Share

Bab 15

Akhirnya, karena bos itu memintanya dengan tulus, Yohan menerima amplop yang berisi 4 juta di dalamnya.

Dia mendapat makanan gratis dan menerima 4 juta setelahnya. Tidak ada yang lebih baik dari itu.

Yohan berdiri, dia sudah hampir kenyang, kemudian dia bersiap untuk menyapa Lusi.

Namun, begitu dia berdiri, dia melihat Bagas membuka pintu dan memasuki ruang pribadi tempat Lusi dan sahabatnya berada.

Liana yang ada di dalam ruang pribadi dengan penuh semangat menyajikan makanan kepada Lusi. Saat Lusi tidak memperhatikan, dia memasukkan pil kecil ke dalam mangkuk dan pil itu segera larut di dalamnya.

"Lusi, cobalah ini. Ini enak sekali, loh!"

Lusi mencobanya dan merasa ada yang aneh. "Hari ini aku merasa ada yang nggak beres denganmu."

"Itu perasaan kamu saja, jangan berpikir aneh-aneh. Ayo cepat makan, ini enak sekali."

Lusi masih merasa bingung dan merasa ada yang tidak beres.

Namun, dia tidak tahu di mana letak keanehan itu.

Dia mengambil piring dan sendok, dia ingin makan sepotong daging lagi.

Namun, tiba-tiba dia merasa lemas dan sendok yang dia pegang terjatuh.

Klang! Klang!

Namun, pada saat ini, ada suara ketukan di pintu.

Liana berdiri dan membuka pintu, kemudian mempersilakan Bagas masuk.

Lusi merasakan sesuatu yang tidak nyaman, tetapi dia masih berhasil menjaga kesadarannya. "Bagas, kenapa kamu ada di sini?"

"Kebetulan lewat." Bagas menatap Lusi dengan tatapan mesum.

Lusi memang memiliki sosok yang luar biasa, bahkan wanita pun akan tergiur.

Bagas tidak bisa menahan diri untuk menelan ludahnya.

Dia telah lama mendambakan Lusi.

Dulu, dia tidak berani melakukannya, karena selalu ada pengawal yang diam-diam melindungi Lusi.

Namun, baru-baru ini dia mendapat kabar kalau pengawal itu pergi karena suatu hal.

Ini memberinya peluang bagus untuk memanfaatkan situasi tersebut.

Lusi adalah wanita yang sangat kolot.

Selama Bagas mendapatkan tubuhnya, meski Lusi menolak, pada akhirnya gadis itu akan menikah dengannya.

Pada saat itu, dia tidak hanya akan bisa memuaskan keinginannya sendiri, tetapi dia juga bisa menjadi bagian dari Keluarga Mananta. Saat itu, kekuatan dan status Keluarga Bintoro pasti akan meningkat pesat.

Lusi agak panik, dia sadar kalau Bagas benar-benar berbeda dari biasanya, dia seperti menunjukkan sifat aslinya.

Pada saat ini, dia akhirnya menyadari ada sesuatu yang salah dan menatap Liana.

"Kamu memasukkan obat ke dalam makananku, 'kan?"

Dia langsung mengakuinya. "Ya, Bagas pria yang sangat baik dan tergila-gila padamu. Kalian berdua adalah pasangan yang serasi. Aku hanya membantumu."

Lusi merasa cemas dan marah, dengan sedikit tangisan dalam suaranya dia berkata, "Tega sekali kamu. Aku sudah menganggapmu seperti saudaraku, kenapa kamu mau menyakitiku?"

Liana tersenyum dingin dan tidak menjawabnya, tetapi memandang Bagas. "Tuan Muda Bagas, kita selesaikan di sini. Aku akan membantumu menjaga pintu, apa kamu keberatan?"

Bagas tertawa keras. "Aku nggak keberatan."

Setelah mengatakan itu, dia sudah tidak sabar untuk melepas bajunya dan berjalan mendekati Lusi

"Jangan mendekat ... pergi .... Aku ... aku akan berteriak ..."

Suara Lusi sangat lemah, dia tidak memiliki kekuatan apa pun di tubuhnya dan suara sekecil itu sama sekali tidak terdengar dari luar.

Bagas tampak serakah. "Teriak saja, semakin kamu berteriak, aku akan semakin bersemangat. Hahahaha!"

Bagas dengan paksa melepas jaket Lusi.

Tubuhnya yang sudah lemas merosot di kursi.

Matanya merah, saat ini dia diliputi oleh ketakutan yang sangat besar.

"Jangan ... tolong jangan lakukan ini."

Makin banyak Lusi memohon, Bagas makin bersemangat.

