Share

Bab 21

Author: Ipak Munthe
last update Last Updated: 2025-01-30 22:43:09

Entah kemana tujuannya, yang jelas Ayunda terus melangkah tanpa arah dan tujuan membawa nasibnya yang begitu malang.

Tidak ada lagi tempatnya bersandar, mengadu apa lagi bermanja-manja.

Dia sendiri, sebatang kara dan penuh dengan kesedihan.

Dulu dia pernah hancur berantakan setelah mengetahui kehamilannya, kemudian Erwin pun datang seakan menjadi penyelamat dunianya.

Dia pikir Erwin adalah malaikat penolong yang sudah dikirimkan semesta untuknya, menutupi segala kepedihan dan menggantikan dengan cahaya kebahagiaan.

Tapi kenyataannya itu hanya sebuah sandiwara cinta yang sebenarnya tidak pernah ada.

Justru setelah menikah masalahnya semakin berat.

Semua tuduhan malah diarahkan padanya, seakan dirinya adalah tersangka utama dari semua ini.

Berbagai tuduhan pun terus menerjangnya hingga akhirnya tak ada tempat yang menerimanya lagi.

Hari semakin malam, melangkahkan kaki pun mulai terasa lelah.

Dia pun memutuskan untuk duduk sejenak di sisi jalanan.

Melihat sekitarny
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Ipak Munthe
siap Kak .. .... ....
goodnovel comment avatar
Ipak Munthe
heum...... ......
goodnovel comment avatar
Eka Vesa Longa
itu anakmu David , jahat banget Ayunda jadi pembantu ..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 22

    Diam rasanya sangat menyesakkan, sedangkan berbicara pun siapa yang akan mendengarkan? Semetara sabar rasanya sudah sangat menyakitkan. Akhirnya aku terdiam dalam kepiluan. Tusukan jarum ini terlalu dalam hingga melukai jiwa dan perasaan. Aku yang dulu selalu menghiasi bibir ini dengan senyuman manis kini mulai terganti dengan kesedihan. Menangis meratapi nasib yang penuh dengan kemalangan. Ini takdir atau kesalahan yang aku lakukan? Jika ini adalah takdir aku ingin mengatakan bahwa aku menyerah. Namun, jika ini awal dari kesalahan maka aku katakan bahwa aku menyesalinya. Bisakah semuanya berubah menjadi lebih indah? Rasanya raga ini tak lagi mampu untuk membawa semua ini. Aku yang penuh luka harus mengobati luka ku sendiri. Sampai disini aku tak percaya lagi ada cinta yang sejati. Sampai dititik ini aku tak lagi ingin menjadi wanita yang dicintai. Apakah aku terlalu mendramatisir keadaan ku? Tapi aku sudah terlalu terpuruk dalam luka ini, luka yang entah k

    Last Updated : 2025-02-01
  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 23

    Ayunda duduk di sebuah kursi meja makan, ternyata yang lainnya sudah selesai sarapan pagi. Dia sebagai orang baru tentunya masih bingung harus bagaimana dan melakukan apa. Hingga dia pun hanya duduk sambil meneguk mineral dan mengedarkan pandangannya. Akan tetapi dia merasa orang-orang disana begitu ramah padanya. Hingga saat dia kebingungan seorang wanita pun menghampirinya. "Kamu Yunda kan? Pembantu baru?" tanya wanita tersebut dan sepertinya mereka berdua seumuran. "Iya," jawab Ayunda dengan suara pelan. "Kenalin, aku Gia. Aku pembantu juga disini, tadi Buk Nining pesan. Kalau kamu masih belum mengerti tentang apapun itu disini tanya aja sama aku," ucap Gia dengan ramahnya. "Terimakasih," Ayunda pun merasa lebih baik karena ada pembantu yang ternyata begitu ramah. "Sekarang kamu sarapan dulu, disini kita bebas mau ngapain aja. Karena ini dapur khusus untuk pembantu," terang Gia lagi. "Oh," Ayunda pun mengangguk mengerti. "Kamu pasti mau sarapan? Mau bikin sarapa

    Last Updated : 2025-02-01
  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 24

