Bab 6
Mentari kembali bersinar, hari baru telah dimulai.
Aku kembali pada tugasku dirumah, mencuci, menyapu, memasak, membersihkan rumah, mengurus anak, tak ada hari libur untuk pekerjaan ini.Jam sudah menunjukkan pukul 10.00 pagi, semua pekerjaan sudah beres, si kecil pun sudah tidur. Waktu nya untukku beristirahat dan me time.
Ku buka aplikasi berwarna biru, berselancar di dunia maya untuk sekedar menghilangkan penat dan mencari hiburan.
Di tengah asik nya aku berselancar di aplikasi biru, tiba tiba masuk sebuah pesan atau inbox.
Ting...
Bunyi pesan melalui aplikasi sejuta umat itu.
[Assalamu'alaikum] bunyi pesan tersebut.
Aku penasaran, siapa orang yang tiba tiba mengirim pesan, kalau dari foto profilnya menandakan seorang laki laki.
Akunnya bermana "Sang kelana"
Penasaran, ku buka profil nya, dan mencari tahu siapakah dia?
Setelah melihat lihat foto dan profil nya akhirnya aku tahu siapa laki laki itu.
"Chalil"
Ya, dia adalah chalil. Mantan kekasihku sembilan tahun yang lalu.
Dia sengaja tidak memakai nama aslinya, aku tak tahu apa alasannya. Tapi dari fotonya aku masih sangat kenal, dia adalah laki laki dimasa laluku.
Dia juga mengirim permintaan pertemanan.
Ada rasa senang juga kaget, kenapa chalil menghubungiku lewat aplikasi biru?
Ingin sekali aku menjalin komunikasi lagi dengannya, apalagi aku berpisah secara baik baik dengannya. Tak ada masalah diantara kami.Namun, aku kembali mengingat mas farid, suamiku.
Dia pasti kecewa padaku jika aku mengkhianati kepercayaannya.Dia pernah berkata
"Dek, mas ijinkan adek main sosmed, asal adek bisa jaga diri jangan sampai buat yang enggak enggak. Kalau sampe mas tahu adek macam macam. Hp itu bakalan hancur mas buat. "Aku masih teringat ancamanbya itu, meski sedikit tersinggung dengan kata katanya yang pedas, aku hanya bisa mengangguk saja. Tak ingin beradu debat dengannya.
Ku abaikan pesan masuk dari chalil, ku biarkan saja inbox nya.
Namun, beberapa menit kemudian dia mengirimiku pesan lagi.
[Mirna, ini aku chalil] bunyi pesannya.
Aku tau tanpa dia menjelaskan karena sudah kubuka profil F* nya.
Tak kuhiraukan pesannya, aku menyibukkan diri dengan berselancar di grub emak emak yang hobi baca dan nulis.
Selang beberapa menit kemudian dia mengirimiku pesan lagi.
[Mirna, apa kabar? Apa kamu sudah menikah? ] bunyi pesan dari chalil.
Aku heran mengapa dia terus terusan mengirimiku pesan, apa dia masih berharap padaku, atau dia hanya gabut tak punya kerjaan, jadi iseng menghubungiku?
Kembali ku buka profilnya, kucari apakah ada foto wanita di postingannya.
Lama ku cari, tak ada satu pun foto wanita di postingannya. Dia hanya menampilkan foto nya sendiri. Ternyata sekarang dia sedang menempuh pendidikan magister di sebuah universitas negeri di kota yang sama dengan ku.
Aku penasaran jurusan apa dia belajar, ternyata dia mengambil jurusan hukum.
Wah, calon pengacara sepertinya.Aku kembali mescrol semua postingannya, ada beberapa foto dia bersama teman temannya. Tapi tak ada satupun foto nya bersema perempuan.
Apakah selama ini dia tak menjalani hubungan kekasih dengan wanita? Rasanya tak mungkin.
Atau dia sengaja menyembunyikan identitas wanitanya? Agar orang lain mengira dia masih single?
Entah lah. Hanya dia dan Tuhan yang tahu.
Disaat sedang asik asiknya bee sosmed, tiba tiba si kecil menangis.
"Ma.. Mah... " Rengeknya.
"Uuuuu.. Anak mama udah bangun ya? Mau mimik susu ya? "
Ku tinggalkan gawai yang masih menyala lalu Ku buatkan susu formula untuk sikecil.
Setelah meminum susu, si kecil Azka ku kembali tidur dengan pulas nya.
Jam 11.00 siang, waktunya untukku menyiapkan makan siang.
Aku beranjak ke dapur dan menyiapkan segala keperluan memasak.
