Gemma Calista tidak pernah menduga kalau hidupnya akan tragis seperti itu, ia sangat mempercayai sang suami selama ini, ia bahkan rela melakukan apapun agar rumah tangganya tetap bertahan dengan Regi. Di perlakukan babu di rumah, jadi ibu sambung untuk emapt orang anak, ia juga membantu sang suami mencari uang dengan jualan kue secara online. Tapi semua pergorbanan Gemma ternyata semuanya sia-sia. Mendengar kalau sang suami menjualnya ke pria asing membuat hatinya hancur berkeping-keping. Bukan hanya itu, ternyata Regi dan Erina tidak pernah bercerai, itu artinya mereka semua membohonginya selama bertahun-tahun dan anak-anak yang ia jaga dan ia besarkan selama ini ikut membohonginya.
“ Kalian akan mendapat karma atas apa yang kalian perbuat padaku. Talak aku Mas. Ceraikan aku sekarang juga! Aku tidak sudi lagi tinggal di rumah ini,” teriak Gemma lagi dengan putus asa.
“Tidak, aku tidak akan melepaskanmu. Kamu dan anak yang kamu kandung akan jadi pohon duit untukku,” ujar Regi.
“Ingat kamu hanya seorang babu di sini, tidak lebih.” Ujar Erina lagi.
Hancur rasanya medengar semua yang dikatakan Regi, lelaki yang amat ia cintai selama ini ternyata iblis jahat. Ia hanya bisa mempermainkan wanita lemah sepertinya. Air mata Gemma mengalir deras, meratapi nasip malangnya.
“Makanya wanita jangan kepedean, baru dikasih sedikit rayuan saja kamu sudah klepek-klepek. Harusnya kamu ngaca dulu sebelum menemui lelaki mabuk itu,” ujar Erina.
“Aku akan melaporkan perlakuan kalian ke polisi,” ujar Gemma ia berdiri.
Erina mendorong Gemma ke sofa lalu Regi menahan tangannya dan Erina menamparnya bolak-bolak balik, kedua suami itu memukuli Gemma. Wanita malang itu tidak bisa melawan, ia lemas dan pingsan. Regi dan Erina menyeretnya ke gudang dan mengunci Gemma di sana.
“Bagaimana kalau dia mati?” tanya Erina,
“Dia tidak boleh mati dia akan jadi ladang penghasilan untuk kita,” ujar Regi.
“Aku punya ide. Kita kurung dia di sini sampai melahirkan,” usul Erina.
Regi diam memikirkan sesuatu, ia menatap gudang, lalu setuju mengurung Gemma di sana sampai dia melahirkan. Ada kamar mandi jug di gudang, saat Gemma pingsan lelaki jahat itu mengangakat satu ranjang untuk Gemma, ia juga meletakkan barang-barang Gemma di sana. Lalu mengikat kaki wanita itu dengan rantai.
*
Saat Gemma bangun, matanya menatap sekelilingnya ruangan itu itu terasa pengap karena dipenuhi banyak barang-barang yang tidak terpakai ditumpuk di sana.
“Aku di mana?” Gemma ingin bediri, tapi kakinya tertarik , ia menoleh ke bawah ternyata ia dirantai seperti binatang.
“Apa yang kalian lepaskan aku!”teriak Gemma.
Regi buru-buru turun, ia menatap Gemma dan menamparnya karena berisik,
“Mas jangan lakukan ini padaku, kamu tidak boleh berbuat seperti ini pada istrimu,” ujar Gemma.
“Aku ingin jujur padamu Gemma. Aku tidak pernah menangangapmu istri di rumah ini begitu juga dengan anak-anak.”
“Apa mereka juga tahu tentang apa yang kalian perbuat padaku?”
“Anak-anak juga tahu. Bagi mereka kamu hanya seorang pembantu yang akan mengurus semua kebutuhan mereka,” ujar Regi.
Tidak patuh dicontoh kelakuan Erina dan Regi, orang tua harusnya mendidik anak-anak mereka untuk bersikap jujur . Tapi Regi dan Erina justr mengajak anak-anak mereka untuk melakukan kejahatana untuk Gemma. Gemma mengusap air matanya, jadi pengobanannya selama ini sia-sia.
“Mas, jangan kurung aku ditempat ini, aku mohon. Aku akan melakukan apapun.”
“Yang perlu kamu lakukan kamu diam di sini, jika kamu berisik dan membuat keributan aku akan mematahkan tanganmu,” ancam Regi.
Gemma tidak ingin dikurung digudang, setelah Regi keluar dari gudang Gemma berteriak meminta tolong berharap para tetangga mendengar suara teriakkannya dan menolong.
“Keluarkan Aku dari sini! Tolong!”
