Hai temen - temen online !,
I'm back, kemarin tanggal 30 September, at the end of the month aku akhirnya dapet email untuk menandatangani kontrak dan siap lanjutin cerita ini.
Lil notes, cerita ini terinspirasi sama kehidupan seseorang yang aku harap bisa menjadi pelajaran buat kita.
Pelajaran apa ?.
Yang pasti tentang kehidupan, karena pelajaran tentang kehidupan gaada kuliahnya, gaada kursusnya, gaada modulnya dan gaada dosennya. Kita harus belajar tentang kehidupan dari hidup itu sendiri. Well, jangan terlalu serius !, semoga kalian enjoy sama ceritaku, aku juga menerima request tentang cerita apa yang pingin kalian baca.
Let me know !, kalian juga bisa DM aku di Instagram buat request cerita, see you !
Dua minggu setelah makan malam, Ji Eun belum juga punya kesempatan untuk bertemu dengan calon suami yang sangat ia rindukan. Tapi setidaknya mereka sudah bicara via telpon beberapa kali.Ji Eun lembur sejak kemarin, meski banyak pekerjaan yang sudah ia selesaikan, ternyata banyak juga yang masih harus dikerjakan. Waktu menunjukkan pukul 21.30.Gadis itu meletakkan kembali botol air minumnya.“Aigoo, kapan selesainya ?,” Gumamnya.“Eonnie..,” Aera masuk.“Eoh, ?.”“Aku boleh pulang duluan ?,” Tanya Aera ragu.“Tentu, pulanglah. Hati – hati di jalan, sudah larut,” Pesan Ji Eun“Ne, kamsahamnida.” Aera pun keluar dan tentunya pulang.“Astaga, mataku. Apa masih banyak, oh ? kurang lima lembar,” Ji Eun Kembali berusaha fokus karena tinggal sedikit lagi ia akan selesai. Setelah memeriksa laporan, ia harus mengirimkannya ke Kementrian Keuangan dan beberapa
“Pinggangnya kurang kecil, kalau kau mengecilkan bagian pinggangnya sedikit lagi, kurasa gaun ini akan sempurna.”“Ah, ne. Kulihat – lihat, tubuhnya sangat proporsional ya, kurasa kau cocok menggunakan konsep “The Queen”,” Ujar wanita berusia di pertengahan 30 tahun an itu.“Ah, benarkah ?, bolehkah aku memakai tiara ?,” Tanya Ji Eun.“Tentu, suamimu menatapkan budget yang cukup besar,” Jawabnya.“Benarkah ?.”“Ne. Hati – hati, aku akan melepaskan gaunnya sekarang,” Ujar si desainer“Ne.”“Tapi kau sudah cocok dengan model gaunnya kan ?.”“Ne, aku suka sekali dengan desainnya. Kau tidak pernah mengecewakan Ashley-ssi,” Ujar Ji Eun.Ashley Choi sudah dua tahun menjadi desainer langganan keluarga Ji Eun. Awalnya ibunya menemukan desainer muda dan berbakat ini pada acara Seoul Weekly Fashion, ia tertarik dengan
“Ah, aku tidak sabar untuk menyiapkan setelan dan sarapan oppa setiap paginya,” Celetuk Ji Eun seraya berjalan beriringan keluar dari butik.“Aku tidak sabar tidur bersamamu,” Ujar Hwan.Ji Eun mencibir, “Dasar mesum.”Hwan terkekeh, “ Ayo pulang, biar supirku membawa pulang mobilmu.”“Kita mau kemana ?,” Tanya Ji Eun.“Rahasia, ikut saja,” Ujar Hwan.Hwan menyiapkan kejutan kecil, sebuah makan malam sederhana di taman rumahnya. Ia sudah meminta Yuri untuk menyiapkan makan malam, dan sekretarisnya itu baru saja mengirimi pesan kalau semua sudah siap.Hwan menggandeng Ji Eun memasuki rumahnya menuju ke taman. Ji Eun menatap sekeliling dengan mata berbinar.Apa yang sudah disiapkan Hwan untuknya ?.“Tara.., kejutan kecil. Dinner spesial untuk calon istriku,” Ujarnya.Senyum terkembang di wajah cantik Ji Eun ketika melihat taman yang
Kejadian malam itu tentunya membuat Hwan kalang kabut. Ia terbangun dalam kondisi bingung, pengar dan pusing.Apalagi setelah melihat Ji Eun terbaring di sampingnya.Namun apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur.Yuri yang pagi ini baru saja tiba di rumah Hwan terkejut karena melihat Ji Eun dengan raut wajah yang membingungkan keluar dari kamar Hwan.“Annyeonghaseyo, samunim. Kenapa sudah ada disini sepagi ini ?,” Tanya Yuri.“Kau sendiri ?,” Ji Eun malah balik bertanya.“Aku sekretaris Daepyonim, tentu saja aku harus menjemputnya dan menemaninya sejak sepagi ini,” Jawab Yuri.“Ne, aku pergi dulu,” Pamit Ji Eun.“Samunim, kau belum menjawab pertanyaanku,” Ujar Yuri sambil menahan Ji Eun.“Aku kemalaman dan harus menginap disini,” Jawab Ji Eun singkat dan langsung melenggang pergi.“Apa ?, kemalaman, memangnya apa yang kau lakukan semala