Si kecil masih tidur di ayun, sesekali dia akan merengek, tapi setelah ayunannya ku goyang ia akan terlelap kembali.Jam 12.00 siang, tiba tiba mas farid pulang.
"Assalamulaikum"
Aku bergegas membuka pintu.
"Waalaikumsalam. Tumben pulang siang mas? " Tanyaku penasaran, tak biasanya ua pulang siang hari.
"Ada yang mau mas ambil, kamu udah masak? "
"Udah mas, mas mau makan sekarang biar mirna sajikan? "
"Boleh, taruh saja di meja makan"
Ia langsung masuk ke kamar, mengambil barangnya yang ketinggalan.
Aku beranjak ke dapur untuk menaruh nasi untuknya.
Tak berapa lama,
"MIRNAAA... " panggil nya dengan suara keras sampai anakku bangun.
"Ada apa sih mas? " Tanyaku heran tiba tiba ia memanggil nama ku dengan nada tinggi.
"Ini siapa? Kenapa ada notifikasi pesan masuk ke ho kamu? " Nada bicaranya mulai tidak menyenangkan.
"Maksud kamu apa mas? "
"Ini ada pesan masuk di HP kamu dari aplikasi f*"
Astagfirullah, jangan jangan itu pesan dari chalil tadi lupa ku hapus.
"Coba aku lihat mas? "
"Coba kamu jujur sama aku, sama siapa kamu chatingan? "
"Enggak ada mas"
"Kalau gak ada, lalu ini siapa yang kirim kamu inbox? Hantu? "
"Mas, aku gak chatingan sama siapa siapa, kamu percaya sama aku"
"Ini lihat, sang kelana mengirim anda pesan. Ini baca??? "
"Sini biar aku lihat? "
"Gak. Kamu udah mulai macem macem sekarang"
"Mas, mas lihat dulu isi pesannya jangan marah marah terus, kamu lihat aku ada balas tidak pesan dia? "
Mas farid mengecek isi gawaiku, dia sret layar andorid ke atas ke bawah, ia cari cari pesan yang masuk ke aplikasi biru di gawaiku.
"Ada gak aku balas inbok dia? Gak ada kan? "
"Siapa sangka kelana ini? "
"Aku gak tau" Jawabku singkat.
"Jangan bohong"
"Aku gak tahu mas"
"Ini dia bilang nama nya chalil? "
"Ya berarti nama dia chalil. Aku mana tahu kan gak aku tanggepin pesan dia""Apa dia kenal sama kamu, kenapa dia tanya kamu udah nikah atau belum? "
"Mungkin kawan aku waktu sekolah dulu mas"
"Jangan bohong kamu? "
"Buat apa aku bohong mas, kamu baca aja sendiri pesan dia"
"Mulai sekarang kamu gak boleh pakai hp lagi, hp ini aku sita."
"Loh mas kamu gak bisa gitu dong, aku beli hp itu pakai uang hasil jualan kue bukan uang dari kamu mas. Kamu gak berhak main sita begitu aja"
"Ini karena kamu udah macem macem"
"Macem macem gimana? Aku kan gak ngapa ngapain mas, aku gak balas inbox dari dia? "
"Gak, kamu gak boleh pakai hp andoid lagi. Mulai sekarang kamu pakai hp jadul aja yang gak ada kameranya"
"Kok kamu gitu sih mas? Itu kan hp ku? "
"Mau dengar suami gak? Kamu mau jadi istri durhaka? "
"Tapi mas? "
"Gak ada tapi tapian, mulai sekarang kamu gak boleh pakai hp ini lagi"
Ucapnya sambil membawa hp ku bersamanya."Mas kamu mau kemana? "
"Mau aku jual hp ini? "
"Jangan mas, itu barang berharga aku satu satunya? "
"Oh lebih berharga ini dari pada suami mu? "
"Bukan gitu mas"
"Udah, sana aku mau pergi. "
"Mas, jangan jual hp ku"
"Lebih baik aku jual atau ku banting? " Tanya nya membuat dadaku kembang kempis.
Tak ku sangka ia begitu emosi dan marah tanpa mendengar penjelasan dari ku.
"Jawab"
"Mas, kamu dengerin penjelasan aku dulu. Aku gak macem macem mas"
"Alah aku gak mau dengar apa apa lagi, sekarang kamu jawab. Mau aku jual hp ini atau aku banting sampai gak bisa kamu pakai lagi? "
"Jual" Ucapku sambil berurai air mata.
Dia pun pergi tanpa menyantap makanan yang telah ku hidangkan di atas meja makan.
Aku menangis, sakit, sedih, dan kecewa.
