Share

Part 5, Perbuatan Jahat Adik Ipar

"Apa maksudmu ayahnya Edo?" tanya nyonya Andin menatap tajam ke arah tuan Bram.

"Loh, memangnya kenapa? Chelsea bukan lah orang lain di keluarga ini, tetapi Chelsea sudah menjadi istri dari putra kita, Ibu," ucap tuan Bram begitu sangat ingin mengakui Chelsea di depan keluarganya.

"Aku benar-benar tidak habis pikir padamu, sarapan pagi ini membuat perutku tiba-tiba kenyang padahal belum ada satu suap pun yang ku masukkan kedalam mulut!" celetuk nyonya Andin bangkit dari tempat duduknya, lalu ia memalingkan wajah cetus nya.

Tuan Bram menghembuskan nafas, ingin sekali rasanya saat itu ia ikut bangkit dan memerintah istrinya duduk, karena sikapnya itu tentu tidak baik untuk dicontoh oleh orang-orang yang ada di meja itu.

Namun, sebelum semua itu terjadi, Chelsea menatap wajah tuan Bram dan memberikan sebuah isyarat, agar tuan Bram tidak melanjutkan rencananya.

"Eemm... Ibu, Ayah, lanjutkan saja makannya, aku masih banyak pekerjaan di dapur, aku permisi dulu." pamit Chelsea memutar tubuhnya membelakangi meja makan.

Langkah kaki Chelsea semakin menjauh dari ruangan itu, nafasnya tersengal menahan kekecewaan. Sementara nyonya Andin sendiri, saat itu memutuskan untuk kembali duduk di meja makan, karena hal yang membuat dirinya tidak nafsu makan adalah kehadiran Chelsea.

"Semuanya, kita lanjutkan saja makannya, ya," ucap nyonya Andin pada putra dan putrinya.

"Ya Ibu___"

Mereka semua menjawab dengan jawaban yang sama, lalu memulai menikmati sarapan pagi yang dibuatkan oleh Chelsea. Tuan Bram kala itu terdiam begitu saja, saat melihat anak-anak dan istrinya nampak begitu kompak dalam bersikap.

"Edo," panggil tuan Bram.

"Iya, Ayah," sahut Edo menoleh ke wajah ayahnya.

"Apa tidak ada sedikit pun keinginan di hati kamu untuk menyusul Chelsea dan mengajaknya sarapan pagi?" tanya tuan Bram menatap Edo dengan tatapan yang serius.

Edo terdiam, selera makannya kembali hilang saat ayahnya menyebut nama wanita yang sangat ia benci itu. Edo lalu merapihkan dasi dan saat itu ia bangkit dari tempat duduknya.

"Maaf Ayah, sepertinya pagi ini ada beberapa meeting yang harus saya hadiri, jadi lain kali saja," ucap Edo menolak secara halus.

"Oh, begitu. Baik lah, kau boleh pergi pagi ini dan melewatkan permintaan Ayah, tapi Ayah harap kamu tidak akan lupa dengan permintaan Ayahmu ini." jawab tuan Bram tersenyum getir.

Edo mengangguk kecil lalu berpamitan, ia pergi meninggalkan rumah dengan hati yang sedikit kesal, lantaran mendengar permintaan dari sang ayah mengenai Chelsea.

"Rasanya tidak sudi aku mengabulkan permintaan ayah, untuk apa aku bersikap baik pada wanita itu, aku sendiri yakin bahwa dia masuk dalam keluarga Wijaya semata-mata karena ingin hartanya saja." ungkap Edo bergeming pada dirinya sendiri.

Saat ia sedang terduduk dalam omelan kecilnya, tiba-tiba pintu mobil diketuk oleh Chelsea. Hingga membuat Edo terkejut saat menatap ke arah itu lantaran Chelsea menemuinya.

"Ada apa?" tanya Edo dengan sinis.

"Mas, aku dengar kalau hari ini kamu akan sangat sibuk menghadiri meeting di beberapa tempat, sebab itu aku bawakan bekal untukmu," ucap Chelsea menyodorkan sebuah kotak nasi yang sudah ia isi dengan berbagai menu buatannya.

Edo terdiam sejenak, ia tidak langsung menerima kotak tersebut, lantaran masih fokus menatap wajah Chelsea yang begitu sangat yakin dan percaya diri dengan perbuatan nya itu.

"Terima kasih, tapi aku sama sekali tidak butuh apapun yang kamu berikan padaku, Chelsea," tolak Edo dengan mantap.

"Mas, jangan begitu, kau ini adalah tulang punggung bagi keluarga mu, ada ayah dan beberapa wanita yang sedang kau perjuangkan atas masa depannya, dengan kerja kerasmu itu, jadi alangkah lebih baik kau terima makanan ini semata-mata untuk mereka, jika bukan untukku, istrimu." jelas Chelsea masih saja merayu Edo yang berhati batu.

