Pagi di Desa Tengkorak. Setelah bersih-bersih, Dokter Malika membicarakan apa yang ia lihat semalam kepada Suster Anna dan Suster Amalia. Dokter Malika membicarakannya di kamar, tentunya secara diam-diam.
"Iya, Dok. Aku juga lihat kok! T-Tapi aku kira itu mimpi!" papar Suster Anna, kepada Dokter Malika. Suster Anna mengalami juga apa yang dialami oleh Dokter Malika.
"Aku lihatnya di jam 11 malam, Dok. Aku inget banget itu. Aku kan mau bangun, aku sempat lihat jam tangan udah jam 11 malam, tapi aku ngantuk berat, jadi tidur lagi kaya Dokter. Sewaktu aku mau tidur, aku sedikit melek, terus aku lihat ada perempuan pake pakaian putih lagi nangis di deket pintu kamar, Dok!" sambung Suster Anna, menuturkan kisahnya.
"Eh, kalau aku mah lihatnya dia lagi nempel di dinding, kaya cicak. Dan pas lihat itu, aku langsung ketindihan, dan lama-kelamaan aku malah tidur lagi. " Ucap Suster Amalia.
Suster Anna dan Suster Amalia, mereka berdua sama melihatnya, hanya saja di waktu yang berbeda.
"Saya kira, saya hanya bermimpi ternyata kalian juga melihatnya." Dokter Malika.
"Eh, apa jangan-jangan manusia serigala kalo malam berubah jadi manusia biasa?" duga Suster Anna.
"Hm, mungkin ya. Tapi masa iya? Bukannya dia dikutuk?" Suster Anna, tak yakin.
"Saya tadi malam kan lihat tranformasi dia ke wujud manusia. Kayanya itu memang dia deh." Dokter Malika.
"Ini udah enggak bener banget suasananya, gimana kalau kita pergi aja dari sini daripada ada kejadian yang aneh-aneh?" Dokter Malika, sangat ketakutan.
"Nah kan, kata aku juga, Dok! Makannya dari awal Dokter bicara mau ke sini, aku enggak setuju. Karena datang ke desa ini, sama aja kita mau uji nyali!" Suster Amalia, dengan cukup kesal pada Dokter Malika.
"Ah, sudah. Jangan salahkan Dokter Malika, Dokter Malika hanya menjalankan kewajibannya saja sebagai Dokter." Ucap Suster Anna, membela Dokter Malika. Suster Anna memang lebih dewasa sikapnya dibandingkan Suster Amalia.
"Di situasi seperti ini kita harusnya bersatu, jangan sampai formasi kita terkecoh karena manusia serigala yang misterius itu. Apalagi sampe marah-marah ke Dokter Malika!"
"Iya, sebelumnya maaf ya. Yasudah, sekarang kita pulang saja."
Suasana yang mereka rasakan semakin tak beres. Rencana mereka untuk menginap beberapa hari, malah hari ini mereka berdua merencanakan untuk pulang setelah menyuntikan obat demam kepada manusia serigala itu.
Pagi ini juga Dokter Malika, Suster Anna dan Suster Amalia bersiap untuk pulang ke Kota Majalengka, mereka bertiga membereskan koper serta barang bawaan mereka. Dokter Malika menyuntikan obat ke manusia serigala itu. Di saat mereka sudah siap untuk pulang, Nenek Sumitra datang, mereka bertiga pun menjelaskan segalanya kepada Nenek Sumitra.
"Jadi manusia? Itu tak mungkin! Itu tak mungkin! Manusia serigala itu tak bisa manusia kembali karena sebuah kutukan! Mungkin kalian bertiga hanya bermimpi. Selama ini saya yang mengurus dia, tapi dia tidak pernah berubah menjadi manusia kembali." Cakap Nenek Sumitra, tak percaya.
Mau tak mau karena mereka akan pergi, Nenek Sumitra memohon kepada mereka bertiga supaya tidak pulang terlebih dahulu sebelum manusia serigala itu bisa sembuh.
"Saya mohon untuk jangan meninggalkan desa Tengkorak sampai manusia serigala itu membaik, Dok, Sus. Karena kami hanya takut ada virus dan wabah. Semata-mata ini manusia serigalanya masih hidup, padahal dulu manusia serigala mati secara cepat."
"Dok, dulu di jaman kakek saya, ada virus dan wabaj penyakit yang melanda desa kami, wabah itu membuat desa kami dilanda kemiskinan selama beberapa tahun dan sekarang kami tidak mau masa lalu terulang kembali."
"Semisal pernyataan kalian itu benar dan misalkan saja jika kalian tidak nyaman karena itu semua, nanti malam saya akan temani kalian di sini. Bagaimana?"