    Ayunda menarik napas panjang setelah menghitung jumlah uang recehan miliknya yang baru dia keluarkan dari dompetnya. Dia hanya ingin membeli nasi goreng yang dijual di pinggir jalan sana. Entah kenapa dia ingin sekali makan nasi goreng malam ini.Untuk membeli makanan saja dia begitu kesulitan, jalan hidupnya benar-benar sangat rumit setelah malam bersama David terjadi.Ayunda sangat menyesali, sayangnya semua penyesalan tak ada gunanya sama sekali."Hidup ku benar-benar berantakan," gumamnya. Setelah mempertimbangkan antara pergi untuk membelinya atau tidak akhirnya dia pun memutuskan untuk pergi membeli. "Baiklah, kita beli nasi goreng," kata Ayunda sambil mengelus perutnya dan seakan berbicara pada calon anaknya.Ayunda tak dapat menahan keinginannya, sehingga dia akan berusaha untuk mendapatkannya. Dia pun mulai berjalan kaki untuk menuju tempat tujuannya, sebab jika menumpangi ojek apa lagi memesan taksi sudah pasti uangnya tidak cukup. Tapi, keinginan yang sudah begi

    Last Updated : 2025-02-02
  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 25

    "Hatttccciiiim." Akibat kehujanan membuatnya menjadi bersin-bersin. Bahkan saat sudah mengganti pakaiannya pun dia masih saja merasa kedinginan. Tapi meskipun demikian dia tetap ingin memakan nasi gorengnya. Dengan handuk di kepala dia pun menuju dapur dan membawa nasi goreng miliknya. Setelah mengambil piring dia duduk di kursi meja makan. Tentu saja tempat makan khusus pekerja yang telah disediakan oleh pemilik rumah. "Hatttccciiiim." Ayunda masih saja bersin-bersin, sesekali tangannya mengucek hidungnya yang terasa gatal. Tapi tidak masalah karena dia masih bisa menahannya, sambil terus menikmati nasi goreng yang penuh perjuangan ini. "Yunda, kamu dari mana?" tanya Gia yang baru melihat Ayunda. "Eh, Gia, tadi aku beli nasi goreng," kata Ayunda. "Wah kelihatannya enak." "Kamu mau?" "Aku masih kenyang, abis makan bakso," ucap Gia. Ah, mendengar kata bakso membuat Ayunda jadi ingin memakannya. Aneh rasanya, padahal dia masih belum menghabiskan nasi gore

    Last Updated : 2025-02-03
  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 26

    Setelah beberapa saat diam mematung menatap 4 buah mangga di tangannya akhirnya Ayunda pun memutuskan untuk memakannya. Anehnya lagi buah mangga tersebut terasa begitu manis di lidahnya, dia bahkan sampai menghabiskan tanpa sadar. "Rasanya manis banget sih, enak banget," ucapnya sambil kembali menatap pohon mangga yang menampakkan begitu banyak buah yang menggantung. Bahkan Ayunda memakannya secara langsung tanpa menggunakan pisau sama sekali. Sungguh keinginan seorang wanita hamil terkadang sedikit berbeda dari wanita lainnya. Namun kini tidak lagi berusaha untuk mengambilnya, memilih untuk kembali ke kamar lalu tidur. Saat pagi harinya dia pun terbangun, tapi dia merasa tidak nyaman. Rasanya begitu dingin dengan tubuh yang menggigil. Kakinya terasa nyeri dan terlihat bengkak, dia juga bingung melihatnya. "Hatttccciiiim!" beberapa kali Ayunda pun menggosok hidungnya karena terasa tidak nyaman. Sepertinya karena semalam kehujanan membuatnya menjadi seperti ini. N

    Last Updated : 2025-02-04
  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 27

    Sebenarnya Ayunda masih harus dirawat di rumah sakit, akan tetapi dia bersikeras ingin segera pulang. Selain karena merasa lebih baik, juga karena biaya yang dikeluarkan akan lebih banyak. Uang penjualan kalung miliknya tak seberapa, bahkan tidak sampai sepuluh juta. Sedangkan untuk satu hari di rumah sakit juga sudah terpakai beberapa juta karena mendapat penanganan yang bisa dikatakan cukup serius. Ayunda masih membutuhkan lebih banyak uang untuk biaya melahirkan, apa lagi dia belum membeli perlengkapan bayi sama sekali. Semuanya kini menjadi beban pikirannya, sejenak Ayunda kembali mengingat saat-saat dulu David memberikannya kalung tersebut. David mengatakan bahwa dia membeli kalung tersebut dari gajinya sewaktu bekerja dengan Zidan. Harganya memang tidak seberapa, tapi kenangannya begitu banyak. Namun, jika mengenang hanya membuat semakin terluka ada baiknya jika menjualnya, ini juga untuk keperluan dirinya dan darah daging David sendiri. Anggap saja itu sebagai

