SOMEONE
"Kau takkan pernah tahu bila seseorang yang kau temui hari ini bisa menjadi orang yang sangat penting dalam hidupmu suatu saat nanti."
✈✈✈
Andin mengunjungi perpustakaan sekolah yang identik dengan interior klasik. Hanya Andin sendiri. Tidak ditemani Meysa dan Putri. Dia menginginkan ketenangan ketika membaca buku.
Andin menyukai karya sastra fiksi. Maka tak mengherankan bila dia sering ke sini selama proses pembelajaran belum intensif.
Saat ini Andin duduk di sudut ruang. Dia begitu larut membaca Dealova, novel karya Dira Nuranindya yang banyak diminati remaja bahkan orang dewasa.
Tanpa Andin ketahui seseorang memandanginya dari jauh. Dia bersandar di rak buku dengan kedua tangan melipat. Bibirnya membentuk suatu lekukan tipis.
Suasana perpustakaan begitu tenang. Inilah yang membuat Andin betah berlama-lama di sini. Kombinasi zat kimia volatil melebur dengan udara sekitar membuat siapa saja kecanduan menciumnya, tak terkecuali Andin.
"Din, lo baca apa?" tanya Putri baru saja tiba bersama Meysa.
Andin mendesis. Jari telunjuknya melekat di depan bibir. "Jangan ribut, nanti dimarahin Ibu Perpus." Andin belum tahu nama guru pengelola perpustakaan.
Putri refleks menutup mulutnya. Lalu pandangannya mengedar ke penjuru ruang. "Ibunya dimana?"
Andin memandangi sekitarnya. "Nggak tau. Pokoknya tadi ada."
Beberapa tumpukan buku menarik perhatian Meysa. "Kira-kira kapan ya buku dibagiin."
"Keknya hari ini. Bisa juga besok," kira Putri, "yang penting lo bawa terus kantong kresek."
Putri merogoh saku roknya mengeluarkan kantong hitam berukuran besar. "Gue bawa terus setiap hari."
Meysa menanggapi dengan anggukan. Dia berpaling menghadap Andin. "Din, ayo ke kantin," ajaknya.
"Iya, Din. Gue udah laper banget ini," timpal Putri.
"Bentar." Andin berdiri di tempatnya. "Gue ngembaliin buku dulu."
Andin menyusuri salah satu rak buku. Pada rak itu tersusun rapi bermacam buku fiksi. Dia menaruh buku itu ke tempat semula, yaitu di rak paling atas. Karena letaknya tinggi Andin harus menjinjit agar bisa mencapainya.
Dari ekor mata Andin menangkap seseorang tengah memperhatikannya. Namun ketika dia berpaling ke sana, cowok berpostur tinggi itu bergegas pergi membelakanginya. Itu siapa?
Andin memiringkan kepala. Bingung. Dia tak dapat menebak identitas orang tersebut.
✈✈✈
Suasana kantin saat ini lebih ramai dari biasanya. Berhubung proses pembelajaran belum berjalan maksimal, kebanyakan peserta didik memilih kantin sebagai tempat peristirahatan. Semua lapak jualan pun dipenuhi antrian
Andin dan Meysa terlihat pasrah mengantri di lapak bakso untuk menuruti permintaan Putri. Temannya itu bersikeras memilih bakso untuk santapan siang hari. Seperti wanita hamil yang mengidam.
"Kang, pesen bakso tiga," pesan Putri. Dia mengetahui panggilan akrab penjual itu dari beberapa orang yang memesan sebelumnya.
"Siap. Pakai bakso nggak?"
Ketiganya sontak terdiam. Berusaha mencerna ucapan lelaki berbadan gempal itu.
Bahar menutup mulutnya. Dia telah salah berucap. "Maksud Akang pakai tetelan nggak?"
"Iya."
Mereka kini melangkah beriringan menuju meja di sudut kantin. Dari sekian banyaknya meja di sini, hanya meja itulah yang kosong.
"Aduh," ringis Andin mengusap bahu kirinya. Dia tak sengaja bersinggungan bahu dengan seseorang.
Andin refleks menengok sang pelaku. Kepalanya terpaksa mendongak karena orang itu berpostur tinggi. "Maaf," tutur seseorang pemilik downturned eyes.