Demi rasa kemanusiaan dan keprofesionalitasnya, mereka bertiga mengiyakan perkataan Nenek Sumitra dan tetap tinggal di sana, dengan syarat Nenek Sumitra harus menemani mereka bertiga di malam hari. Mereka kembali menaruh barang bawaan dan koper ke dalam kamar, mereka pula mulai merawat manusia serigala tersebut, ditemani Nenek Sumitra yang sedang mengelap wajah manusia serigala dengan kain yang dicelupkan ke air hangat agar bersih.
Di sisi yang lain, di SMAN 1 Nusa, di jam istirahat Sumelika sedang asyik menyantap mie ayam di kantin. Di tengah-tengah sedang menikmati mie ayam, Sumelika seketika terkejut ketika temannya yaitu Aisyah memberitahukannya bahwa ia telah dilaporkan oleh para perundungnya ke bimbingan konseling, dimulai dari Kevin, Fanny sampai Rani karena tuduhan kekerasan dan bullying. Ini cukup aneh, padahal jelas-jelas Sumelika hanya membela diri bukan merundungi mereka.
"Nanti pas lo ke ruangan BK, gue ikut ya, Mel. Gue takut kalo lo sampe dituduh bersama sama bu Panna yang udah terhasut sama mereka, dan lo malah masuk ke daftar merah ruangan BK. Terus kalo lo kagak dapet, auto kagak dapet surat tanda baik lo, Mel!" Aisyah, yang sangat khawatir dengan sahabatnya, Sumelika.
"Santai, Syah. Santai ..."
"Gue kan enggak salah, ngapain harus takut? Biar nanti gue yang bakalan urus ini semua di ruang BK." Ucap Sumelika, yang sangat santai. Ia melanjutkan menyantap mie ayam yang ada di meja.
"Aduh, lo mah. Memangnya lo apain mereka sih, Mel? Kok bisa mereka sampai masuk ke rumah sakit gara-gara lo." Tanya Aisyah, sangat penasaran tentang apa yang dilakukan oleh Sumelika kepada Kevin, Fanny dan Rani.
"Hehe, cuman dicakar doang." Jawab Sumelika, cengengesan.
"Hah?" Aisyah tercengang mendengarnya.
Kembali ke Desa Tengkorak, di siang hari, Dokter Malika dan kedua susternya disajikan hidangan nasi kuning beserta ayam goreng oleh Nenek Sumitra. Ciri khas nasi kuning dan ayam goreng yang dibuat oleh Nenek Sumitra sangat menggugah selera, berbeda jauh dari yang ada di kota dari citarasa dan sajiannya. Nasi kuning di sana masih disajikan dengan piring yang masih terbuat dari bambu yang diserut, lalu di atasnya diberi daun pisang, hingga membuat masakannya semakin lezat. Minum yang disajikan pula teh tawar hangat, yang daun tehnya pula diambil langsung dari perkebunan teh milik sendiri.
"Wah, makanannya sangat enak, Nek." Puji Dokter Malika.
Nenek Sumitra yang mendengarnya tersipu malu, "hehe, syukur atuh kalau suka mah. Karena Nenek buatnya juga dari bahan-bahan yang masih alami, enggak pake bumbu-bumbu instan, hehe." Ujarnya, memberitahu.
"Oh, pantas saja, Nek. Ini enaknya minta ampun, selama ini saya belum pernah memakan makanan seenak ini." Ungkap Suster Anna.
"Iya, Nek. Saya juga." Suster Amalia.
"Hehe, jangan gitu, ah. Nenek jadi malu."
"Oh iya, kalau kalian bosan, kalian bisa jalan-jalan di desa ini. Udaranya masih asri, jauh dari polusi. Dijamin kalian enggak bakalan mumet setelah mengurus manusia serigala." Kata Nenek Sumitra.
Dokter Malika merasa ingin melakukan jalan-jalan setelah Nenek Sumitra mengatakan itu. Lagipula, dia sangat butuh refreshing dan udara yang segar sekarang. Ia juga sangat bosan, biasanya di rumah sakit, Malika selalu bolak-balik kesana-kemari untuk memeriksa pasien yang berbeda, tetapi sekarang waktunya lebih senggang, bisa dibilang sangat senggang dan lebih banyak waktu luang.
Setelah makan siang selesai, Malika berjalan-jalan mengelilingi Desa Tengkorak, sebelum itu Malika ingin sekali berkeliling ke rumah besar ini. Ia lihat rumah ini bagaikan kerajaan yang ditinggalkan, tetapi sebenarnya ini hanyalah sebuah rumah konglomerat yang dulunya ditinggali keluarga terkaya-raya, yang sudah dikutuk. Di tengah-tengah itu semua, Malika mendapati sebuah ruangan yang sangat bau darah kering dan sesuatu yang busuk, aroma ini semua bersumber dari gudang. Karena rasa penasaran yang tinggi, Malika masuk ke gudang tersebut, mencari tahu ada apa di sana.