Waktu menunjukkan pukul 07.30.Gadis cantik yang akan merubah statusnya itu sudah siap. Ia sudah mandi dan sedang memakai gaun indahnya.Seluruh mata yang ada di ruangan itu tertuju padanya.Seorang wanita berusia 30 tahun mengoleskan kuasnya dengan terampil, sesekali ia menoleh ke cermin untuk mengecek hasil pekerjaannya. Sementara seorang wanita yang lain sibuk merapikan rambut si gadis pengantin.Sepasang anting yang mungil nan indah sudah terpasang di telinga Ji Eun, begitupun dengan kalung Swarovski pemberian sang calon suami, yang hanya dalam hitungan jam akan menjadi suami sahnya.“Aku tidak akan menghabiskan banyak waktu untuk meriasmu, kau sempurna Agassi (nona),” Ujar si MUA.“Kamsahamnida.”Sementara penata rambut menggelung rambut coklat Ji Eun yg sepanjang siku dan memasangkan tiara kecil.“Kau tidak pernah mencoba jadi model, Agassi ?,” Tanya penata rambut.“Ah, tid
Waktu menunjukkan pukul 17.30.Hwan baru saja mandi dan mengeringkan rambutnya, sementara Ji Eun sudah berada di ruangan lain, sibuk dengan gaunnya.“Ji Eun-ah,” Panggil Hwan.“Ne oppa ?.”“Kau dimana ?,” Tanya Hwan.Ji Eun datang dengan gaun yang masih berusaha ia pakai.“Oh wow, aku suka warnanya. Sini biar kubantu,” Ujar Hwan seraya berjalan mendekat.Ji Eun mendekati Hwan sambil menahan gaunnya agar tidak terlepas dari tubuhnya.“Aku sebenarnya benci sekali melihatmu memakai gaun - gaun seperti ini,” Ujar Hwan.“Benarkah, apa ?, kenapa ?,” Tanya Ji Eun panik.Hwan tertawa melihat reaksi istrinya yang seketika panik, “Aku bercanda !, jangan panik. Aku hanya tidak suka milikku dilihat banyak orang,” Ujar Hwan.Ji Eun menghela napas lega, “Kau membuatku panik.”“Tapi kan ada hal yang hanya milikmu,
“Ah, Lelah sekali, mau kusiapkan air hangat ?,” Tanya Ji Eun.“Boleh, ayo mandi,” Ujar Hwan.Malam ini mereka sudah mulai tinggal di Hannam, seperti yang Hwan katakan, rumah ini tidak kosong kelompong. Masih ada perabotan dan pastinya kasur. Meski belum lengkap, mereka bisa melengkapinya nanti.Ji Eun melepaskan satu per satu perhiasannya di depan kaca dan menghapus riasannya, lalu meraih bathrobe sutra berwarna hitam dari gantungan.“Kau menyiapkan banyak hal,” Gumam Ji Eun.“Chagiya !,” Panggil Hwan.“Ne ?.”“Ayo,” Hwan menggandeng Ji Eun menuju ke kamar mandi.“Setidaknya aku harus memberi kenangan malam pertama kan ?, sebelum kau tahu rasanya hidup denganku yang sebenarnya.”“Sebenarnya ?,” Ji Eun mendongak dan menatap suaminya dengan tatapan bingung.Hwan tidak mengatakan sepatah katapun bahkan ketika mereka mandi.
Ji Eun hanya bisa tidur beberapa jam tadi malam, ia tidak menyangka kehidupan yg ia impikan selama ini hanya akan jadi khayalan. Ia berusaha menepis kenyataan dan berharap kalau yg Hwan katakan hanya mimpi.Tapi melihat Hwan yg tidak ada di sisinya pada malam pertama, dan ia mendengar desahan dari kamar lain, ini bukan mimpi.Seolah semua kisah manis yang terjadi sebelum pernikahan mereka hanya naskah drama.Waktu menunjukkan pukul 05.30 ketika ia menyerah untuk kembali tidur. Rasanya dia tidak mungkin bisa tidur lagi.Ia mencoba bangkit meski kepalanya berdenyut karena menangis semalaman dan kelelahan. Ia membasuh tubuhnya dan melihat wajahnya di cermin.“Apa aku kurang cantik untuk memikatnya ?,” Gumamnya pada sendiri.Ia membuka jendela kamarya dan tersenyum.“Rumah ini bagus sekali, udaranya, bahkan pemandangannya,” GumamnyaJi Eun mengikat rambut panjangnya dan beranjak keluar setelah mengenakan pak