Kesalahan apa yang telah ku perbuat, kurasa aku tak melakukan salah padanya. Tapi, sebegitu marahnya dia padaku.
Part 7Selepas kepergian mas Farid, aku hanya bisa terduduk diam, lemas tak betenaga.Kesalahan apa yang telah ku perbuat sehingga begitu marahnya ia padaku?Padahal, aku tak membalas pesan yang dikirim chalil padaku. Bahkan aku tak menerima permintaan pertemanannya.Mas Farid benar benar terbakar cemburu buta, cemburu yang berlebihan.Kini, benda berharga satu satunya yang kupunya telah diambil olenhya. Entah benda itu akan dijual olehnya, entah kemana uang itu akan ia pakai aku tak tahu.Yang ku tahu, sifat nya semakin lama semakin membuatku jengah.Ia bahkan tak mau mendengar penjelasan dariku.Sakit sekali rasanya nya diperlakukan begini, aku seperti tak ada harga dimatanya.Percuma aku berjuang mati matian memperjuangkan dia dulu di hadapan ibuku. Ah kembali lagi aku mengingat masa itu. Kembali lagi aku teringat perkataan ibu.Betapa bodohnya aku dulu tak mend
Bab 8Aku mencoba menahan tangis sekuat tenaga, ku lihat mas Farid mulai menunjukkan amarah."Aku yakin, kau pasti telah bermain api dibelakang ku mirna" Ucapnya semakin membuat hati ini sakit."Terserah kau mau menuduh ku apa Mas, yang jelas aku sudah tak tahan lagi. Aku sudah sangat lelah menjalani rumah tangga ini""Katakan Mirna, apa laki laki yang bernama Chalil itu penyebab kau meminta pisah dari ku? ""TIDAK" Bantahku."Aku bahkan tak pernah membalas pesan dari nya, bukankah kau telah melihat dan membaca pesan darinya? Apa kau lihat aku membalas pesan nya? Tidak pernah""Lalu apa? Kenapa? Kenapa kau tiba tiba ingin pisah? Apa kau tidak memikirkan nasib anak kita? "Anak selalu menjadi senjata agar perempuan mengalah."Justru karena anak lah aku sudah bersabar selama ini, kalau bukan karena anak sudah dari dulu aku ingin bercerai dari mu""Enggak... Aku gak akan pernah menceraikan mu
"Dan kau percaya begitu saja omong kosong itu? " Tanya mas Farid menyangkal apa yang ku katakan."Percaya atau tidak, itulah kenyataan yang sebentar lagi akan kamu hadapi" Ucapku tegas."Mirna, kalau hanya gara gara mas kawin nu yang belum bisa ku ganti kau minta cerai, kau sungguh keterlaluan, kau matre, hanya karena harta kau tega ingin meninggalkanku""Apa kau bilang? Aku keterlaluan? Sudah berpuluh bahkan ratusan kali aku sudah mencoba sabar menghadapi keangkuhan dan keegoisan mu, bertahun tahun merasakan tekanan batin akibat perbuatan mu dan keluarga mu, bertahun tahun aku sabar, tapi kali ini aku sudah tak sanggup lagi"Aku berkata sambil menahan sesak yang semakin lama semakin membuncah di dadaku."Setelah mengalahkan ku, sekarang kau menyalahkan keluarga ku juga? ""Iya. Memang benar, keluargamu lah sebab aku semakin ingin cerai darimu. Apa kau tak ingat, ketika aku operasi cesar, satu pun keluargamu tak
"Jika kau tak mau menceraikanku, maka aku yang akan menggugat cerai" Entah keberanian dari mana, kata-kata itu berhasil lolos begitu saja dari mulutku."Kau keterlaluan Mirna" Bentak mas farid membuat Azka ku terbangun."Maa.... Maa.. Huaaaa.... " Tangisan Azka terdengar begitu kencang, mungkin ia terkejut mendengar bentakan suara ayahnya."Puas kamu ? Puas udah buat Azka nangis? " Tanya Mas Farid dengan tatapan penuh kebenciannya.Aku berlalu meninggalkannya, ku dekap azka kecil ku lalu ku elus punggungnya."Cup.. Cup.. Cup.. Sayang mama. Udah bangun ya? ""Ma.. Ma... Huaaa... "Aku merasa serba salah, jika aku bertahan dengan mas farid. Maka lahir batinku tersiksa, bukan hanya dari nya tapi dari ipar juga ibu nya.Namun, jika aku bercerai dari nya. Bagaimana nasib azka ku?Dia pasti kehilangan kasih sayang ayah nya, dia pasti akan jadi
