingga kemudian dia melangkahkan kaki mengikuti ke mana Cheryl melangkah.“Senyum dong Om, jangan datar terus kayak tembok!” pinta Cheryl dengan sangat serius.“Om ganteng tahu kalau senyum.” Cheryl terus-terusan menggoda Dirga agar dia mau tersenyum dan berujung dengan beberapa pose sudah ada sampai Dirga memperhatikan
“El, sudah malam. Tante pulang dulu ya?” Cheryl berpamitan dengan begitu baik, hanya saja dia melihat El menggelengkan kepalanya yang membuat Cheryl mengernyit.“Lho kok geleng? Kenapa? El kan harus tidur sekarang.” Cheryl terus memperhatikan El dengan tatapan yang begitu dalam, hanya saja El mengalihkan pandangan ke arah di mana Dirga berada.“Kenapa? Tante Cheryl kan harus pulang, besok dia harus kuliah, nanti datang lagi kok pas dia selesai kuliahnya untuk bertemu El.” Dirga sedikit memberikan penjelasan.“Tante, kenapa gak tinggal di Rumah Daddy?”Pertanyaan yang keluar dengan menggunakan nada bicara yang sangat santai itu membuat Cheryl terdiam, dia memikirkan apa yang harus dia ucapkan, sehingga berujung dengan dia yang memandangi Dirga dengan sebuah harapan kalau Dirga memberikan jawaban.“Emh ... gak bisa El, kan kalau orang yang gak punya status jelas itu gak boleh tinggal satu Rumah.” Cheryl berucap dengan nada yang sangat baik.“Banyak orang-orang yang tinggal di Rumah ini,