Klek!
Malika masuk ke dalam gudang, sesampainya di sana, Malika shock berat karena menemukan banyak sekali bulu-bulu serigala yang berserakan di mana-mana. Ia juga melihat banyak sekali tulang belulang dan kerangka tengkorak manusia serigala yang masih menyatu. Bau di sana sangat tak sedap, pencampuran darah kering, debu dan barang-barang berkarat, membuat Malika batuk-batuk. Tampak lantai di sana dipenuhi banyak darah yang sudah mengering, kemungkinan darah itu adalah darah dari manusia serigala.Selain semua itu, di sana terdapat banyak rak yang diisi dengan ribuan buku, terdapat juga kursi, lemari, bahkan batu air mancur yang sudah rusak. Masing-masing barang ditutup kain besar berwarna putih, tentunya setiap barang yang ada di sana dipenuhi hama dan debu. Malika menyesuri gudang, tanpa sengaja Malika menemukan sebuah buku yang sangat tebal di lantai yang kotor."Buku apa ini?" heran Dokter Malika.Buku yang ia lihat sepertinya sangat menarik. Namun, sayan
Di sisi yang lain, di tengah waktu senggangnya Dokter Malika sedang membaca kitab yang ia temukan di gudang, ia baca di kamarnya. Di dalam kitab serigala tersebut ditemukan banyak rahasia keluarga yang dikutuk menjadi manusia serigala karena sebuah harta karun. Pertanyaan di kepala Malika tentang keluarga ini sekarang telah ia ketahui dalam waktu sekejap."Di sini tertulis, kitab ini adalah kitab kutukan yang diberikan ratu serigala kepada keluarga Petni yang sejarahnya akan ditulis dengan sendirinya sesuai dengan kutukan yang sedang dan telah terjadi. Buku ini ditulis dengan kekuatan ratu serigala yang tersimpan di kitab ini secara otomatis. Setiap keluarga Petni yang mati, yang akan menjadi manusia serigala dan yang sedang menjadi manusia serigala, semuanya akan tercatat di dalam kitab ini. Setelah 7 generasi mendapatkan kutukan, maka kitab ini akan lengkap, lalu kitab ini akan tersimpan ke dalam museum yang ada di kerajaan serigala." Dokter Malika, yang membaca kitab itu de
Sedari tadi sore, Dokter Malika dan kedua susternya mengurus keadaan manusia serigala yang berteriak-teriak kesakitan, ditambah suhu badannya sangat panas bagaikan orang yang sedang dibakar hidup-hidup. Suster Anna dan Suster Amalia memakaikan tabung oksigen dan memasangkan alat denyut jantung ke manusia serigala, tampak sekarang manusia serigala itu dipenuhi dengan alat-alat medis seadanya yang mereka bertiga bawa dari rumah sakit. Dari alat pendeteksi denyut jantung, terlihat bahwa jantung manusia serigala itu berdetak dengan amat kencang. Selain itu, manusia serigala tersebut merasakan sesak napas yang parah, sampai ia terengah-engah.Dokter Malika dan para susternya kebingungan, karena mereka bertiga telah melakukan segala cara untuk membuat manusia serigala kembali normal, akan tetapi mereka sudah melakukan cara, hasilnya nihil, tak ada reaksi sama sekali yang ditimbulkan oleh manusia serigala itu.Sampai malam hari, keadaan tetap sama. Namun, suasananya
Sumelika dalam ketakutan yang luar biasa, para sahabatnya di kelas, sangat heboh ketika Sumelika menceritakan bahwa ia adalah keturunan serigala. Tampak sekarang Tania, Desti dan Aisyah berkumpul di bangku Sumelika untuk membicarakan tentang manusia serigala."Hah? Pantesan lo nyerang mereka bertiga sampe masuk ke rumah sakit! Ternyata ini toh penyebabnya!" Tania yang merasa tercengang dengan apa yang dikatakan oleh Sumelika."Aduh, kok bisa sih, Mel? Padahal kan selama ini lo normal-normal aja. Apa lo disantet? Atau dapet kiriman dari dukun gitu?" tebak Desti, tak percaya."Kagak, Des. Kata Pak Kyai Ujang sih gue kagak disantet, lagian kan gue udah diruqyah tapi kagak ada reaksi." Jawab Sumelika, menyakinkan."Jadi fix lo keturunan manusia serigala, Mel?" Aisyah, memastikan."Kagak tau juga sih, Syah. Nanti setelah Mama gue datang dari desa Tengkorak baru gue sama Papa tanya ke dia. Doain ya, Guys, supaya gue bukan keturunan seri