Andin memperhatikannya sekilas beserta dua orang di belakangnya. Setelah mengangguk dia kembali menyusul Putri dan Meysa yang sudah berjalan jauh. Cowok itu masih memandang langkah mungil Andin. Senyum samar mulai menghiasi bibirnya.
Putri memasang tampang lesu. Selain menunggu datangnya pesanan, tampaknya Putri memiliki suatu keluhan yang disimpannya. "Put, lo kenapa?" tanya Andin.
Putri menghela napas panjang. Jemarinya mengetuk permukaan meja. "Gue kesel sama anak guru itu."
Dugaan Andin benar. Putri tengah mengeluhkan sesuatu. Tak mengherankan Andin dapat menghapal ekspresi temannya karena sedari kecil mereka berteman dekat.
"Siapa?" Meysa memajukan kursinya.
"Gladis."
Kini Andin mengetahui namanya. Seorang siswi yang menjadi perwakilan saat itu.
"Dia kenapa?"
"Baru beberapa hari sekolah udah banyak yang deketin dia."
"Lo iri?" tanya Meysa spontan. Andin bahkan terkejut mendengarnya.
Putri mendecak kesal. "Nggak! Gue cuma males aja di kelas pada rame nyamperin dia."
Andin dan Meysa saling melirik. Seperti ada telepati yang membuat keduanya berpikiran sama. Mereka mengetahui betul karakter Putri. Dia memang orang yang iri.
"Ini baksonya, Neng." Bahar membawa tiga mangkuk bakso yang mereka pesan.
"Makasih, Kang."
Putri pun menyudahi cerita singkatnya demi menyantap seporsi bakso. Dia terlihat sangat lapar.
Andin melirik singkat ke suatu arah. Serta-merta dia tak tenang. Merasa diawasi seseorang. Hasil liriknya mendapati seorang cowok sedang memandangnya. Itu kan cowok tadi.
Dia berdiri di depan lapak Bahar dengan kedua tangan menyuluk saku. Memandang Andin cukup lama hingga tersenyum padanya.
✈✈✈
Kembali Andin mengunjungi tempat ternyaman di sekolah usai mengisi energi di kantin, yakni perpustakaan. Andin berdiri di rak buku sambil menilik beberapa buku yang tersusun di sana. Andin lupa menaruh novel yang sempat dia baca.
Buku itu terletak di tempat berbeda namun masih di rak yang sama. Seseorang telah memindahkan buku itu. Ada orang lain yang baca.
Ketika Andin hendak mengambil buku itu sambil berjinjit, dia melihat tangan seseorang muncul dari belakangnya. Tangannya sangat panjang sehingga buku itu lebih dulu dia gapai daripada Andin.
Andin spontan berbalik. Memandangi wajah seseorang berpostur tinggi di depannya. Dia orang yang kemarin.
Cowok itu meliriknya. Tangannya mengulur menunjukkan buku itu. "Ini."
Andin menunduk sejenak melihat dua pasang kaki saling menghadap. Dia mengambil buku itu dengan lembut. "Makasih."
Dia tersenyum. Selalu begitu setiap kali Andin mengucapkannya.
"Gue Arya." Tangannya mengulur di depan Andin.
"Andin," sambutnya.
"Kita satu kelas, kan?"
Andin menjawab dengan anggukan. Dia memang tak banyak bicara dengan orang yang baru dikenalnya.
Arya melirik sampul depan buku. "Dealova," ejanya, "gue suka ceritanya."
Reaksi Andin sedikit terkejut. Baru kali ini dia menemukan cowok menyukai karya sastra.
"Gue udah baca sampai tamat."
Kesekian kalinya Andin menjawab dengan anggukan kepala.
"Beberapa bulan lagi filmnya tayang."
"Film?" Andin bingung. Dia tidak mengetahui beritanya.
"Iya. Novel ini udah dibuat filmnya. Kira-kira september nanti bakal tayang."
Andin memandangi buku di tangannya. "Gue nggak tau. Gue baru baca buku ini."
Kembali dia tersenyum pada Andin. Sedetik kemudian dia melirik benda di pergelangan tangannya. "Gue balik ke kelas, ya," pungkasnya.
"Iya."
