Setelah Abara selesai berganti pakaian, dia berjalan untuk keluar dari kamar dan menemui Bayu (Liyana) yang masih berdiri di dekat pintu kamar."Baik, saya sudah siap," kata Abara, dengan suara yang santai.Bayu (Liyana) tersenyum dan mengangguk. "Baik, Pak Abara. Saya akan mengantar Anda ke ruang makan untuk makan malam."Abara mengangguk dan berjalan bersama Bayu (Liyana) ke ruang makan. Saat mereka berjalan, Abara tidak bisa tidak memandang Bayu (Liyana) dengan mata yang sedikit lebih tajam. Dia merasa bahwa ada sesuatu yang berbeda tentang Bayu (Liyana) hari ini, tapi dia tidak tahu apa itu.Saat mereka tiba di ruang makan, Abara melihat bahwa nenek Liyana sudah menunggu mereka di sana. Dia tersenyum dan mengucapkan selamat malam kepada Abara dan Bayu (Liyana)."Selamat malam, Mas Suami," kata nenek Liyana, dengan suara yang hangat. "Saya harap kamu sudah siap untuk makan malam."Abara mengangguk dan duduk di kursi tengah utama yang disediakan untuknya. Bayu (Liyana) juga duduk di
Setelah mereka berdua selesai tertawa dan bercanda, Abara dan Bayu (Liyana) memutuskan untuk menonton TV bersama. Mereka berdua duduk di sofa, dengan jarak yang tidak terlalu jauh.Abara memilih saluran TV yang menayangkan acara bola, dan mereka berdua menontonnya dengan tegang, tertawa dan bercanda. Malam itu, suasana di rumah Abara menjadi lebih tenang. Abara duduk di ruang tamu, menonton TV sambil minum teh. Bayu (Liyana) duduk di sebelahnya, sembari membaca buku.Nenek Liyana sudah tidur, dan rumah menjadi lebih sunyi. Abara merasa bahwa suasana malam itu sangat nyaman, dan dia merasa bahagia karena bisa menghabiskan waktu bersama Bayu (Liyana).Saat Abara menonton TV, dia tidak bisa tidak memperhatikan Bayu (Liyana) yang duduk di sebelahnya. Dia melihat bahwa Bayu (Liyana) sangat fokus membaca buku, dan dia merasa kagum dengan ketekunan Bayu (Liyana).Abara merasa bahwa dia ingin mengobrol dengan Bayu (Liyana), tapi dia tidak tahu apa yang harus dia katakan. Dia hanya duduk di s
Bayu (Liyana) membuka mata dan terbangun dari tidurnya di sofa, ia masih sedikit bingung, ternyata mereka ketiduran di sini. Ia juga merasa sedikit lelah dari menonton TV semalam. Dia melihat Abara masih memeluknya dengan erat, seperti tidak mau melepaskannya. Bayu (Liyana) merasa sedikit tidak nyaman dengan situasi ini, karena dia masih menyamar sebagai Bayu, asisten Abara.Dia berusaha untuk melepaskan diri dari pelukan Abara, tapi Abara seakan tidak mau melepaskannya. Bayu (Liyana) harus berhati-hati agar tidak terbongkar identitasnya yang sebenarnya. Dia tidak ingin Abara mengetahui bahwa dia adalah Liyana, istri Abara yang hilang."Abara, saya harus bangun," kata Bayu (Liyana), dengan suara yang berat, berusaha untuk tidak terdengar seperti Liyana.Abara membuka matanya dan memandang Bayu (Liyana) dengan agak sedikit kaget. "Maaf, Bayu," kata Abara, dengan suara yang masih serak. "Saya tidak sadar bahwa saya memeluk kamu."Bayu (Liyana) tersenyum dan memandang Abara dengan rasa m