Mendengar Gemma membuat keributan lagi Regi datang, lalu ia menutup mulut Gemma dengan kain, lalu menginjak tangan Gemma dengan kuat, wanita hamil itu hanya bisa meringis kesakitan dengan mulut dibekap kain.
“Kalau kamu berteriak lagi, aku akan mematahkan jari-jari tanganmu satu persatu,” ujar Regi, menarik jemari tangannya, “kamu masih mau berteriak gak. Aku akan patahkan ini!”
Gemma hanya bisa menggeleng meminta ampun. Gemma memilih diam, berharap ia dan bayinya bisa selamat.*
Beberapa Bulan Gemma dikurung di gudang.
Hampir setiap saat Gemma menerima hinaan dan pukulan dari Erina, juga dari Regi.
Hari itu Erina kembali datang membawa makanan juga membawa gunting, lalu ia membotaki rambut panjang Gemma sampai gundul.
“Aku benci memberimu makan tiap hari di sini. Kalau bukan karena kmu hamil aku sudah menusuk perut ini dengan gunting.” Erina mengarahkan gunting itu ke perut besar Gemma.
“Tolong bawa aku keluar,” bujuk Gemma.
“Apa kamu masih berharap Regi melirikmu?”
“Kalau kamu mengeluarkanku. Aku akan pergi jauh dan menghilang,” bujuk Gemma.
Pak!
Erina menamparnya lagi, “Kamu ingin keluar? Cium kakiku dulu,” ujarnya lagi, ia megangkat kakinya dan mengarahkan ke mulut Gemma. Gemma melalakukannya ia mencium kaki wanita yang penting ia bisa keluar dari sana.
“Jangan harap kamu bisa keluar dari sini. Kamu akan di sini sampai kamu melahirkan bayi setelah itu kami akan membuangmu ke laut,” bisik Gemma.
“Apa yang inginkan?”
“Kami ingin kamu melahirkan anak yang sehat. Sudah cepat makan!” Gemma menyodorkan piring berisi nasi dan satu tempe sebagai lauknya. Tidak ingin mati kelaparan Gemma memakannya dengan lahap walau hanya lauk seadanya, bahkan tanpa mencuci tangan.
Melihat itu Erina seolah-olah punya mainan baru, menyiksa Gemma jadi hal yang menarik untuknya. Ia tidak tahu menyiksa wanita hamil seperti itu, itu akan mendapat karma untuknya dan keluarganya,
“Tolong berikan aku minum,” ujar Gemma sesegukan.
“Kamu ingin minum, ambil dari sini.” Wanita jahat itu menumpahkan ke lantai dan meminta Gemma meminum dari lantai. Sudah sangat haus Gemma melakukannya Gemma menjilat air di lantai itu, ia diperlakukan seperti binatang. Mirisnya anak-anaknya melihat ibu mereka menyiksa ibu tiri, bahkan anak yang besar merekamnya dengan diam-diam. Mungkin suatu saat nanti mereka akan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan ibu mereka.
Mendengar Erina menyiksa Gemma, Regi pulang dan melihat istri keduanya dalam wujud yang memprihatinkan, rambut botak dan pakaian kotor dan compang camping dengan kaki diikat ia terlihat seperti ODJ.
“Apa yang kamu lakukan?” Regi menarik Erina dari gudang.
“Aku hanya ingin memberi pelajaran sama wanita ini.”
“Dengar kalau bayi dalam perutnya sampai meninggal kita tidak akan dapat uangnya. Kita tidak akan dibayar,” bisik Regi. Semua itu di dengar Gemma.
Ia menatap sang suami dengan penuh kebencian, ia bersumpah dalam hati kalau ia akan membalas perbuatan Regi dan Erina
*
Beberapa dikurung di gudang Gemma akhirnya melahirkan seorang anak laki-laki. Baru beberapa menit digendong Erina merebutnya darinya.
“Berikan bayiku. Apa yang ingin kalian lakukan?”
“Kami akan menjualnya,” ujar Regi.
“Sayang, kita harus lenyapkan wanita sebelum semuanya terbongkar,” bisik Erina.