Edo menelan saliva nya, kemudian ia akhirnya menerima kotak nasi itu dan dengan tangan yang sedikit kasar. Lalu setelah itu ia meminta Chelsea pergi dari hadapannya, Chelsea mengangguk pelan, melangkah mundur dan meninggalkan Edo sesuai dengan permintaannya.

Meskipun tidak terbalas dengan kebaikan dari Edo, namun Chelsea merasa sangat senang, lantaran akhirnya Edo menerima makanan yang ia persiapkan.

Chelsea hendak melangkah masuk untuk melanjutkan pekerjaannya, namun saat itu kaki Chelsea sengaja disenggol oleh Raras hingga membuat Chelsea tersungkur di hadapannya.

Gelak tawa antara Raras, Rena, dan juga Riri terdengar begitu bahagia ketika melihat kakak iparnya itu terjatuh mencium lantai.

"Auuwwh, kakak ipar, kau tidak apa-apa?" tanya Raras menahan tawanya.

Chelsea meringis sakit di bagian kakinya, mencoba bangkit sendiri karena ulah ketiga adik iparnya yang sudah sangat keterlaluan, namun saat hendak melakukan itu salah satu tangan Chelsea diinjak oleh Riri hingga membuat Chelsea semakin kesakitan.

"Auu, sakit Riri," rintih Chelsea.

"Sakit ya? Tapi aku tidak perduli dengan rasa sakit mu itu, kakak Ipar," ucap Riri dengan nada kasarnya.

"Tolong lepaskan aku, ini sakit sekali, kalau tidak, sepatumu akan melukai tanganku," pinta Chelsea berusaha untuk menahan.

"Mau lecet, patah sekali pun aku tidak perduli kakak ipar. Itulah akibatnya karena kamu telah berani menggoda kakakku!" pekik Riri tidak terima saat ia tahu Chelsea memberikan bekal makanan untuk Edo.

Chelsea menggelengkan kepala, ia tidak mengerti apa yang ada dalam pikiran ke tiga adik ipar yang justru menghukum dirinya ketika mengetahui bahwa ia berbuat baik pada kakak mereka, mereka sudah dewasa, meraka sudah tau benar bahwa Chelsea itu adalah istri dari kakak nya, dan mengapa mereka tidak suka saat Chelsea melakukan kebaikan pada suaminya?

Chelsea memohon, agar tangannya dilepaskan oleh Riri, dan saat itu Chelsea sudah menitikan air mata lantaran rasa panas akibat injakan kaki itu.

"Sudah Ri, sepertinya sudah cukup pelajaran pagi ini untuk dia," ucap Reni yang saat itu sedang memainkan rambut ikalnya.

"Oke, baik lah. Aku akan melepaskan dia, tapi satu hal yang harus dia tahu, bahwa sampai kapan pun, kita bertiga lah orang pertama yang sangat tidak suka dengan sikap manisnya pada kakak," seru Riri.

"Tentu saja, kalau hal itu kita tidak akan saling mendebat, sekarang lebih baik kita berangkat ke kampus, tidak usah urusi wanita tua ini." celetuk Raras yang sudah merasa puas dengan perbuatannya.

Chelsea ditinggalkan begitu saja dengan rasa sakit yang tertahan di pergelangan tangannya, ia tidak menyangka jika apa yang ia lakukan itu justru membuat ketiga adiknya murka. Chelsea bangkit perlahan lalu melangkah masuk ke rumah melalui pintu dapur, ia tidak mau jika keadaannya itu dapat mengundang tanya tuan Bram ketika melihat nya, karena pagi ini tuan Bram tidak memiliki jadwal di luar rumah. Ia akan menghabiskan waktu pensiun nya di rumah bersama nyonya Andin.

"Chelsea!!"

Suara nyonya Andin memekik memanggil Chelsea yang baru saja tiba di dapur, dengan kaki dan tangan yang masih terasa sedikit linu, Chelsea pun datang menghampiri nyonya Andin.

"Ya, Ibu," ucap Chelsea menghadap ibu mertua nya.

"Sikat kamar mandi Chelsea, kalau kamu telat melakukan itu, bagaimana jika terjadi sesuatu padaku dan tuan Bram! Apa kau bisa mempertanggung jawabkan semua itu, ha!" pekik nyonya Andin memerintah dengan kemarahan.

"B-baik Ibu, akan aku lakukan sekarang." jawab Chelsea segera memenuhi permintaan ibu mertua.

Saat hendak melangkah pergi, telpon rumah berdering, tuan Bram yang sedang duduk di ruang keluarga itu mendekati telpon dan memberikan isyarat pada Chelsea, juga nyonya Andin untuk diam.

Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nyaprut
lagian ada orang sebodoh seperti chelsea
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status