Bayu (Liyana) memutuskan untuk setuju dengan keinginan Sapphire. "Baik, saya akan mendekatkan kamu kembali dengan Bara," kata Bayu (Liyana), dengan suara yang lembut dan tidak nyaman. Sapphire tersenyum dan memandang Bayu (Liyana) dengan rasa puas. "Bagus, Liyana," kata Sapphire, dengan nada yang sedikit sinis. "Saya akan memberikan kamu instruksi tentang apa yang harus kamu lakukan." Bayu (Liyana) merasa sedikit tidak nyaman dengan situasi ini, tapi dia tidak memiliki pilihan lain. Dia harus melakukan apa yang Sapphire inginkan jika dia ingin selamat. Sapphire memberikan Bayu (Liyana) instruksi tentang apa yang harus dia lakukan untuk mendekatkan dirinya kembali dengan Bara. Bayu (Liyana) mendengarkan dengan saksama dan berusaha untuk mengingat semua instruksi yang diberikan. Setelah Sapphire selesai memberikan instruksi, dia memandang Bayu (Liyana) dengan rasa puas. "Baik, Liyana," kata Sapphire, dengan nada yang sedikit sinis. "Sekarang, pergi dan lakukan apa yang saya inginkan
Keesokan harinya, Bayu terbangun dengan masih sedikit sakit dan bingung. Dia tidak ingat apa yang terjadi malam sebelumnya, tapi dia merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Dia mencoba untuk mengingat, tapi ingatannya masih kabur.Bayu berusaha untuk duduk dan melihat sekitarnya. Dia berada di kamar tidur, dan Bara sedang duduk di samping tempat tidurnya, memandanginya dengan rasa khawatir."Bayu, kamu baik-baik saja?" tanya Bara, dengan suara yang lembut dan khawatir.Bayu menggelengkan kepala, masih mencoba untuk mengingat apa yang terjadi. "Apa yang terjadi malam kemarin?" tanya Bayu, dengan suara yang lemah dan bingung.Bara memandang Bayu dengan rasa khawatir. "Kamu pulang dalam keadaan mabuk malam kemarin," kata Bara, dengan suara yang lembut dan khawatir. "Saya tidak tahu apa yang terjadi, tapi Nenek Liyana ada di sini dan dia sangat khawatir tentang kamu."Bayu memandang Bara dengan rasa bingung. "Nenek Liyana? Apa yang dia katakan?" tanya Bayu, dengan suara yang masih lema
Bara mengangguk setuju dengan Bayu. "Aku setuju, kita harus menemukan Liyana secepat mungkin," kata Bara, dengan suara yang serius. "Tapi kita harus berhati-hati, karena kita tidak tahu apa yang kita hadapi."Bayu memandang Bara dengan rasa tekad. "Aku tidak peduli apa yang kita hadapi, aku hanya ingin menemukan Liyana dan membawanya pulang," kata Bayu, dengan suara yang kuat dan tekad.Bara memandang Bayu dengan rasa hormat. "Aku tahu kamu bisa melakukannya, Bayu," kata Bara, dengan suara yang lembut. "Kita akan bekerja sama untuk menemukan Liyana dan membawanya pulang."Tiba-tiba, telepon Bara berdering. Bara memandang layar telepon dan melihat bahwa panggilan tersebut dari Sapphire, seorang yang sudah ada lama di hidup Bara. Bara memandang Bayu dan mengangguk sebelum menjawab panggilan tersebut." Halo, Sapphire. Apa yang terjadi?" tanya Bara, dengan suara yang ramah, namun sebenarnya jengkel.Sapphire terdengar sedikit tergesa-gesa di ujung telepon. "Bara, aku ingin bertemu dengan
Bayu dengan cepat meminta Bara untuk pulang, meninggalkan Sapphire yang masih berdiri di tempat. Bara masih terlihat terkejut dan sebenarnya penasaran setelah mendengar kabar tentang Liyana dari Sapphire."Aku tidak bisa percaya ini," kata Bara, dengan suara yang keras. "Aku harus melakukan sesuatu untuk menyelamatkan Liyana."Bayu memandang Bara dengan ekspresi yang khawatir. "Kita harus berhati-hati, Bara. Kita tidak tahu apa yang kita hadapi, apalagi terhadap wanita ini," kata Bayu, dengan suara yang berbisik.Bara mengangguk pelan, tapi masih terlihat terobsesi dengan apa yang dikatakan oleh Sapphire terhadap Liyana. Bayu tahu bahwa dia harus menjaga Bara agar tidak melakukan sesuatu yang berbahaya.Sebelum mereka pulang, Sapphire memanggil Bara dan Bayu untuk berhenti sejenak. "Tunggu, Bara," kata Sapphire, dengan suara yang serius. "Aku ingin membantu kamu menemukan Liyana, Tapi, kamu malah begini," terang lagi Sapphire "Jangan sok peduli Sapphire, kamu aja tidak tahu bagaiman