Gemma terperangga mendengar bayinya akan dijual dan Regi ingin melenyapkannya. Saat mereka semua keluar, Gemma melarikan diri dari gudang berlari menghidari kejaran orang-orang suruhan Regi. Saat ia berlari ke arah jalan raya tiba-tiba mobil melintas dan menabraknya.
bersambung
Gemma kabur dari gudang, saat ia berlari ke arah jalan sebuah mobil berwarna hitam datang dari depan lalu. Bruaaak! Tubuh Gemma terhempas di jalanan. Pria itu mengira kalau ia menabrak orang gila yang sedang berkeliaran, sebagai seorang tenaga medis ia turun. Seorang wanita dengan berpenampilan compang –camping dan rambut botak tergelak di jalan. “Kamu tidak apa-apa?” “To-tolong selamatkan aku, mereka ingin membunuhku,” ujar Gemma lalu ia pingsan. “Siapa yang ingin membunuh?” tanya pria itu lagi. Ia menatap dan meneliti wajah Gemma dan matanya melotot bigung karena ia mengenalnya. "Gemma ...?" Melihat ada orang yang mengejar, ia mengendong dan memasukkannya ke jok belakang, melihat nyawanya dalam bahaya tidak membawanya ke rumah sakit tapi membawanya ke Villa * Setelah beberapa jam ia pingsan, Gemma akhirnya terbangun dan menyadari dirinya di tempat asing. “Aku di mana?” “Tidak usah bagun tubuhmu belum kuat,” ujar seorang pria yang berdiri membelakanginya.
Gemma baru saja melahirkan bayinya, wajar kalau ia mengeluarkan ASI . Ternyata pakaian bagian depan Gemma basah karena ASI-nya menetes dengan deras, setelah ia urut dengan kedua jarinya. Bongkahan di dadanya membesar bagai balon ditiup. Gemma menyembunyikan dari Zevandra Gemma malu. Untuk mengurasi rasa sakit di dadanya ia masuk ke kamar mandi dan mencoba mengeluarkannya dengan tangan. “Ini sangat menyakitkan,” Gemma meringis di kamar mandi. Ternyata dokter itu melihat dan mengetahui kondisi Gemma, dia minta ijin keluar dan membeli sebuah alat untuk memompa Asi. “Kamu pakai ini saja,” ucap Zevandra menyodorkan bag. “Ini apa?” “Itu menggantikan bayimu untuk mengeluarkannya.” Dengan cekatan Zevandra memasang alat tersebut dan mengajari Gemma cara menggunakannya. Ia juga membeli beberapa potong pakaian untuk Gemma pakai. “Terimakasih Pak,” ucap Gemma dengan gembira. * Gemma kembali memegang dadanya, pakaiannya basah lagi, padahal baru beberapa jam lalu ia mengeluarkannya
Melihat para penjahat itu masih bertahan di sana. Zevandra tidak ingin tinggal lama di dalam penampung air tersebut. “Kita keluar saja,” ucap Zevandra. Apa mereka sudah pergi?” tanya Gemma dengan wajah menegang. Tidak.” “Lalu … kenapa kita keluar?” “Saya bisa mati kalau lama-lama di dalam toren itu,” ujar Zevan. Ia keluar duluan dengan cara hati-hati, saat Gemma ingin keluar tubuh gemuknya kesusahan keluar. “Aku kesusahan keluar, bantu aku,” bisik Gemma. Lelaki bertubuh tinggi itu menarik tangan Gemma, tetapi terlalu susah karena berat badan Gemma sama seperti gajah bunting. Zevandra terpaksa masuk kembali ke dalam toren dan mendorongnya dari sana. Saat mereka ingin keluar, Buak! Ternyata Gemma terjatuh ke tanah menyebabkan suara, Zevandra dengan cepat melompat dan menarik tangan Gemma lalu menggulingkan tubuh gemuk itu ke semak-semak, sementara Zevandra berdiri di belakang gedung, sementara Gemma gendut terguling di lumpur di dalam semak-semak, ia terlihat seperti sapi yan
Setelah perjalanan yang sangat melelahkan mereka berdua masih berjuang untuk menemukan jalan untuk keluar dari sana.“Kita harus segera keluar dari sini.” Zevandra berjalan di depan.“Apa kita akan kesana lagi?” tanya Gemma, penampilan Gemma mirip ODJ dengan kepala botak, badannya yang gendut penuh lumpur ditambah jaket yang dipakai kekecilan memperlihatkan sebagian bongkahan di dada Emma.“Kita tidak bisa kesana lagi. Mereka pasti masih mengawasi villa.” Mata Zevandra berhenti lalu menatap Gemma dengan wujudnya yang sangat berantakan. Zevandra mengeluarkan ponselnya lalu pura-pura mengecek pesan, padahal ia merekam Gemma dengan penampilannya yang sangat berantakan. Tidak ada yang tahu untuk apa Zevandra mengambil foto Gemma diam-diam. Mana ada laki-laki yang mau peduli dan memberikan perhatian untuk Gemma. Tapi dr. Zevandra melakukannya, entah apa yang membuat dokter tampan itu tertarik dengan Gemma, lalu ia melepaskan kaos yang ia pakai dan memberikan untuk Gemma.“Gunaka