"Dasar wanita jalang, aku sudah mengejarmu begitu lama dan kamu nggak pernah menanggapiku. Sekarang kamu akhirnya ada di tanganku. Lihat bagaimana aku akan mengurusmu!"

Dia tiba-tiba membaringkan dan mengulurkan satu tangan meraih dada Lusi.

Lusi menutup matanya dengan putus asa.

Dia tahu kalau hari ini dia pasti akan ternoda.

Brak!

Pada saat ini, pintu dibuka karena di tendang oleh seseorang.

Liana yang berdiri di balik pintu, terjatuh ke depan dan terjatuh dengan keras ke lantai.

Setelah melihat dengan jelas apa yang terjadi, Yohan menutup pintu dan di saat yang bersamaan dia menjentikkan jarinya.

Sebuah jarum perak terbang dan menembus titik akupunktur Bagas.

Tangannya berhenti beberapa sentimeter dari dada Lusi, kemudian tubuhnya jatuh ke lantai.

Yohan berjalan cepat ke arah Lusi, meraih tangannya dan memeriksa denyut nadinya.

Tubuh halus Lusi gemetar dan saat dia mendengar pergerakan, dia pun membuka matanya.

Saat melihatnya, dia langsung terpana.

Sebenarnya Lusi juga sudah putus asa.

Tanpa diduga, seorang pria tampan muncul di hadapannya pada saat itu dan menyelamatkannya.

Sulit untuk mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata saat ini.

Yohan adalah satu-satunya penyelamatnya saat dia dalam kesulitan.

"Terima kasih telah menyelamatkanku."

"Jangan bicara dulu, aku akan menyembuhkanmu."

Setelah mengatakan itu, Yohan mengeluarkan jarum perak dan disinfektan yang dibawanya.

Dia mensterilkan semua jarum perak dan melakukan akupunktur pada Lusi.

Tubuh Lusi dengan cepat mendapatkan kekuatannya kembali dan dia menatap Yohan dengan mata berbinar.

"Terima kasih! Kamu punya keterampilan medis? Apa ini pengobatan tradisional? Sungguh menakjubkan."

Saat ini, dia sangat tertarik pada Yohan.

Yohan mengangguk. "Ya, ini adalah pengobatan tradisional."

Suaranya berubah menjadi dingin. "Apa yang akan kamu lakukan pada kedua orang ini?"

Ekspresi Lusi sangat rumit.

Tatapannya tertuju pada Liana, sampai sekarang dia masih tidak bisa memercayainya.

Sahabat yang begitu dekat dengannya justru akan melakukan hal seperti itu padanya.

"Biarkan saja, dia pasti punya alasan, ayo pergi."

Dia yang sangat baik hati itu tidak tega menyakiti Liana.

"Berengsek, apa yang kamu lakukan padaku?" Bagas mencoba bangun beberapa kali, tetapi gagal.

Dia terkejut saat mengetahui bahwa bagian bawah tubuhnya sudah tidak bisa merasakan apa pun.

Yohan berjongkok dan menampar wajahnya. "Kamu harus menerima ganjarannya karena melakukan hal buruk."

Dia mengeluarkan jarum perak dan menusuk beberapa titik akupunktur Bagas tanpa mensterilkannya

Lalu, mencabut jarumnya.

Bagas menyadari kalau dia sudah bisa berdiri, tetapi dia selalu merasakan ada yang tidak beres dengan tubuhnya.

"Apa yang kamu lakukan padaku?"

"Kamu suka bermain dengan wanita, 'kan? Kalau begitu, aku akan menghancurkan fungsi milikmu itu. Kamu nggak akan pernah bisa menggunakannya lagi seumur hidupmu!"

"Apa?" Bagas merasa ketakutan. "Nggak mungkin, aku nggak percaya kamu punya kemampuan itu."

Yohan mencibir dan dia juga malas untuk menjelaskannya, Dia meraih tangan Lusi, kemudian berjalan keluar.

Wajah cantik Lusi memerah.

Selain ayahnya, ini adalah pertama kalinya dalam hidupnya digandeng oleh lawan jenis, jantungnya pun mulai berdetak sangat kencang.

Yohan membawa Lusi yang masih dalam keadaan linglung keluar dari restoran hot pot.

Bagas yang masih di dalam ruang pribadi mencoba membangunkan miliknya itu dengan menggunakan metode fantasi.

Namun, tak lama kemudian, dia merasa putus asa.

Sama sekali tidak berguna

Dulu, dia bisa langsung berfantasi tentang Lusi.

Aura dingin yang tak terlihat menyelimuti dirinya.

Bagas mulai panik.

Tiba-tiba dia melihat Liana yang tergeletak di lantai dan dia berjalan dengan cepat mendekatinya.

Dia menjambak rambut Liana dan memerintahkan dengan paksa. "Buka mulutmu!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status