Malam semakin larut, di jalan raya kota Majalengka yang dipenuhi kendaraan, terlihat Nenek Sumitra tergopoh-gopoh sebari membawa bakul yang berisi kitab kisah keluarga Petni di trotoar. Dari siang, Nenek Sumitra berjalan kaki dari desa Tengkorak tanpa ditemani oleh siapapun dan tanpa kendaraan sama sekali. Nenek Sumitra lelah, Nenek Sumitra juga sampai berkeringat dingin, tetapi ia rela menahan semua penderitaan ini, demi bisa bertemu kembali dengan Malika, anak dari Tarini yang sudah ia ketahui sekarang. Tampak Nenek Sumitra mencari-cari rumah sakit Pelita Kesehatan, tetapi tak kunjung ia temukan. Ia menanyakan orang di sana tentang keberadaan rumah sakit Pelita Kesehatan dan katanya jikalau rumah sakit itu sangat jauh dari keberadaannya sekarang.Tak putus harapan, ia pun terus berjalan, hingga akhirnya ia menyebrang jalanan, tetapi tak sengaja mobil berwarna putih menyerempet Nenek Sumitra, seketika Nenek Sumitra terjatuh di sana. Pemilik dari mobil itu keluar, ingin melih
Dokter Malika tersadar di sebuah tebing yang di langitnya terdapat bulan purnama besar, mungkin ini adalah alam mimpi Malika. Di sama dirinya bertemu dengan seorang wanita tua serigala kemarin, tetapi manusia serigala itu berubah menjadi wanita tua berkebaya yang sangat cantik, ia mirip sekali dengan Malika."Aku Ibumu, Nak." Ucapnya, kesedihan mulai terpancar dari wajahnya."I-Ibu?" Malika tak percaya bahwa pertamakali ia bertemu dengan sang Ibu meskipun hanya di alam mimpi.Di saat Malika mengetahui bahwa itu adalah sang Ibu tercinta, seketika Malika memeluk Ibunya dengan erat. Sebenarnya Malika tak percaya kepada orang-orang yang baru ia lihat, tetapi sekarang entah mengapa orang yang mengaku bahwa itu Ibunya itu langsung ia percaya, mungkin ini adalah ikatan batin yang bisa dirasakan oleh Ibu dan anak."Bu, kenapa Ibu enggak bilang kalau manusia serigala di desa Tengkorak itu Ibu! Hiks-hiks-hiks." Malika menangis histeris di pelukan
Sumelika tak mau sampai sang Ibu dan dirinya menjadi manusia serigala, ia kira jika menjadi manusia serigala kita akan bisa berubah kapanpun, tetapi kita akan berubah selamanya. Sumelika harus berbuat sesuatu, ia mencoba mencari penangkalnya. Pertama, ia bertanya kepada Nenek Sumitra tentang penangkal, akan tetapi Nenek Sumitra berkata tak ada penangkalnya karena kutukan sudah terjadi 100 tahun yang lalu."Yang pasti tidak ada, tetapi mungkin jika dicari ada, Nak." Ucapnya, yang tak tahu pasti atau tidak.Ia pun bergegas ke rumah temannya yang sangat menyukai film serigala, Andra. Andra menyatakan tak ada solusi juga."Kagak ada kayanya, kutukan tetep kutukan. Lo tau kisah Malin Kundang? Dia dikutuk sama Ibunya jadi batu, dan kutukan itu kagak bisa dicabut lagi.""Tapi coba lo tanya ke temen lo yang lain, siapa tau mereka ada solusi yang bisa ngebantu lo." Sambung Andra.Sumelika akhirnya menemui Aisyah di pondok pesantrennya, keb
Di tengah malam, Aisyah, Desti dan Tania baru saja pulang dari pengajian akbar. Tampak mereka membawa makanan berkat yang sangat banyak sekali, tak sengaja mereka melewati jalanan pohon beringin, dan mereka melihat portal yang di depannya terdapat tas, tas itu tak asing bagi mereka. Aisyah menyadarinya, itu adalah tas milik Sumelika!"Hah? Jangan-jangan si Sumelika diculik sama makhluk ghaib?" duga Desti, khawatir."I-Iya, bisa jadi tuh! Soalnya kan dia manusia serigala!" ucap Tania."Aduh, gue takut deh kalo terjadi apa-apa sama si Sumelika!" papar Aisyah."Iya, gue juga takut! Mendingan kita masuk yuk untuk nolongin si Sumelika!" ajak Tania"Tapi ini kan b-bahaya, Tan!" Desti, ketakutan."Halah, ayo-ayo demi keselamatan sahabat kita, kita harus rela melakukan apapun!" Tania menarik pergelangan tangan Aisyah dan Desti lalu mereka masuk ke dalam portal waktu.Sebelummya Sumelika telah masuk ke dimensi waktu, terlihat