Setelah diketuk tiba-tiba saja pintu di buka dari luar, bara lupa untuk mengunci pintu kamarnya.Abara pikir yang masuk ke dalam kamarnya itu Bayu, ternyata bukan!Bara terkejut ketika Nenek Liyana yang memasuki kamarnya. "Nenek, apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Bara, dengan suara yang pelan dan terkejut.Nenek Liyana tersenyum dan berjalan menuju tempat tidur Bara. "Aku ingin tidur di sini, mas," kata Nenek Liyana, dengan suara yang lembut dan santai.Bara merasa tidak nyaman dengan kehadiran Nenek Liyana di kamarnya. "Tapi, Nenek, ini kamar pribadiku," kata Bara, masih dengan suara yang pelan dan tidak nyaman.Nenek Liyana tersenyum lagi dan duduk di atas tempat tidur Bara. "Berarti ini juga kamarku, Kitakan suami-istri. Lagi pula aku tidak akan mengganggumu, mas," kata Nenek Liyana, dengan suara yang lembut dan santai.Bara merasa tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dia tidak ingin membuat Mak Lampir itu marah, tapi dia juga tidak ingin Nenek Liyana tidur di kamarnya.Bara me
Ketika Bayu dan Nenek Liyana sedang berbicara di ruang tengah, terlihat lelaki tampan itu baru pulang dan Bara langsung memasuki kamar, dia langsung menuju ke tempat tidur dan melemparkan dirinya ke atas kasur. Nenek Liyana mengikutinya dan masuk ke dalam kamar, namun Bara memohon untuk kali ini dia ingin tidur sendiri. Nenek Liyana menyetujui dan membiarkan Bara sendirian. Sekarang nenek Liyana mencoba agar menjadi sosok yang lemah lembut serta penurut dan tidak tantrum lagi agar Bara semakin percaya bahwa dia adalah Liyana istrinya. Ia pun membuatkan Bara sendirian untuk menenangkan diri.Namun, ketika Bayu masuk ke dalam kamar untuk mengambil pakaiannya, dia melihat Bara sedang tertidur dan mengigau. Bara menyebut nama Liyana dan rindu padanya. Bayu melihat itu merasa sedih dan khawatir. Dia mendekati Bara dan merasakan suhu tubuhnya. Ternyata Bara demam dan sedang sakit."Aku akan mengompresmu, Bara," kata Bayu pelan-pelan.Bayu mengambil handuk kecil dan merendamnya dalam air din
Setelah mereka berempat berbicara dan berbagi perasaan, mereka memutuskan untuk melanjutkan hari mereka dengan melakukan sesuatu yang menyenangkan. Bayu menyarankan mereka untuk pergi ke taman dan menikmati udara segar.Sapphire, yang sebelumnya terlihat sedih, sekarang tersenyum dan setuju dengan saran Bayu. "Ya, aku ingin pergi ke taman!" kata Sapphire dengan nada yang ceria.Bara dan Nenek Liyana juga setuju dan mereka berempat berangkat ke taman. Di taman, mereka berjalan-jalan, menikmati udara segar, dan berbicara tentang hal-hal yang menyenangkan.Saat mereka berjalan, Bara tiba-tiba berhenti dan memandang Sapphire dengan mata yang serius. "Sapphire, aku ingin bertanya sesuatu kepada kamu," kata Bara dengan nada yang serius.Sapphire memandang Bara dengan mata yang penasaran. "Apa itu, Bara?" tanya Sapphire dengan nada yang santai.Bara mengambil napas dalam-dalam sebelum berbicara. "Sapphire, apakah kamu mau menjadi teman baikku?" tanya Bara dengan nada yang serius.Sapphire me