Andin mengamati langkahnya sampai dia keluar perpustakaan. Dari sisi belakangnya tampak tak asing. Namun Andin tak terlalu memikirkan hal itu. Dia memandangi buku di tangannya cukup lama. Dealova.
LOVE LETTER"Terkesan klasik namun sangat berkelas, itulah surat cinta."✈✈✈Andin duduk di sofa empuk dengan kaki terlentang. Meminum secangkir teh hangat untuk menetralisir hawa dingin di sekitarnya. Lalu Andin berpaling ke jendela bening di sampingnya. Begitu derasnya hujan di malam hari.Ria tersenyum memandangnya. Andin pasti tengah menunggu kehadiran Syafril. Ralat. Dia tengah menunggu muffin kesukaannya."Ayah lama banget pulangnya," gerutu Andin disusul ekspresi cemberut.Ria mengelus kepalanya. "Di luar lagi hujan. Bisa bahaya kalo Ayah bawa mobil ngebut."Andin mengangguk paham. "Iya juga."Dia kembali memperhatikan tv tabung di depannya. Menyaksikan sinetron Liontin, sinetron yang tengah naik daun.Andin bergegas menuju ruang depan setelah mendengar gerbang terbuka. Mengintip sesu
HOPE"Semua orang pasti memiliki harapan. Namun tak semua harapan bisa berwujud nyata."✈✈✈Kegiatan ekstrakurikuler SMA Bakti Nusa selalu diselenggarakan setiap hari sabtu. Usai mengikuti kegiatan belajar, para peserta didik berpencar menuju ekstrakurikuler masing-masing. Mulai dari bidang olahraga, seni, dan lainnya.Andin telah menetapkan pilihannya untuk mengikuti kegiatan seni lukis yang dipandu oleh wali kelasnya sendiri, Siti.Kisaran peserta didik yang mengikuti ekstrakurikuler ini sebanyak 35 peserta yang terdiri dari kelas sepuluh sampai kelas dua belas. Semuanya tergabung menjadi satu kesatuan.Saat ini mereka tengah berkumpul di ruang seni. Memegangi sebuah kanvas dan alat lukis, mereka begitu khusyuk mendengarkan petuah yang disampaikan Siti.Ruangan seni sekolah belum cukup memadai. Beberapa kursi yang ada tak dapat me
HOPE"Semua orang pasti memiliki harapan. Namun tak semua harapan bisa berwujud nyata."✈✈✈Kegiatan ekstrakurikuler SMA Bakti Nusa selalu diselenggarakan setiap hari sabtu. Usai mengikuti kegiatan belajar, para peserta didik berpencar menuju ekstrakurikuler masing-masing. Mulai dari bidang olahraga, seni, dan lainnya.Andin telah menetapkan pilihannya untuk mengikuti kegiatan seni lukis yang dipandu oleh wali kelasnya sendiri, Siti.Kisaran peserta didik yang mengikuti ekstrakurikuler ini sebanyak 35 peserta yang terdiri dari kelas sepuluh sampai kelas dua belas. Semuanya tergabung menjadi satu kesatuan.Saat ini mereka tengah berkumpul di ruang seni. Memegangi sebuah kanvas dan alat lukis, mereka begitu khusyuk mendengarkan petuah yang disampaikan Siti.Ruangan seni sekolah belum cukup memadai. Beberapa kursi yang ada tak dapat me
LOVE SONG"Ketika seseorang memintamu mendengarkan suatu lagu, maka dengarkanlah. Karena pada lagu itu tersimpan makna tersirat untukmu."✈✈✈Andin mendecis sebal. Kebisingan dari barisan belakang sungguh mengganggunya. Berani sekali mereka berbuat onar kala sesi amanat. Apalagi yang menjadi amanat saat ini adalah Ibu Nis, guru yang sangat dihormati.Andin melirik barisan yang terdiri dari satu orang, itu adalah barisan ketua kelas. Tampaknya Arya tak terganggu dengan kebisingan di barisang belakang. Tentu saja karena jaraknya cukup jauh."Siapa sih yang ribut di barisan belakang?" keluhnya.Meysa melirik ke belakang. Mendapati empat cowok duduk mengapar di lapangan ini. Apa yang sedang mereka lakukan? Apa kalian dapat menebaknya?Beberapa kartu berciri khas gambar koi tergenggam di masing-masing tangan. Tidak, ini bukanlah perjudia