    Last Updated : 2025-02-04
  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 28

    Padahal baru saja Ayunda merasa sesuatu yang sangat besar, rasa yang sangat berbeda ketika makanan yang dia makan tangan David yang memasak. Dia juga tidak tahu apa sebabnya, bahkan saat pertama kali memasukan nasi goreng ke dalam mulutnya, ada pergerakan dari dalam sana. Mungkin janin tersebut merasa bahagia karena kembali mendapatkan sesuatu dari hasil buatan tangan ayahnya. Meskipun Ayunda tidak mengatakan pada David tapi dia juga tidak menepis anggapan itu. Sebab sudah sering kali merasa pergerakan lebih aktif ketika berdekatan dengan David. Mungkin saja dia tahu bahwa kini sedang berdekatan dengan sang ayah, ikatan yang telah tercipta sejak dini itu benar adanya. Sayangnya rasa penuh dengan kebahagiaan itu harus dipatahkan oleh ucapan David yang sangat menyakiti hati. Perasaan sensitif dan hati yang memang kini begitu rapuh. Hingga dia harus menelan nasi dengan menahan sesak di dada. "Ternyata ada kamu disini." Ayunda yang mendengar suara pun mulai tersadar dari l

    Last Updated : 2025-02-05
  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 29

    Isak tangis Ayunda pun pecah seketika itu juga, dia lupa akan janjinya pada calon anaknya sendiri untuk tidak lagi menangis. Dia lupa jika seharusnya lebih kuat dari sebelumnya. Kenyataannya hari-hari yang dia jalani terasa semakin menyakitkan hati. Dia bukan tidak ingin mengubah kesedihan menjadi kebahagiaan, mengubah kekecewaan menjadi kesenangan. Namun, hatinya belum mampu untuk tersenyum seperti yang dia inginkan. Dunia ini terlalu kejam baginya, setiap kali melangkahkan kaki serasa menginjak duri yang tajam. Luka tanpa darah jauh lebih menyakitkan dan lebih menyisak. Malam sebelumnya dia terlalu banyak menangis, malam ini dia lebih menangis lagi karena tamparan dari David. Ini sudah membuktikan bahwa Ayunda seharusnya tidak mengatakan apa-apa tentang anak yang ada dikandungannya pada David. Lagi pula David tidak akan pernah mengakuinya jika pun tahu sebenarnya, karena saat ini David telah menikah dengan seorang wanita yang pastinya dia cintai. Jika tidak rasan

    Last Updated : 2025-02-06

Latest chapter

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 55

    "Nih pakaian aku, kamu boleh pakai, kenapa sih kamu nggak beli pakaian baru aja. Aku punya tabungan, kamu bisa pakai," kata Tere. "Makasih ya, tapi aku nunggu gajian aja, aku sekarang hidup nggak cuman mikirin diri sendiri. Aku punya tanggungjawab, kamu ngerti kan?" tanya Ayunda. "Iya, sih. Tapi aku nggak minta kamu harus bayar," sungut Tere lagi. "Kamu simpan aja tabungan kamu, nanti kalau aku butuh banget aku pasti akan minjem langsung," kata Ayunda lagi dengan sangat yakin. "Ya udah deh." Tere pun mengerti dan kini dia kembali mengeluarkan sisa pakaian di dalam paperbag yang barusan dia ambil dari tempat tinggalnya untuk dipakai oleh Ayunda. Sebab, Ayunda tak memiliki pakaian bagus untuk bekerja. Bahkan pakaian yang dia miliki tidak begitu banyak. Ayunda sangat berbeda jauh dari yang dulunya. Bahkan saat keluar dari rumah dia hanya membawa pakaian di badan. Roda kehidupan memang berputar dan Ayunda berharap bisa melewati semuanya dengan sabar. *** Keesokan h

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 54

    Pekerjaan hari ini terasa begitu ringan, apa lagi mendapatkan bos yang baik seperti Yusuf. Bahkan Yusuf pun dengan senang hati mengantarkannya pulang. Bahkan, masih sempat menjemput baby Ken ditempat penitipan anak, apa lagi jalanya memang satu arah. "Terimakasih atas tumpangannya, Bos," kata Ayunda. Kemudian dia pun segera turun dari mobil Yusuf. Semetara Yusuf masih berada di dalam mobilnya, sebelumnya memang Ayunda yang mengemudikan mobil. Tetapi saat pulang berganti Yusuf lah yang mengemudi. Yusuf pun melihat wajah Ayunda dari jendela mobil. "Kau tidak ingin mengajak ku mampir? Dan, minum dulu?" seloroh Yusuf. Ayunda pun tersenyum mendengar ucapan Yusuf. Tapi sebenarnya tidak terlalu serius, karena Yusuf pun hanya bercanda saja. "Ayo masuk," kata Ayunda "Lain kali saja aku sudah tidak berminat," celetuk Yusuf. "Hehe," Ayunda pun cengengesan saat mendengar jawaban Yusuf. "Aku hanya bercanda, aku pulang dulu ya, sampai jumpa besok," pamit Yusuf. Sete