Sapphire berjalan menuju Bara dengan langkah yang cepat dan marah. "Bara, aku tidak bisa percaya bahwa kamu melakukan ini kepada aku!" teriak Sapphire dengan nada yang marah.Bara memandang Sapphire dengan mata yang tenang. "Sapphire, aku sudah bilang bahwa aku tidak ingin menikah dengan kamu. Aku tidak bisa memaksakan diri untuk melakukan sesuatu yang tidak aku inginkan," kata Bara dengan nada yang santai.Sapphire memandang Bara dengan mata yang berapi. "Kamu tidak bisa melakukan ini kepada aku! Aku sudah memberikan segalanya untuk kamu, dan kamu tidak bisa membalasnya dengan cara yang sama?" teriak Sapphire dengan nada yang marah.Bara memandang Sapphire dengan mata yang lembut. "Sapphire, aku tidak bisa memaksakan diri untuk mencintai kamu. Aku hanya bisa mencintai orang yang aku cintai, dan itu bukan kamu," kata Bara dengan nada yang santai.Sapphire memandang Bara dengan mata yang terkejut dan marah. Dia tidak bisa percaya bahwa Bara bisa mengucapkan kata-kata yang begitu pedas
Bara memutuskan untuk pergi ke kantor di temani Bayu dan dia juga mengajak Nenek Liyana. Tentu saja Bayu yang baru datang ke tempat makan kaget mendengarnya.Bayu terkejut ketika Bara mengajak Nenek Liyana untuk pergi ke kantor bersama mereka. "Pak Bara, apa yang kamu lakukan? Nenek Liyana tidak bisa pergi ke kantor!" kata Bayu dengan nada yang terkejut.Bara tersenyum dengan santai. "Kenapa tidak? Nenek Liyana bisa pergi ke kantor bersama kita. Selain itu, aku ingin dia melihat bagaimana aku bekerja," kata Bara dengan nada yang santai.Bayu memandang Bara dengan mata yang tidak percaya. "Bara, kamu tidak bisa membawa nenek Liyana ke kantor! Apa yang akan orang lain pikirkan?" tanya Bayu dengan nada yang khawatir.Nenek Liyana tersenyum dengan lembut. "Bayu, jangan khawatir. Aku ingin melihat bagaimana Bara bekerja. Selain itu, aku ingin menghabiskan waktu bersama suamiku," kata Nenek Liyana dengan nada yang lembut.Bayu memandang Nenek Liyana dengan mata yang tidak percaya. "Tapi..
Gustur Danendra duduk di kursi kepala meja, dengan Sapphire duduk di sebelahnya. Nenek Liyana duduk di seberang mereka, dengan mata yang masih memandang Bara."Bara, aku ingin berbicara dengan kamu tentang sesuatu yang penting," kata Gustur Danendra dengan nada yang serius.Bara memandang ayahnya dengan mata yang penuh pertanyaan. "Apa itu, Ayah?" tanya Bara dengan nada yang ragu-ragu.Gustur Danendra memandang Bara dengan mata yang keras. "Aku telah memutuskan untuk menikahkan kamu dengan Sapphire," kata Gustur Danendra dengan nada yang dingin.Bara terkejut dan merasa seperti dipukul oleh petir. Dia tidak percaya apa yang ayahnya terus katakan. "Tidak, Ayah! Sudah kubilang Kamu tidak bisa menikahiku dengan dia!" teriak Bara dengan nada yang keras.Bara merasa muak ketika ayahnya terus berbicara tentang pernikahan dengan Sapphire. Dia tidak ingin mendengar lagi tentang hal itu, tapi ayahnya terus memaksakan keinginannya."Ayah, aku tidak ingin mendengar lagi tentang hal itu," kata Ba
Bara semakin yakin bahwa ada sesuatu yang tidak biasa tentang nenek Liyana. Dia memutuskan untuk mengawasi nenek Liyana lebih dekat, untuk melihat apakah ada tanda-tanda lain yang tidak biasa tentang dirinya.Saat makan, Bara memperhatikan bahwa nenek Liyana memiliki cara memasak yang sangat mirip dengan Liyana. Dia juga memperhatikan bahwa nenek Liyana memiliki cara berbicara yang sangat mirip dengan Liyana.Bara merasa semakin yakin bahwa nenek Liyana memang Liyana yang telah berubah menjadi lebih tua. Tapi, bagaimana mungkin? Apakah ada kekuatan supernatural yang telah membuat Liyana berubah menjadi nenek Liyana?Bara memutuskan untuk bertanya langsung kepada nenek Liyana. "Nenek, aku ingin bertanya sesuatu kepada kamu," kata Bara dengan nada yang ragu-ragu.Nenek Liyana memandang Bara dengan mata yang lembut. "Apa yang kamu ingin tahu, Bara?" tanya nenek Liyana dengan nada yang lembut.Bara mengambil napas dalam-dalam sebelum bertanya. "Apakah kamu benar-benar nenek Liyana, atau a
