Share

Keping 8

“Suka baca puisi?” sahut Biru begitu saja, saat aku mengomentari namanya.

Aku tentu menggeleng. Aku suka membaca, tapi bukan tipe melankolis melambai-lambai.

“Kok tahu kalau ada puisi dengan judul namaku?” tiba-tiba wajah Biru tampak menahan rasa geli, dia melirik penuh arti Ibu yang sedari tadi mengawasi kami.

“Aku pernah bikin puisi saat SD dulu, judulnya Langit Biru,” jawabku begitu saja. Tak begitu menghiraukan bagaimana reaksi Biru tadi.

“Oh, begitu. Aku jadi tersanjung,” katanya, “berarti namaku menginspirasi.”

“Iya, mungkin ya Nak Biru. Biasanya kalau orang nulis itu kan sesuai alam bawah sadar. Seperti Jani ini,” Ibu tiba-tiba mencolek lenganku, tersenyum begitu lebar.

Aku meringis. Kenapa? Ada-ada saja sih.

Aku menoleh ke arah pintu gerbang di samping taman. Tampak begitu ramai, mungkin ada beberapa rombongan tamu datang. Semakin senja tamu-tamu begitu saja berjubel di halaman dan memenuhi seisi rumah.

“Senang bertemu denganmu lagi, Jani.” Katanya lagi.

“Terima kasih,” jawabk
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status