⚠️ BAB INI BERISI KONTEN DEWASA 21++ HARAP BACA DENGAN BIJAK.
**
Hidup pada era milenium kedua dari tahun masehi, kamu akan terbiasa dengan segala sesuatu yang serba cepat dan instan. Begitu juga dengan romansa.
Speed dating. Pernah dengar istilah itu?
Salah satu sarana untuk menemukan belahan jiwa secara efisien dan hemat waktu adalah Timber, aplikasi dimana kamu bisa bertemu orang-orang yang menarik minatmu dalam sekali swipe.
Dari puluhan kandidat yang lolos seleksi, hanya hitungan jari jumlah lelaki yang rela Eva temui di dunia nyata dari app ini—salah satunya adalah Nathan. Yonathan C
Menurutmu, apa yang akan terjadi jika sepasang lelaki dan perempuan dewasa yang jelas-jelas menguarkan vibrasi ketertarikan antar satu sama lain, diberi kesempatan untuk berduaan dalam satu kamar motel? Yap. Itulah yang terjadi antara Eva dan Nathan. They made love. Itu bukanlah pengalaman pertama bagi Eva, dan bukan juga yang terakhir. Namun dari cara Nathan membawa tubuhnya, tampak sekali kalau ini juga bukan kali pertama bagi lelaki itu. Untungnya, Eva tak ambil pusing atas status keperjakaan laki-laki ini, sebab yang jelas Eva rasakan adalah bersyukur karena telah melakukan treatment brazilian wax
Hari ini hari Minggu, hari di mana orang-orang seharusnya beristirahat dengan santai. Namun Minggu ini berbeda untuk Eva Sania, yang pada jam 9 pagi ini sudah berada satu mobil dengan Ika, berkendara selama satu jam terakhir menembus tengah-tengah kota Bogor. Hari ini Eva ada janji dengan balita berusia 3 tahun yang kemarin ia rebut coklatnya. Sebersit perasaan lega sempat mendarat di hati Eva setelah kemarin melepas beban di rumah Ika—Eva memutuskan untuk menginap disana sore itu. Kebetulan Yogi, suami dari Ika, sedang work trip di Garut. Ika kesepian, katanya. Tak berapa lama, lega itu harus cepat-cepat pergi ketika mobil melaju memasuki jalan utama gerbang perumahan
Ponsel di tangan Eva menampilkan jendela pesan W******p, dengan nama kotak ‘Nathan’. [huy va, gw baru sampe jkt nih. wanna hang?] Pesan itu terbaca dalam satu detik sapuan mata. Eva buru-buru menarikan jemari lentiknya di atas tuts keypad, mengetik balasan: [Hai. Hari ini gue lagi di bogor nih, nemenin ponakan.] Tak berapa lama, ponsel itu kembali bergetar. Nathan membalas. [yah… temenin gw nya kapan dong? :(...] Nathan merajuk dalam chat itu. [HAHAHA. Ya udah liat ntar malem yak, gue bisa free apa kaga.] [ok!] Eva tersenyum membaca persetujuan mereka. Tak ada janji, namun sepertiny
⚠️ BAB INI BERISI KONTEN DEWASA 21++ HARAP BACA DENGAN BIJAK. ** Eva mematut diri didepan kaca, memperhatikan pantulan bayangan seorang wanita yang menatapnya balik, sedang mengeringkan wajah dengan handuk kecil. Sambil bersenandung, Eva berencana menghidupkan wajah dengan riasan tipis, tanpa menggunakan bedak atau foundation, dan memusatkan perhatian di wajahnya dengan sapuan liptint yang membuat bibir perempuan itu merona natural. Menyisir alis dengan kuas spoolie kecil, dan menyugar rambut dengan jari setelah menyemprotkan dry sham
Hal terpenting yang harus dilakukan setelah bermantap-mantap adalah membersihkan organ reproduksi. Dan jika kamu adalah wanita, hal ini merupakan satu langkah mudah (yang jadi agak susah ketika kamu baru saja melakukan injeksi, vibrasi, dan ejakulasi beberapa detik sebelumnya), yaitu pipis. Mekanisme mengalirnya urin membantu membersihkan uretra dari bakteri, mencegah infeksi saluran kemih, dan bahkan penyakit menular seksual. Jadi, itulah yang berusaha Eva lakukan selama dua menit terakhir. Pipis. Eva duduk di atas kloset sambil memejamkan mata, memerintahkan organ intimnya untuk segera bekerja sama dengan kantung kemih dan segera pipis. ‘Ayo, pipis pipis pipis, keluarkah!’ Tok-tok-tok ... Suara di dal
Makan siang di kantor pusat CV Kurnia Pandora, perusahaan f&b besutan Bastian Cokro itu, riuh-rendah akan hiruk pikuk karyawannya. Sebagian besar dari pekerja di gedung itu terbiasa mengisi perut di satu kantin terbuka, tepat di area rooftop kantor Pandora.Nisa melangkahkan kaki yang dibalut sepatu berhak 3 senti dengan langkah setengah dihentakkan, melewati area kafetaria itu. Nisa mempunyai tujuan lain: kantor Bastian.Siang ini, perempuan muda itu kesal, sebab saat awal istirahat makan siang tadi, perjalanannya ke toilet perempuan menyebabkan dia tidak sengaja ‘menguping’ celoteh ghibah Kirana divisi HRD yang terkenal sebagai ratu gosip itu.“Seriusan, Fir! Pak Tian itu kabarnya beneran mandul. Coba deh, perhatiin, biasanya eksekutif-eksekutif muda macem dia itu gonta-ganti cewek, loh
[‘Selamat siang, selamat datang di Flash Headline bersama saya Reno Sebastian, akan menemani siang anda selama 30 menit kedepan dengan kabar berita terkini ....’] Suara bariton khas Reno memancar solo dari layar flat TV di ruang tengah apartemen Eva Sania. Sang empunya unit memandangi gambar bergerak itu tanpa semangat, membiarkan co-anchor-nya itu menguasai acara siang mereka sendirian. Kegiatan Eva sepanjang pagi adalah memeluk seember kecil es krim rasa nutella yang ia sendoki tak habis-habis dari tadi. Rambut perempuan itu acak-acakan, matanya berkantung dan lelah—tidak, bukan bengkak atau sembab akibat menangis. Cih, najis banget menangisi lelaki bangsat itu! Mengingatnya, membuat Eva menyendok kasar es krim dengan penuh dendam, untuk kemudian melahapnya tanpa ampun, tak mengindahkan gigi sensitifnya y
Siang itu jalanan Jakarta panas dan padat seperti biasa. Ajaibnya, Eva dan Dewi sampai di tempat tujuan dengan selamat tanpa terjebak macet yang berarti. "Di sini titiknya ya, Bu. Gedong studio chenel lima." Abang Driver berkata di balik roda kemudi, yang dijawab dengan sahutan kata 'Iya' hampir bersamaan oleh Eva dan Dewi. Eva agak gondok sih sebenernya dipanggil 'Bu', tapi dia coba menahan emosinya. Mereka baru saja hendak turun saat terdengar si Driver berdeham. "Ekhem, mohon maaf, Bu, tapi ini bayarnya pakai cash, ya?" Tangan Eva urung menarik pintu terbuka. "Pakai cash, Wi?" Pertanyaan itu dijawab dengan gerak-gerik Dewi yang mengaduk tasnya, mencari dompet.