AWKWARD"Ketika kau bertemu dengan orang yang kau sukai, tanpa sadar kau akan menunjukkan tingkah aneh di depannya."✈✈✈Agustus, 2005.Agustus adalah satu bulan yang sangat berarti bagi Indonesia. Kalian pasti tahu peristiwa apa yang terjadi puluhan tahun lalu pada bulan ini, bukan? Tepatnya 17 Agustus 1945, dimana Ir. Soekarno selaku Bapak Proklamator, memproklamasikan kemerdekaan yang berlatar tempat di rumahnya.Pada hari itu pula berkibarnya saka merah-putih yang dijahit istrinya bernama Fatmawati. Rakyat Indonesia sangat antusias. Sudah saatnya mereka bebas dari belenggu penjajahan dan penindasan.Sambutan hangat dari rakyat tak pernah lepas dari pemasangan bendera di setiap rumah. Ruas jalan pun diramaikan pernak-pernik berwarna yang sama dengan bendera kita.Satu minggu sebelum hari besar, tepatnya tanggal 10 Agustus,
SCENARIO"Tak ada yang namanya kebetulan di dunia ini. Semua mengikuti skenario yang ada. Entah memang skenario dari Semesta atau skenario yang dia rancang sendiri."✈✈✈Suara yang bersumber dari benda elektronik memecah keheningan di ruangan besar ini. Bila tak ada benda tersebut mungkin suara jangkrik di luar akan terdengar sampai ke dalam rumah. Rumah bertingkat dua itu memang terlihat sunyi. Hanya berpenghuni satu keluarga yang terdiri dari tiga orang.Seorang gadis duduk di atas sofa empuk. Menghiraukan benda di depannya berbicara sendiri. Seakan tak ada artinya benda itu menyala. Dia sedang sibuk. Matanya tak henti mengawasi telepon rumah yang terletak di atas meja. Berharap ada dering panggilan dari seseorang.Wanita yang duduk di samping meliriknya gemas. Anak semata wayangnya itu memasang muka kecut dengan bibir manyun. Kedua tangannya melipat di depan.&nbs
ABILITY"Tuhan menciptakan manusia dengan kemampuannya masing-masing. Kamu hanya perlu mengeksplorasi diri untuk mengetahuinya."✈✈✈Ketika tujuh belasan, beberapa instansi melakukan kegiatan upacara untuk memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia. Namun yang paling utama dan dihadiri tokoh-tokoh penting adalah upacara yang dilaksanakan di Istana Negara. Diinspekturi Pemimpin Negara yang menjabat di tahun 2005, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono bersama wakilnya Bapak Jusuf Kalla, menyelenggarakan Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-60 tahun. Tentunya upacara ini akan diliput langsung oleh stasiun televisi di Indonesia, baik stasiun televisi negeri maupun swasta.SMA Bakti Nusa turut berperan andil. Seluruh warga sekolah wajib berkumpul di lapangan terlebih dahulu untuk mengikuti serangkaian upacara di hari istimewa ini. Mereka mengenakan seragam sekolah dengan atribut lengkap, mulai dari topi, dasi,
FRIENDSHIP"Belum sah namanya kalau dalam pertemanan tidak menyukai orang yang sama."✈✈✈"Lo hebat banget, Sep," puji Andin.Cowok itu membuka lebar kedua tangan. Dadanya membusung disertai kepala yang sengaja didongakkan. Ah, sial, dia mulai tinggi hati. Setelah berhasil memenangkan perlombaan babak pertama dan mendapatkan pujian dari beberapa orang, dia menjadi sangat arogan."Iya dong," balasnya. Kedua tangan cowok itu berada di pinggang. Dia semakin berlagak.Sekar memutar bola matanya. Malas menghadapi orang semacam Asep. Sekar yang hendak memujinya terpaksa menguburkan niat itu dalam-dalam. Dia tak ingin Asep semakin tinggi hati.Lain halnya dengan Andin yang menganggap itu gurauan semata. Dia menyambut tingkah Asep dengan tawa kecilnya. Lalu Andin berpaling melihat keadaan sekitar. Banyak sekali orang berlalu-lalang menuju lokasi