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 53

    Semangat pagi yang begitu luar biasa, bersamaan dengan terangnya cahaya sinar mentari yang menyinari bumi ini. Hari ini sepertinya cuaca selaras dengan perasaan hati Ayunda yang tengah berbahagia. Tidak seperti biasanya hanya cuaca yang indah tapi perasaannya sendiri begitu menyedihkan. Tetapi ini bukan tentang cinta, kenangan, apalagi ketertarikan. Ini tentang kehidupan yang siap dia mulai kembali dari awal, menata masa depan yang lebih baik demi putranya. Dengan pakaian sederhananya dia pun menatap penampilannya di cermin. Kemeja putih lengan panjang yang dilipat sampai siku dipadukan dengan rok yang berwarna hitam selutut. Dia mengenakan sepatu seadanya saja. Kemampuannya dalam berhias tidak perlu diragukan lagi. Sekalipun memakai pakaian yang sederhana tapi tidak lantas menenggelamkan kecantikannya. Kecantikan yang telah tertanam dalam dirinya bukan hanya sekedar kebaikan, tetapi keindahan yang begitu luar biasa. "Nak, Bunda minta maaf karena harus m

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 52

    Satu Minggu kemudian.... Ayunda kini tengah duduk sambil memangku baby Ken di depan kosannya. Pikirannya melayang jauh karena sampai saat ini belum memiliki pekerjaan. Sedangkan susu sang anak tinggal sedikit. Artinya dia harus segera membelinya lagi, tapi uang yang dia miliki kini sudah begitu menepis. Lalu kemana dia bisa mencari pekerjaan? Ayunda benar-benar kebingungan mencari uang untuk kebutuhan sang anak. Beruntung Ayunda telah membayar uang kosan hingga tiga bulan kedepan hingga dia masih memiliki kesempatan untuk mendapatkan uang sebelum jatun tempo pembayaran selanjutnya. "Ayunda?" kata seseorang. Ayunda pun bangkit dari duduknya sambil menggendong bayinya. Dia terus memperhatikan pria yang ada di hadapannya. "Yusuf?" kata Ayunda. "Iya," Yusuf. "Ya ampun, nggak nyangka kamu ada di sini juga. Kamu ngapain di sini? Kamu nggak ngekos di sini kan?" "Hehe, aku yang punya kosan ini," kata Yusuf. "Benarkah?" Ayunda pun mendadak malu mendengar ucapan Y

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 51

    Dua hari sudah baby Ken dirawat di rumah sakit, Ayunda tidak lagi stres memikirkan biaya rumah sakit. Sebab, uang yang dia dapatkan sudah lebih dari cukup. Bahkan ada sedikit sisanya. Meskipun cara mendapatkan uang tersebut cukup menyedihkan, bahkan akan di pandang lebih hina dari seorang wanita murahan. Paling tidak anaknya bisa terselamatkan dari sakitnya. Apa lagi dokter mengatakan jika besok keadaan anaknya semakin membaik lagi maka akan dipersilahkan untuk pulang. Hanya saja Ayunda yang kini mulai berpikir untuk mencari tempat tinggal yang baru. Dengan tekad yang kuat dia pun segera pergi mencari kosan walaupun mungkin hanya sepetak. Apapun yang terjadi dia harus bisa bangkit, dia tidak akan mau lagi tinggal di rumah David. Meskipun bekerja untuk mendapatkan gaji tapi lelah hati jika setiap harinya harus menelan pahitnya hinaan. Belum lagi setelah kejadian dua hari yang lalu dimana David yang membelinya, hanya saja David tak mau menyentuhnya dengan alasan jijik.