Bara merasa jantungnya berdegup kencang ketika mendengar ancaman ayahnya. Dia tidak bisa membayangkan hidup tanpa Liyana. "Apa yang Ayah rencanakan untuk dilakukan?" tanya Bara dengan nada yang ragu-ragu.Gustur Danendra tersenyum sinis. "Aku akan memastikan bahwa Liyana tidak akan pernah mendekati kamu lagi. Aku akan mengirimnya ke panti jompo, jauh dari kamu," katanya dengan nada yang dingin.Bara merasa seperti dipukul oleh petir. Dia tidak bisa membayangkan hidup tanpa nenek Liyana karena dia alibi supaya bisa menjauhkannya dari sapphire. "Tidak, Ayah! Aku tidak akan membiarkan Ayah melakukan itu!" teriaknya dengan nada yang keras.Gustur Danendra memandang Bara dengan mata yang marah. "Kamu tidak memiliki pilihan, Bara. Aku adalah ayahmu, dan aku akan melakukan apa yang terbaik untukmu," katanya dengan nada yang tidak bisa diganggu gugat.Bara merasa seperti dunianya runtuh. Dia tidak bisa membayangkan hidup tanpa Liyana jika Ayahnya nekat menikahinya dengan Sapphire. Dia berpiki
Gustur Danendra memandang Bara dengan mata yang serius. "Bara, aku ingin berbicara denganmu tentang sesuatu yang penting," katanya dengan nada yang tegas. Bara terlihat tidak nyaman dan ragu-ragu. Dia memandang Bayu yang berdiri di sampingnya, mencari dukungan."Apa itu, Ayah?" tanya Bara dengan nada yang lembut.Gustur Danendra mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Aku ingin berbicara denganmu tentang masa depanmu, Bara. Aku ingin tahu apa yang kamu inginkan dan apa yang kamu rencanakan untuk melakukan sesuatu kedepannya."Bara terlihat tidak yakin apa yang harus dikatakan. Dia memandang Bayu lagi, mencari bantuan. Bayu memberikan senyum yang meyakinkan dan mengangguk."Aku... aku tidak tahu, Ayah," jawab Bara dengan nada yang ragu-ragu.Gustur Danendra memandang Bara dengan mata yang tajam. "Kamu harus tahu, Bara. Kamu harus memiliki rencana dan tujuan yang jelas. Aku ingin membantu kamu mencapai tujuanmu, tapi kamu harus memberitahu aku apa yang kamu inginkan.""Apa maksud
Bayu berusaha untuk tidak menunjukkan ekspresi apa pun, tapi di dalam hatinya, dia sudah memulai untuk mempersiapkan rencana untuk menghadapi Nenek Liyana. Dia tahu bahwa dia tidak bisa menolak permintaan Nenek Liyana secara langsung, tapi dia juga tidak ingin membantu Nenek Liyana melakukan sesuatu yang tidak benar."Aku... aku akan mencoba membantu kamu, Nyonya," kata Bayu dengan nada yang ragu-ragu. "Tapi, aku tidak tahu apakah aku bisa membuat Bara percaya bahwa kamu adalah istrinya yang sebenarnya," balasnya lagi dengan pelan.Nenek Liyana terlihat puas dengan jawaban Bayu. "Aku percaya kamu bisa melakukannya, Bayu," kata Nenek Liyana dengan senyum yang misterius. "Aku akan memberimu instruksi lebih lanjut tentang apa yang harus kamu lakukan."Bayu berusaha untuk tidak menunjukkan ekspresi apa pun, tapi di dalam hatinya, dia sudah memulai untuk mempersiapkan rencana untuk menghadapi Nenek Liyana. Dia tahu bahwa dia harus berhati-hati dan tidak bisa membiarkan Nenek Liyana mengend