Dengan sedikit malas, aku melangkah ke ruang tamu untuk menemui Mas Farid.Aku berjalan pelan, berharap waktu cepat berlalu, aku tak ingin bicara dengan mood yang tidak baik, bisa saja ucapanku akan menyakitinya.Aku semakin dekat dengan Tempat Mas Farid berada, ia menyadari kedatangan ku."Mir... Duduklah, mari kita bicara" Ucapnya sambil menarik tanganku untuk duduk disebelahnya.Sikapnya tiba tiba jadi lembut, mungkin karena ia takut aku meninggakannya? Entahlah sikapnya selalu saja berubah ubah."Mir... Katakan sama Mas, apa yang harus mas lakukan buat kamu? Kalau kamu minta emas ku kembali, mas akan usahakan Mir, tapi untuk sekarang mas belum punya buang. Kamu yang sabar dulu ya. ""Aku udah kehabisan kesabaran Mas, semakin lama aku sabar maka semakin tersiksa batinku. Lebih baik aku pulang kerumah orang tuaku saja""Jangan Mir, nanti orang tua mu kira aku usir
Part 12 Aku sudah sampai dirumah ibu, ku hentikan motor di depan rumah ibu. Ketika mendengar suara motor, ibu langsung keluar. "Mirna... " Panggil ibu yang berada di ambang pintu. Ibuku kaget saat melihat aku mengangkat koper. "Loh.. Mir, ada apa ini? " Tanya ibu padaku saat sampai di depan pintu rumah. "Mirna nginap disini ya buk? " "Loh ada apa ini mir, kenapa kamu bawa koper? Kamu lagi ada masalah sama Farid? " Tanya ibu seolah bisa membaca keadaan. "Boleh mirna masuk dulu buk? ""Ya masuk kah, sini azka ibuk gendong"Aku membawa masuk koper ke dalam rumah. Ku sandarkan tubuh di kursi lapuk yang telah setia menghiasi rumah ibu selama puluhan tahun. "Minum dulu mir, kamu pasti capek""Azka mana buk? ""Sudah tidur dikamar ibuk, dia ngantuk berat tu""Bolehkan kan buk mirna nginap disini? " "Mir... Ibuk gak pernah larang kamu nginap disini, tap
. "Mir.. Jika seandainya dalam seminggu ini Farid datang kesini bagaimana? " Tanya ibu penasaran. "Kalau dia bisa bawa cincin emas seharga mahar mirna, ya mirna akan pikir pikir dulu Bu""Apa kamu gak mau balik kerumah mu sama Farid? ""Entah lah Bu. Mirna rasanya udah lelah sama mas Farid, apalagi dengan keluarganya itu, menyebalkan sekali""Mir.. Apa kamu tahu, ibu dulu menghadapi ayahmu lebih dari kamu." Ucap Ibu mulai bernostalgia dengan masa lalunya. "Maksud ibuk? " Tanyaku tak mengerti"Meskipun farid bersalah, tapi Farid ibu rasa tak separah ayahmu dulu, meskipun kadang Farid suka marah marah, kasar, tapi dia tidak selingkuhin kamu kan? ""Iya sih buk""Apa kamu tahu, ayahmu dulu suka main perempuan, uang belanja hanya 3000 rupiah, sedangkan kalian bertujuh. Coba kamu pikir Apa cukup uang segitu Mir? "Aku tertegun mendengar penuturan ibu, sejahat jahatnya mas Farid ta
Farid datang kerumah ibu MirnaHari ini tepat empat hari aku berada dirumah ibu, tak ada tanda tanda kedatangan Mas Farid. Apakah ia lupa padaku? Atau mungkin ia belum punya uang untuk menebus Mas kawinku? Tiba tiba ponselku berdering.Segera aku menerima panggilan. "Hallo... Assalamu'alaikum" Ucapku memberi salam. "Waalaikumsalam"Pucuk dicinta ulam pun tiba, baru saja aku kepikiran dia. Mas Farid tiba tiba saja menelponku. "Iya, ada apa mas?" Aku masih cuek padanya, sebelum ia datang menjemput dan mengganyikan Emas ku, aku takkan pulang kerumah. "Bagaimana kabarmu Mir? ""Sehat""Azka gimana? ""Sudah tidur,""Kalian berdua baik baik saja kan Mir""Ya begitulah... " Dari nada suaranya, kedengaran seperti sedang menahan sedih. Aku tak yakin, apa ia benar benar sedih atau hanya dibuat buat agar aku luluh. "Mas besok datang kerumah ibuk Mir""Oiya? " Aku sedikit kaget mendengarnya, tapi aku tak boleh kel