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 50

    David pun kembali memutar badannya dan menatap wajah Ayunda. "Kau butuh uang?" tanya David. Ayunda pun tercengang mendengar pertanyaan David. Dia bertanya-tanya apakah yang akan dikatakan selanjutnya oleh David padanya. "Aku tanya, kau butuh uang?" David pun kembali mengulangi pertanyaannya. Karena Ayunda hanya diam saja padahal sebelumnya mengatakan bahwa dia butuh uang. Ayunda meneguk saliva pahit mendengar pertanyaan David untuk yang kedua kalinya. Tapi kali ini dia pun mengangguk pelan, dia membenarkan apa yang dikatakan oleh David. Melihat anggukan kepala Ayunda seketika menciptakan senyuman pada bibir David. "Aku yang akan membeli mu kalau begitu!" kata David dengan entengnya. Sedangkan kakinya bergerak kearah pintu hingga tertutup dengan rapat. Degh! Jantung Ayunda berdegup 10 kali lebih kencang, sepertinya tidak menyangka jika David akan berkata demikian. "Kenapa? Berapa uang yang kau butuhkan?" tanya David lagi sambil berjalan mendekati Ayunda. Ses

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 49

    Ciittttttt!!!! David pun mengerem mendadak saat melihat seseorang yang tiba-tiba saja melintas di jalan. Tapi David merasa mengenali wanita tersebut, Ayunda yang berlari terburu-buru membuat David penasaran. Bahkan saat ini Ayunda pergi tanpa anaknya, sesaat Ayunda kembali berlari David pun menyusulnya. David memicingkan matanya melihat Ayunda memasuki sebuah hotel. "Hotel?" David pun bertanya-tanya mengapa Ayunda memasuki hotel tersebut. Tak lama kemudian David ikut masuk dan sampai di lobi. Dia berhenti melangkah saat melihat dari kejauhan secara jelas Ayunda bertemu dengan seorang pria. Tak lama kemudian keduanya pun memasuki lift. Entah mengapa David masih saja mengikutinya, sesaat kemudian dia pun segera memasuki lift. Tak sulit baginya untuk bisa masuk karena dia adalah pemilik hotel tersebut, meskipun orang-orang tidak banyak yang tahu. Sampai di lantai 5 David pun keluar dari lift, matanya melihat Ayunda bersama dengan seorang pria tengah berdiri di depan

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 48

    Tanpa bantuan David, ataupun orang yang bekerja di rumah David kini dia pun sampai di sebuah rumah sakit dengan menumpangi ojek. Rumah sakit terdekat karena keadaan anaknya sudah sangat memprihatinkan, beruntung kini anaknya tak lagi menangis setelah dokter memeriksanya. "Ibu, bayi anda terkena DBD dan harus dirawat," ucap sang dokter. Ayunda pun mengangguk lemah, dia pasrah pada keadaannya saat ini yang terpenting anaknya bisa kembali pulih. "Untuk biaya bagaimana ya, Dok?" tanya Ayunda. Dia masih memiliki uang, akan tetapi dia tidak yakin uang di tabungannya cukup untuk pengobatan sang anak selama dirawat di rumah sakit. "Saya tidak mengerti untuk itu, silahkan kebagian admistrasi, Bu," jawab sang dokter. Ayunda pun kembali menganggukkan kepalanya sambil berpikir keras dari mana bisa mendapatkan uang dengan jalan cepat. Apa lagi setelah bagian admistrasi mengatakan berapa kira-kira tagihan pengobatan yang harus dibayarkan. Jika Ayunda nekat membawa pulang anaknya denga

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 47

    "Ya ampun kamu demam, sayang," Ayunda pun terus saja mengayunkan tangannya berharap sang bayi bisa segera tertidur. Tapi sampai saat ini pun baby Ken masih saja menangis. Suhu tubuhnya juga terasa panas, sejak beberapa hari ini baby Ken sangat rewel. Ayunda juga mulai kewalahan untuk menenangkannya. Ditambah lagi dia belum berpengalaman sama sekali dalam mengurus bayi. Hidup sendiri diantara keramaian orang tanpa ada perhatian dari keluarga adalah hal yang sangat menyakitkan untuk seorang perempuan. Sekuat apapun seorang perempuan dia sangat membutuhkan kekuatan dari orang sekitarnya, sayangnya tidak semua orang bisa merasakan. Bahkan untuk sekedar pulang demi melepaskan beban sejenak saja tidak bisa. Tidak punya tempat untuk pulang itu sangat menyedihkan. Hanya orang-orang seperti Ayunda yang merasakan kesedihan ini. Mengenaskan. Hingga Ayunda menyadari bahwa ada bintik-bintik merah yang muncul di kulit baby Ken. "Kok ada bintik-bintik merah ya?" Ayunda pun

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status