Setelah Gemma menghilang dan tidak ditemukan sama Regi, ia menambah orang-orangnya untuk menemukan Gemma baik hidup maupun mati.Hari ketiga setelah menghilang, Regi menelepon orang yang ia bayar menanyakan keberadaan Gemma.“Maaf Pak, kami tidak menemukan jejaknya lagi.”“Pekerjaan kalian tidak becus. Padahal saya sudah mengeluarkan banyak uang.” Regi memarahi para preman yang ia bayar.“Mungkin kami akan menambah orang untuk mencari target, tapi kami meminta uang tambahan lagi,” ujar preman tersebut.“Kamu gila! Hasil tidak ada malah meminta uang tambahan,” ujar Regi kesal.“Kalau bapak ingin kami cepat menemukannya, berikan uang tambahan untuk mencari kesana, kemari butuh biaya. Kalau tidak mau memberi tambahan, sabar dan tunggulah,” ujar lelaki itu lagi.“Kamu ingin memeras saya?” Regi berdecak pinggang.“Loh … kalau bapak ingin mempekerjakan orang –orang seperti kami, Bapak juga harus loyal jangan pelit memberikan uang. Kalau memang tidak punya uang banyak, cari saja sendir
Beberapa hari kemudian di rumah Regi.Pertengkaran Erina dan Regi akan berdampak pada psikologis keempat anak itu, terlihat dari putri mereka yang beranjak remaja, ia mengunci diri di kamar tidak keluar dari sana, ia habiskan waktu sepanjang hari hanya menonton, tapi tontonan yang belum layak ditonton seusianya. Kayana Ardina anak kedua Regi dan Erina baru duduk dibangku kelas tiga SMP.Diusianya yang beranjak remaja ia ingin mencoba banyak hal, termasuk soal pacaran. Saat anak-anak di kelasnya bercerita sudah punya kekasih Kayana penasaran, ia juga ingin punya kekasih. Saat ia ingin curhat dan ingin meminta pendapat dari Maminya, wanita itu selalu sibuk dengan geng sosialitanya, tidak ada waktu untuk Kayana.Lalu anak remaja itu mengikuti saran teman satu bangkunya, Kayana berkenalan dengan seorang teman laki-laki di media sosial, ia tertipu dengan foto profil karena menggunakan foto profil laki-laki tampan berseragam polisi dan mengaku seorang polisi. Kayana percaya karena sel
Regi dan Erina duduk di sisi ranjang Genta, pasangan suami istri itu diam, mereka tidak tahu harus menjelaskan mulai dari mana. Regi terlalu menganggap semuanya sepele dan berpikir kalau anak-anaknya tidak tahu karena mereka semua diam. Ia tidak sadar kalau Genta sudah dewasa.“Papi tidak tahu harus mulai dari mana. Kami melakukan itu karena ada alasannya,” ujar Regi.“Alasannya karena kalian berdua pasangan suami istri yang jahat,” ujar Genta.“AAA?” Mereka melonggo.“Apa yang sudah kamu ketahui?” tanya Regi.“Semuanya,” sahut Genta.“Genta, begini … tidak semua yang kamu lihat itu kejadian sebenarnya. Kami melakukan itu karena ada alasannya,” ujar Erina.“Alasannya karena kalian berdua ingin uang,” ujar Genta.“APA ….”Erina sampai melongo tidak bisa berkata apa-apa lagi. Tiba-tiba Regi berdiri lalu ia mengakui semuanya dan mengancam putranya supaya jangan memberitahukan siapapun.“Jika kamu memberitahukan pada orang lain , Papi tidak akan segan-segan menghukum kamu,” ujar Regi.
Setelah Gemma berubah jadi pendiam, Zevandra merasa bersalah karena membentak Gemma waktu itu, saat Gemma berlatih sendiri di kamar Zevandra mengetuk pintu kamar Gemma, wanita bermata melow itu membuka pintu dan mengeluarkan sedikit kepalanya. “Ya Dok?” “Saya ingin memberikan ini padamu.” Pria bertubuh tinggi itu menyodorkan sebuah suplemen kulit. “Terimakasih Dok.” Gemma berbalik badan dan masuk kembali ke dalam kamar. Gemma berdiri dipantulan kaca menatap tubuhnya dan menatap wajahnya, kulit wajahnya kusam tidak terawat kepalanya yang masih botak. Karena Erina membotaki kepalanya, tiba-tiba ia merasa sangat jijik melihat diri sendiri di kaca. Gemma mengepal tangannya dengam kuat, bayangan penghinaan Regi beberapa tahun lalu melintas di kepalanya. * Kembali ke masa di mana Regi menghina Gemma. Gemma pintar memasak, hari itu demi menyenangkan hati sang suami. Gemma memasak masakan yang enak untuk suaminya lalu ia mengantar ke kantor menggu